Pagi hari pun tiba, Serena membuka matannya, dia ingin bangun namun tiba-tiba merasa sedikit nyeri di tangannya yang terdapat infus.
"Serena kamu sudah sadar," tanya Radit entah mengapa melihat Serena sadar hatinya sangat senang.
"Haus," hanya itu yang keluar dari mulut Serena karena masih terlalu lemah untuk berbicara banyak. Dengan cepat Radit memberinya segelas air minum dan membantu Serena untuk bangun.
"Terimakasih tuan," ucap Serena.
"Iya, oh ya makan dulu tadi saya sudah beli bubur katanya dari kemarin kamu belum makan dan lambung tinggi kamu kambuh lagi," kata Radit sambil menyuapi bubur ke dalam mulut Serena.
"Tuan saya bisa sendiri," ucap Serena tidak enak.
"Tubuh kamu masih lemah jadi jangan terlalu bergerak,biar saya suap," ucap Radit. Mereka tidak menyadari bahwa di depan pintu kamar Serena, Arga dan nyonya Prasetyo menyaksikan semua tingkah laku mereka.
"Lihatlah Arga, Radit ngomong panjang lebar sama, Serena," ucap nyonya Prasetyo senang.
"Iya, tante setahu saya Radit sangat dingin dan irit bicara apalagi sama perempuan kecuali Tante," ucap Arga.
"Mudah-mudahan Serena dapat mencairkan bongkahan es yang melekat pada Radit," ucap nyonya Prasetyo terkekeh.
"Saya juga berharap begitu tante, supaya saya tidak beku kalo bersama dia," ucap Arga terkekeh.
"Kamu ada-ada saja Arga," ucap nyonya Prasetyo.
"Ayo Arga bawa Tante kekamar biarkan mereka berdua," kata nyonya Prasetyo.
"Ayo, Tan saya juga sebentar lagi mau ke kantor," ucap Arga mendorong kursi roda nyonya Prasetyo kembali ke kamar. Di dalam kamar rawat Serena, Radit masih setia menyuapi bubur untuk Serena.
"Tuan saya sudah kenyang," ucap Serena.
"Sedikit lagi Serena ini hanya tinggal satu sendok saja," kata Radit sambil menyodorkan satu sendok bubur terakhir, terpaksa serena menerima suapan terakhir. Setelah makan bubur Serena hendak tidur namun Radit melarangnya.
"Serena jangan tidur dulu kamu belum minum obat, setelah itu baru tidur," ucap Raditya. Serena pun bangun lagi dan menerima obat yang di berikan Radit lalu meminumnya.
"Istirahatlah aku akan keluar sebentar," ucap Radit.
Serena pun membaringkan tubuhnya di tempat tidur, setelah tiga puluh menit akhirnya Serena terlelap dan Radit yang melihat itupun tersenyum lalu keluar kamar. Dia berjalan menuju kamar mamanya dan dia melihat mamanya tersenyum.
"Radit gimana keadaan serena, apakah sudah membaik," tanya nyonya Prasetyo.
"Dia masih terlihat lemah mah mungkin karena tidak ada energi," ucap Radit.
"Apakah dia sudah minum obat," tanya nyonya Prasetyo.
"Sudah, Mah, setelah makan dia langsung minum obat lalu istirahat," ucap Radit.
"Mama harap kamu tidak menyakiti hatinya suatu saat nanti, kamu tau setelah mendengar suaranya mama sangat senang apalagi dia mengatakan tentang cucu, apakah kamu mama pikir yang berbicara itu adalah seorang malaikat karena mama samar-samar melihat wajahnya, saya pikir itu hanya mimpi di alam sadar mama namun saat bangun mama melihatnya dengan jelas bahwa dia berdiri di dekat mama, Radit berjanjilah jangan pernah menyakiti hatinya, walaupun nanti mama tidak ada di antara kalian," ucap nyonya Prasetyo dengan mata berkaca-kaca
"Mah Radit janji tidak akan menyakiti hati Serena, dan mama juga akan tetap bersama radit selamanya," ucap Radit sambil menangis dan mencium tangan mamanya
"Jangan menangis apa kata orang nanti orang dingin seperti es batu seperti kamu terlihat seperti anjing peliharaan saat di depan mama, hihihi," ucap nyonya Prasetyo terkekeh.
"Mah biarlah semua orang tau kalo Radit akan seperti anjing peliharaan di depan mama, karena mama adalah orang yang paling berharga di hidup Radit,"
"Iya sayang, mama sangat bangga sama kamu, sekarang kamu sudah dewasa dan sebentar lagi akan menjadi suami," ucap nyonya Prasetyo sambil mengelus kepala anak kesayangannya.
Tok, tok, tok. Cklekkkkk.
"Nyonya bagaimana keadaanmu," tanya Joni yang senang melihat Nyonya Prasetyo sudah sadar dari koma.
"Joni panggil Tante saja, keadaan Tante baik," ucap nyonya Prasetyo tersenyum.
"Syukurlah tante saya senang mendengar keadaan Tante yang sudah sehar," ucap Joni
"Mah Radit keluar dulu yah," ucap Radit.
"Iya sayang Jangan lupa nanti bawa Serena pindah ke kamar ini biar mama ada teman ngobrol," ucap nyonya Prasetyo.
"Iya, Mah, nanti Radit urus," kata Radit sambil berdiri dan berjalan.
"Tante saya keluar dulu," pamit Joni lalu melangkah keluar mengikuti sang bos.
"Apa informasinya," tanya Radit.
"Dia sudah ada di Markas King," ucap Joni.
"Baiklah, dua Minggu lagi saya akan ke markas, karena saat saya sedang sibuk," ucap Radit.
"Baik, King," ucap Joni. Setelah selesai memberikan informasi kepada kingny Joni keluar rumah sakit melesat ke markas. Radit melangkah masuk ke kamar rawat Serena, dia melihat tengah duduk melamun dengan tatapan kosong.
"Serena, apa yang sedang kamu pikirkan," tanya Radit.
"Maaf tuan apakah saya boleh pulang," tanya Serena.
"Kamu masih sakit Serena," ucap Radit.
"Tapi tuan, aku ingat kalo hari ini hutang ayah saya jatuh tempo, dan kalo nggak di bayar maka saya akan menikah dengan pak Badrun si hidung belang," ucap Serena.
"Kamu tidak akan kemana-mana, dan tidak akan menikah dengan pria hidung belang itu," kata Radit dengan nada yang dingin.
"Tapi tuan bagaimana kalo orang tua saya masuk penjara," tanya Serena.
"Itu bukan urusan kamu, kamu sendiri yang mengatakan bahwa mereka bukan orang tua kandung kamu dan mereka juga sering menyiksamu bukan," kata Radit suara dingin.
"Meskipun begitu mereka tetap orang tua saya tuan lagian," belum sempat Serena menyelesaikan ucapannya Radit langsung berbicara dengan sedikit emosi.
"Serena berapa hutang keluargamu, aku akan melunasinya," tanya Radit.
"Tapi tuan," Serena tidak melanjutkan ucapannya karena melihat sorotan mata radit yang sedang menahan amarahnya.
"Maaf tuan," ucap Serena menunduk ketakutan.
"Katakanlah berapa hutangnya," tanya Radit.
"1 miliar tuan," kata Serena menunduk
"Baik saya akan melunasinya, berikan alamat rumahmu," kata Radit
"Jalan mawar Nomor sebelas tuan," jawab serena
"Jangan panggil saya tuan," kata Radit
"Lalu saya harus memanggil apa," tanya Serena
"Terserah yang penting jangan panggil tuan,"
"Memangnya berapa umur tuan," tanya Serena
"Kenapa?" bukanya menjawab Radit malah berbalik tanya.
"Tidak," ucap Serena.
"25, kamu?" Jawab Radit lalu bertanya balik.
"19, Om," jawab Serena.
Mendengar panggilan om dari Serena radit melototkan matanya ke arah Serena.
"Kamu panggil apa," tanya Radit.
"Om," jawab Serena singkat.
"Saya bukan saudara mamamu," kata Radit.
"Kalau kakak bagaimana kan kamu sudah tua di atas saya," kata Serena tanpa berdosa.
"Apa kamu bilang, tua?" kata Radit.
"Iya?" jawab Serena tersenyum menampilkan deretan giginya.
"Oke panggil saya kakak, karena kamu masih kecil di bawah saya," ucap Radit.
"Saya bukan anak kecil, saya sudah sembilan tahun tau," kata Serena memanyunkan bibirnya.
"Jangan manyun begitu," ucap Radit.
"Kenapa?" tanya Serena. Cup, bukannya menjawab Radit malah mengecup bibirnya. Serena yang tersadar pun berteriak.
"Yakin, pria mesum itu ciuman pertamaku," ucap Serena polos.
"Berarti sama dong itu juga pertama bagiku," ucap Radit tersenyum tipis.
"Dasar pria mesum," ucap Serena cemberut.
"Serena saya keluar sebentar," ucap Radit.
"Yah keluarlah," ucap Serena.
"Kamu mengusir saya," kata Radit.
"Bukannya kakak yang bilang mau keluar," kata Serena.
"Ya baiklah, oh ya nanti ada perawatan yang datang kesini untuk mengantar kamu ke kamar mama," kata Radit lalu berjalan keluar kamar.
Di sebuah rumah yang tidak terlalu mewah terlihat beberapa orang berdiri di depan pagar dan sedang berbicara dengan seorang satpam. "Selamat siang ada yang bisa saya bantu," tanya Satpam tersebut. "Kami dari RP crop ingin bertemu dengan pemilik rumah ini," kata Arga yang juga berdiri disana. "RP crop, sebentar, Pak, saya kasih tuan rumah dulu," kata satpam tersebut lalu menelpon pemilik rumah. "Silakan masuk, Pak," ucap satpam tersebut lalu membuka gerbang. Beberapa orang itu masuk ke dalam rumah termasuk Arga dan Radi. "Selamat datang di rumah kecil ini tuan, suatu kehormatan bertemu langsung dengan sang raja bisnis," ucap Bambang (ayah angkat Serena). "Silakan duduk tuan," ucap Lastri ( ibu angkat Serena). Radit dan Arga pun duduk di ikuti 3 orang lainnya "Sebentar, Pak, Say panggilkan Alexa dulu," ucap lastri berbisik. "Iya, Bu jangan lupa suruh bibi buatkan minum terenak dan camilan," ucap Bambang b
Sesampainya di rumah Serena terkagum sampai matanya tak berkedip melihat rumah mewah di depannya. "Ayo masuk," ajak Radit. "Wah besar sekali kayak istana," ucap Serena tanpa sadar sehingga membuat orang di sekitarnya tersenyum. "Ayo sayang masuk," ucap nyonya Vivi. "Ah iya, Mah," ucap Serena sambil berjalan masuk. Sesampainya di dalam di terkaget karena pelayan di rumah terdeter berdiri dalam bentuk barisan untuk menyambut mereka. "Selamat datang nyonya, tuan dan nona Serena," ucap pelayan itu serempak, sebelumnya mereka tahu bahwa ada anggota baru di kediaman Pras. "Bibi Leni tolong antar kan Serena ke kamarnya di lantai tiga," ucap nyonya Vivi. "Baik nyonya, mari non Serena saya antar kan," kata bibi Leni. "Ah iya, Bi," kata Serena sambil mengikuti langkah bibi Leni. "Ini, Non, kamarnya saya tinggal dulu," kata Bu Leni setelah sampai di kamar Serena. "Iya, Bi terimakasih," kata Serena te
Sesampainya di butik Luna mereka langsung di sambut langsung Luna. "He Vivi," sapa Luna. "Heiii jeng apa kabar?" tanya Vivi. "Baik banget gimana keadaan kamu udah mendingan kan" tanya Luna sambil menggandeng tangan Vivi lalu duduk ruang kerjanya. "Udah mendingan kok, ohh iya ini calon menyukai saya Luna," kata Vivi lalu menarik tangan Serena untuk duduk di sampingnya. "Wow, Vi, si kutub Utara pintar banget cari bini, udah cantik nih, siapa namamu," tanya Luna. "Serena, Tante," jawab Serena tersenyum. "Nama yang cantik sama seperti orangnya kenalkan nama saya Luna mamanya Arga," kata Luna tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Iya Tante," kata Serena menyambut uluran tangan Luna. "Oh ya, si kulkas mana," tanya Luna. "Oh itu tadi katanya nunggu makan siang baru mampir ke sini," kata Vivi. "Cikk, si kulkas sudah menikah tapi anakku itu lemot banget pacar aja nggak ada," cerocos Luna. "Sudahl
Hari pernikahan kita telah tiba, di sebuah kamar besar Rena sedang di dandani oleh MUA." Nona anda sangat cantik sekali" kata MUA tersebut" Terimakasih mbak" kata Rena" Sama-sama nona, semuanya sudah selesai kami keluar dulu" kata MUA tersebut" Sayang kamu cantik sekali" kata Vivi" Terimakasih mah" kata Rena tersenyum" Iya sayang sama-sama" kata Vivi" Wow pengantin wanitanya cantik sekali" kata Luna yang baru masuk" Terimakasih tante" kata Rena" Iya sayang sama-sama" kata Luna" Sayang mama keluar sebentar ya mau lihat Radit" kata Vivi" Iya mah" kata rena****Di sebuah kamar yang tak kalah besar terlihat Radit sudah siap dengan jas pengantinnya." Sayang kamu sudah selesai" kata Vivi yang baru masuk" Iya maha" kata Radit' sebentar lagi kamu sudah jadi suami jadi jangan pernah menyakiti hati istrimu, wanita itu tipis seka
Serenatidak pernah menyangka bahwa ternyata pernikahan yang terjadi hanyalah pernikahannya kontrak. "Sayang kok ngelamun sih," kata Vivi yang sedari tadi melihat menantunya melamun. "Ahh nggak apa-apa mah," kata Rena. "Oh iya sayang nanti temani ibu ke rumah sakit yah buat kontrak kaki ibu ini," kata Vivi. "Iya mah, Serena siap-siap dulu yah," kata Rena lalu bangkit dari tempat duduknya menuju kamar untuk bersiap-siap, setelah itu ia turun lagi. "Sudah sayang," tanya Vivi. "Iya, Rena kita masuk," kata Vivi setelah sampai di rumah sakit. "Iya, Ma," kata Rena lalu melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Setelah dari rumah sakit kini nyonya Vivi dan Rena sedang duduk di sebuah restoran mewah. "Oh iya sayang kapan kalian bulan madu," tanya Vivi. "Rena terserah kak Radit aja mah," kata Rena tersenyum. "Heiii, Vi," sapa Luna yang baru masuk restoran. "Luna ayo sini," kata Vivi melamba
Setelah sampai di kampus, Rena masuk ke kelas setelah di bertemu dengan rektor berkaitan dengan jurusan dan kelas yang dia pilih. "Hai mahasiswa baru ya," tanya seorang perempuan yang duduk di samping Rena. "Ah, iya," kata Rena tersenyum. "Kenalin aku Stella baru dua minggu masuk kampus ini," kata perempuan yang bernama stella sambil mengulurkan tangannya ke pada Rena. "Aku Rena," kata Rena menerima uluran tangan Stella sambil tersenyum. "Selamat pagi adik-adik," kata dosen yang baru masuk "Pagi, Pa," kata semua mahasiswa. Dua jam mengikuti pelajaran akhirnya kini waktu untuk beristirahat. "Rena kamu tinggal di mana?" tanya Stella "Aku tinggal bersama sua, ahh maksudnya aku tinggal sama majikan aku?" kata Rena yang hampir keceplosan bilang suami. "Ohhhh ya terus kamu di ijinin kerja," tanya Stella. "Iya asal kan pekerjaan rumah di kerjakan pagi hari biar pulang kampus langsung masak makan m
Sore harinya Rena sudah ada rumah, sepeese biasa dia membersihkan semua pekerja rumah dan memasak makan malam meskipun itu tidak akan pernah di sentuh oleh suaminya namun dia tetap melakukan itu berharap suatu saat suaminya mau mencicipi masakannya. "Mending mandi dulu deh sambil nunggu tuan Radit," kata Serena lalu berlalu ke kamar untuk membersihkan badannya tidak lama kemudian terdengar suara deru mobil yang masuk ke pekarangan rumah. Rena pun berlari membuka pintu depan. "Malam tuan, mau makan atau mandi dulu," tanya Rena tersenyum, namu orang yang di tanya tidak menjawabnya malah langsung berjalan menuju ke kamarnya. Rena yang melihat itupun menunduk kan kepalanya Setelah Radit benar-benar tidak keluar makan dari tadi Rena pun pergi menuju meja makan. "Ekhmmmmm," dehaman Radit membuat Rena kaget dan langsung berdiri dari meja makan. "Tuan Radit mau makan apa?" tanya Rena "Saya cuma mau bilang besok saya akan ke luar ko
Kedatangan Stella yang menjemputnya. Tidak lama kemudian Stella datang. "Heiii Rena," kata Stella. "Hai, ayo langsung berangkat saja," kata Rena lalu naik ke motor Stella. "Sudah siap, Baby," kata Stella terkekeh. "Sudah ayo," kata Rena. Tidak sampai beberapa menit di perjalanan kini mereka sudah sampai di tempat yang mereka janjikan. "Kamu pesan apa, Beb," tanya Stella. "Aku cappucino saja," jawab Rena. "Mbak capuccinonya dua, yah," kata Stella kepada pelayanan yang sudah berdiri di meja mereka. "Tunggu sebentar ya, Mbak," kata pelayan itu ramah. Setelah menunggu lima menit akhirnya pesanan mereka pun datang. "Silahkan mbak selamat menikmati," kata pelayan tadi. "Terimakasih, Mbak," kata Rena. "Ohhhh yah bagaimana kamu sudah ijin belum sama majikan kamu soal kompetisi," tanya Stella. "Sudah kata majikan aku dia senang banget mendengarnya," kata Rena. "Wah baik ban