Share

Chapter 3

Pagi hari pun tiba, Serena membuka matannya, dia ingin bangun namun tiba-tiba merasa sedikit nyeri di tangannya yang terdapat infus.

"Serena kamu sudah sadar," tanya Radit entah mengapa melihat Serena sadar hatinya sangat senang.

"Haus," hanya itu yang keluar dari mulut Serena karena masih terlalu lemah untuk berbicara banyak. Dengan cepat Radit memberinya segelas air minum dan membantu Serena untuk bangun.

"Terimakasih tuan," ucap Serena.

"Iya, oh ya makan dulu tadi saya sudah beli bubur katanya dari kemarin kamu belum makan dan lambung tinggi kamu kambuh lagi," kata Radit sambil menyuapi bubur ke dalam mulut Serena.

"Tuan saya bisa sendiri," ucap Serena tidak enak.

"Tubuh kamu masih lemah jadi jangan terlalu bergerak,biar saya suap," ucap Radit. Mereka tidak menyadari bahwa di depan pintu kamar Serena, Arga dan nyonya Prasetyo menyaksikan semua tingkah laku mereka.

"Lihatlah Arga, Radit ngomong panjang lebar sama, Serena," ucap nyonya Prasetyo senang.

"Iya, tante setahu saya Radit sangat dingin dan irit bicara apalagi sama perempuan kecuali Tante," ucap Arga.

"Mudah-mudahan Serena dapat mencairkan bongkahan es yang melekat pada Radit," ucap nyonya Prasetyo terkekeh.

"Saya juga berharap begitu tante, supaya saya tidak beku kalo bersama dia," ucap Arga terkekeh.

"Kamu ada-ada saja Arga," ucap nyonya Prasetyo.

"Ayo Arga bawa Tante kekamar biarkan mereka berdua," kata nyonya Prasetyo.

"Ayo, Tan saya juga sebentar lagi mau ke kantor," ucap Arga mendorong kursi roda nyonya Prasetyo kembali ke kamar. Di dalam kamar rawat Serena, Radit masih setia menyuapi bubur untuk Serena. 

"Tuan saya sudah kenyang," ucap Serena.

"Sedikit lagi Serena ini hanya tinggal satu sendok saja," kata Radit sambil menyodorkan satu sendok bubur terakhir, terpaksa serena menerima suapan terakhir. Setelah makan bubur Serena hendak tidur namun Radit melarangnya.

"Serena jangan tidur dulu kamu belum minum obat, setelah itu baru tidur," ucap Raditya. Serena pun bangun lagi dan menerima obat yang di berikan Radit lalu meminumnya. 

"Istirahatlah aku akan keluar sebentar," ucap Radit.

Serena pun membaringkan tubuhnya di tempat tidur, setelah tiga puluh menit akhirnya Serena terlelap dan Radit yang melihat itupun tersenyum lalu keluar kamar. Dia berjalan menuju kamar mamanya dan dia melihat mamanya tersenyum.

"Radit gimana keadaan serena, apakah sudah membaik," tanya nyonya Prasetyo.

"Dia masih terlihat lemah mah mungkin karena tidak ada energi," ucap Radit.

"Apakah dia sudah minum obat," tanya nyonya Prasetyo.

"Sudah, Mah, setelah makan dia langsung minum obat lalu istirahat," ucap Radit.

"Mama harap kamu tidak menyakiti hatinya suatu saat nanti, kamu tau setelah mendengar suaranya mama sangat senang apalagi dia mengatakan tentang cucu, apakah kamu mama pikir yang berbicara itu adalah seorang malaikat karena mama samar-samar melihat wajahnya, saya pikir itu hanya mimpi di alam sadar mama namun saat bangun mama melihatnya dengan jelas bahwa dia berdiri di dekat mama, Radit berjanjilah jangan pernah menyakiti hatinya, walaupun nanti mama tidak ada di antara kalian," ucap nyonya Prasetyo dengan mata berkaca-kaca

"Mah Radit janji tidak akan menyakiti hati Serena, dan mama juga akan tetap bersama radit selamanya," ucap Radit sambil menangis dan mencium tangan mamanya

"Jangan menangis apa kata orang nanti orang dingin seperti es batu seperti kamu terlihat seperti anjing peliharaan saat di depan mama, hihihi," ucap nyonya Prasetyo terkekeh.

"Mah biarlah semua orang tau kalo Radit akan seperti anjing peliharaan di depan mama, karena mama adalah orang yang paling berharga di hidup Radit,"

"Iya sayang, mama sangat bangga sama kamu, sekarang kamu sudah dewasa dan sebentar lagi akan menjadi suami," ucap nyonya Prasetyo sambil mengelus kepala anak kesayangannya.

Tok, tok, tok. Cklekkkkk.

"Nyonya bagaimana keadaanmu," tanya Joni yang senang melihat Nyonya Prasetyo sudah sadar dari koma.

"Joni panggil Tante saja, keadaan Tante baik," ucap nyonya Prasetyo tersenyum.

"Syukurlah tante saya senang mendengar keadaan Tante yang sudah sehar," ucap Joni

"Mah Radit keluar dulu yah," ucap Radit.

"Iya sayang Jangan lupa nanti bawa Serena pindah ke kamar ini biar mama ada teman ngobrol," ucap nyonya Prasetyo.

"Iya, Mah, nanti Radit urus," kata Radit sambil berdiri dan berjalan.

"Tante saya keluar dulu," pamit Joni lalu melangkah keluar mengikuti sang bos.

"Apa informasinya," tanya Radit.

"Dia sudah ada di Markas King," ucap Joni.

"Baiklah, dua Minggu lagi saya akan ke markas, karena saat saya sedang sibuk," ucap Radit.

"Baik, King," ucap Joni. Setelah selesai memberikan informasi kepada kingny Joni keluar rumah sakit melesat ke markas. Radit melangkah masuk ke kamar rawat Serena, dia melihat tengah duduk melamun dengan tatapan kosong.

"Serena, apa yang sedang kamu pikirkan," tanya Radit.

"Maaf tuan apakah saya boleh pulang," tanya Serena.

"Kamu masih sakit Serena," ucap Radit.

"Tapi tuan, aku ingat kalo hari ini hutang ayah saya jatuh tempo, dan kalo nggak di bayar maka saya akan menikah dengan pak Badrun si hidung belang," ucap Serena.

"Kamu tidak akan kemana-mana, dan tidak akan menikah dengan pria hidung belang itu," kata Radit dengan nada yang dingin.

"Tapi tuan bagaimana kalo orang tua saya masuk penjara," tanya Serena.

"Itu bukan urusan kamu, kamu sendiri yang mengatakan bahwa mereka bukan orang tua kandung kamu dan mereka juga sering menyiksamu bukan," kata Radit suara dingin.

"Meskipun begitu mereka tetap orang  tua saya tuan lagian," belum sempat Serena menyelesaikan ucapannya Radit langsung berbicara dengan sedikit emosi.

"Serena berapa hutang keluargamu, aku akan melunasinya," tanya Radit.

"Tapi tuan," Serena tidak melanjutkan ucapannya karena melihat sorotan mata radit yang sedang menahan amarahnya.

"Maaf tuan," ucap Serena menunduk ketakutan.

"Katakanlah berapa hutangnya," tanya Radit.

"1 miliar tuan," kata Serena menunduk

"Baik saya akan melunasinya, berikan alamat rumahmu," kata Radit

"Jalan mawar Nomor sebelas tuan," jawab serena

"Jangan panggil saya tuan," kata Radit

"Lalu saya harus memanggil apa," tanya Serena

"Terserah yang penting jangan panggil tuan,"

"Memangnya berapa umur tuan," tanya Serena

"Kenapa?" bukanya menjawab Radit malah berbalik tanya.

"Tidak," ucap Serena.

"25, kamu?" Jawab Radit lalu bertanya balik.

"19, Om," jawab Serena.

Mendengar panggilan om dari Serena radit melototkan matanya ke arah Serena.

"Kamu panggil apa," tanya Radit.

"Om," jawab Serena singkat.

"Saya bukan saudara mamamu," kata Radit.

"Kalau kakak bagaimana kan kamu sudah tua di atas saya," kata Serena tanpa berdosa.

"Apa kamu bilang, tua?" kata Radit.

"Iya?" jawab Serena tersenyum menampilkan deretan giginya.

"Oke panggil saya kakak, karena kamu masih kecil di bawah saya," ucap Radit.

"Saya bukan anak kecil, saya sudah sembilan tahun tau," kata Serena memanyunkan bibirnya.

"Jangan manyun begitu," ucap Radit.

"Kenapa?" tanya Serena. Cup, bukannya menjawab Radit malah mengecup bibirnya. Serena yang tersadar pun berteriak.

"Yakin, pria mesum itu ciuman pertamaku," ucap Serena polos.

"Berarti sama dong itu juga pertama bagiku," ucap Radit tersenyum tipis.

"Dasar pria mesum," ucap Serena cemberut.

"Serena saya keluar sebentar," ucap Radit.

"Yah keluarlah," ucap Serena.

"Kamu mengusir saya," kata Radit.

"Bukannya kakak yang bilang mau keluar," kata Serena.

"Ya baiklah, oh ya nanti ada perawatan yang datang kesini untuk mengantar kamu ke kamar mama," kata Radit lalu berjalan keluar kamar.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bob Panor Weed
banyak typo nya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status