Share

Chapter 6

Sesampainya di butik Luna mereka langsung di sambut langsung Luna.

"He Vivi," sapa Luna.

"Heiii jeng apa kabar?" tanya Vivi.

"Baik banget gimana keadaan kamu udah mendingan kan" tanya Luna sambil menggandeng tangan Vivi lalu duduk ruang kerjanya.

"Udah mendingan kok, ohh iya ini calon menyukai saya Luna," kata Vivi lalu menarik tangan Serena untuk duduk di sampingnya.

"Wow, Vi, si kutub Utara pintar banget cari bini, udah cantik nih, siapa namamu," tanya Luna.

"Serena, Tante," jawab Serena tersenyum.

"Nama yang cantik sama seperti orangnya kenalkan nama saya Luna mamanya Arga," kata Luna tersenyum lalu mengulurkan tangannya.

"Iya Tante," kata Serena menyambut uluran tangan Luna.

"Oh ya, si kulkas mana," tanya Luna.

"Oh itu tadi katanya nunggu makan siang baru mampir ke sini," kata Vivi.

"Cikk, si kulkas sudah menikah tapi anakku itu lemot banget pacar aja nggak ada," cerocos Luna.

"Sudahlah lun mungkin aja belum dapat yang cocok," kata Vivi.

"Mah, Tan saya permisi ke toilet dulu ya," kata Serena.

"Ah iya sayang hati-hati," kata Vivi

Serena pun keluar ruangan lalu berjalan ke toilet perempuan. Setelah lima menit di dalam toilet Serena keluar lalu berjalan ke arah ruang Luna namun langkahnya terhenti karena mendengar teriakkan seorang yang memanggilnya yang ternyata itu adalah kakak angkatnya Alexa Pratama.

 "Serena," panggil Alexa dengan suara yang tinggi hingga menyebabkan beberapa pengunjung butik menoleh ke arah mereka.

"Ya ampun, Serena kamu kemana aja nggak pulang-pulang kakak kwartir sama kamu loh, ayo kita pulang mama papa udah kangen sama kamu," kata Alexa dengan nada sedihnya untuk menarik perhatian pengunjung.

"Kak saya nggak mau pulang lagian kalian kan udah," kata Serena terhenti.

"Kakak nggak papa kok kalo pacar kakak jadi milik kamu, semua apapun yang kakak punya kamu bisa ambil yang penting kamu pulang yah," kata Alexa penuh drama hingga beberapa pengunjung mencibir Serena.

"Cantik-cantik kok jadi penggoda yah," kata ibu-ibu yang ada disana.

"Iya pake rebut pacar kakak sebdise lagi," timpal ibu-ibu yang lainnya.

"Kak kalo kakak ke sini cuman mau menfitnam saya mending kakak pulang feh, lagian aku nggak pernah rebut pacar kakak, oh ya satu lagi dengar semuanya ini memang kalo saya tapi kakak angkat dan kalian tau kenapa saya tidak pulang ke rumah, itu karena mereka udah menjual saya, aku heran deh mereka yang punya utang kok aku yang nanggung dan lebih heran lagi aku bukan anak kandung mereka kenapa jadi saya yang tanggung kenapa kakak nggak pulang aja menikah dengan rentenir itu, jangan pikir selama ini aku diam kakak seenaknya nginjak harga diri saya," kata Serena yang membuat wajah Alexa menahan amarah sekaligus menanggung malu padahal niatnya buat mempermaluin Serena tapi malah dia yang kena batunya.

"Apa yang di bilang calon istri saya benar," kata Raditya yang dari tadi sudah berdiri tidak jauh dari sana. Huuuuu.

"Cantik-cantik kok suka memfitnah," cibir ibu-ibu yang ada di sana yang membuat Alexa berlari keluar kalo menelpon orangtuanya.

"Halo, Pa, pokoknya papa harus ke butik Luna sekarang," kata Alexa.

",,,,,," Bambang.

"Aku udah nemuin Serena di sini pah, dan dengan beraninya dia mempermalukan keluarga Pratama," kata Alexa.

",,,,,,,,," Bambang.

"Iya, Pah aku tunggu," kata Alexa lalu mematikan teleponnya (lihat aja kamu Serena aku nggak bakalan biarin kamu hidup bahagia) batin Alexa.

****

Di dalam butik kini Raditya, Serena dan Arga sudah duduk di ruangan Luna.

"Hei kulkas akhirnya nikah juga," kata Luna sambil menepuk bahu Radit.

"Iya begitulah" kata Radit singkat.

"Cik ternyata kulkasnya nggak berubah yah," cibir Luna.

"Udah Tante mana baju yang perlu kami coba" kata Radit

"Nggak sabaran banget yah," kata Luna menggoda.

"Luna udah deh bercandanya sebentar lagi sore kita belum milih cincin loh," kata Vivi.

"Bagaimana dengan petsipers gedungnya dan perias pengantin?" tanya Luna.

"Sudah semua nantu kita pake MUA aja kalo gedung pelaksanaan pernikahan kita sudah sepakat buat melaksanakan di rumah saja, besok sudah mulai mempersiapkannya, jangan lupa besok datang yah," kata Vivi.

"Yah pasti dong, bagaimana si brengsek dan si ulat bulu itu," kata Luna yang membuat Vivi diam.

"Ma, mama ngomongin apa sih," tegur Arga yang mengerti suasana.

"Nanti tetap di undang Luna bagaimana pun dia trtat ayah kandung Radit," kata Vivi tersenyum.

"Aku dengar sih ulat bulu udah hilang," kata Luna.

"Hilang bagaimana Luna," tanya Vivi heran.

"Ya cari mangsa lagi lah kan Bramana udah bangkrut," Luna.

"Mudah-mudahan saja mas Bramana cepat sadar atas semua kesalahannya," kata Vivi mencoba tersenyum.

"Bu Luna ini baju pengantin wanita dan prianya sudah siap," kata karyawan Luna.

"Ayo siapa dulu yang coba," kata Luna sambil mengambil alih baju pengantin yang di pegang karyawan.

"Rena kamu duluan saja yah," kata Vivi yang memanggil Serena dengan sebutan Rena ( jadi mulai sekarang kita panggil Serena dengan Rena yah).

"Ah iya mah," kata Rena lalu berdiri dan masuk ke sebuah kamar ganti, selang beberapa menit Rena keluar dengan Luna yang di sampingnya.

"Bagaimana?" tanya Luna yang membuat orang-orang yang ada di kamar itu menoleh dan langsung terpana melihat kecantikan alami dari Rena.

"Cantik," ucap Radit yang tanpa sadar dan membuat pipi Rena merah merona karena malu.

"Udah kulkas air liurnya jatuh," canda Luna yang membuat Radit sadar.

"Rena kamu cantik sekali sayang," kata Vivi.

"Makasih, Mah," kata Rena malu-malu.

"Udah, Dit mau di coba nggak bajunya," kata Luna.

"Nggak usah Tante bungkus aja," kata Radit.

"Ya sudah kita langsung ke toko perhiasan buat milih cincin," kata Vivi lalu berdiri.

"Ya sudah hati-hati yah," kata Luna.

"Iya," kata Vivi. Mereka pun keluar butik dan sampai di luar terlihat Bambang beserta istrinya lagi nunggu Radit.

"Serena," panggil bambang menghampiri Serena.

"Ada apa yah tuan Pratama," kata Serena.

"Ayo pulang nak mam papa sangat kangen," kata Bambang.

"Maaf tuan tapi saya nggak mau," kata Rena.

"Tuan Bambang Rena tidak akan pulang karena sebentar lagi dia akan jadi menantu Prasetyo," kata Vivi.

"Kami nggak akan restuin Rena menikah," kata Lastri berteriak.

"Maaf nyonya Pratama tapi Anda nggak ada hak atas diri saya," kata Rena.

"Kamu mau nggak tau diri, kami udah mengadopsi kamu memberikan kamu kehidupan yang layak tapi kamu malah nggak tau balas Budi," kata Lastri.

"Saya nggak pernah minta buat di adopsi sama keluarga anda nyonya, awalnya saya senang punya orang tua tapi ternyata kalian mengadopsi saya bukan buat jadi anak tapi jadi pembantu, bahkan dari kecil sampai sekarang saya nggak pernah tau namanya kasih sayang dari anda, bahkan semenjak saya di adopsi sudah banting tulang demi sepiring nasi," kata Rena tanpa sadar air matanya menetes.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Celenk
tata bahasa tidak sastra,dan kalimat banyak yg salah,kayak gini minta bayar,?!
goodnovel comment avatar
Penghujung Cerita
ceritanya laju bngtt gk ada penghayatan cuman dikit aja..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status