Share

Gadis yang Sama

“Kamu? Ngapain kamu ada disini?” tanya Ansel, Ia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

Sedangkan sosok yang kini berada di depannya hanya menyeringai, tanpa sepatah katapun.

“Ayolah Helena, kenapa kamu bisa ada disini?” Ansel masih penasaran dengan kedatangan sepupunya yang tiba-tiba saja datang di hadapannya.

“Apa kamu terkejut dengan kedatanganku?” tanya Helena dengan senyum mengejek.

“Tentu saja, kamu datang tiba-tiba lalu menculikku.” jawab Ansel.

“Apa kamu kagum dengan kekuatanku? Hanya dengan satu gerakan, aku berhasil menculikmu,” cemooh Helena.

Tentu saja Ansel kalah oleh Helena, meskipun seorang wanita tapi Helena mahir beladiri. Sejak kecil, Helena menyukai olahraga beladiri sedangkan Ansel lebih unggul di bidang akademis hingga ia bisa menjadi seorang dokter. Hubungan mereka sebagai saudara memang cukup dekat. Bahkan Helena lebih dekat dengan Radhiti dan Ansel dibandingkan dengan orang tuanya. Itu sebabnya Helena mempunyai kamar sendiri di rumah Ansel. Ia lebih sering tinggal disana daripada rumahnya sendiri.

Orang tua Helena sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kehidupan di Saranjana tak jauh beda dengan kehidupan di dunia nyata bahkan peradaban disana lebih maju. Aktivitas yang mereka lakukan sama dengan manusia pada umumnya. 

“Baiklah, kau memang jagoan. Tenagamu kuat seperti Hulk, tapi hatimu seperti Hello Kitty,” kelakar Ansel. Helena tergelak mendengarnya.

“Kamu belum menjawab pertanyaanku, Kenapa kamu bisa ada disini?”sambung Ansel.

Helena tersenyum kecil, “ Karena siapa lagi? Ibumu yang menyuruhku untuk nemuin kamu."

“Sudah kuduga, Ibu pasti tahu tentang kebohonganku.” jawab Ansel sambil manggut-manggut.

“Sel, kenapa sih buat masalah lagi?bikin Tante Radhiti khawatir aja deh?”

“Na, Memangnya salah aku apa? aku hanya mencintai seorang wanita?”

“Kamu tidak salah, tapi selera wanitamu yang salah. Kenapa kamu selalu menyukai wanita yang berbeda dari kita sih?” tanya Helena heran.

“Di Saranjana kan banyak wanita yang cantik-cantik dan tentu saja tidak akan menimbulkan pertentangan,” lanjut Helena.

“Tapi aku tidak suka mereka!” Ansel berdecak kesal.

Helena mengalah untuk sementara waktu, percuma berdebat dengan Ansel.Sepupunya itu memang keras kepala, butuh treatment khusus untuk menghadapi orang seperti itu. Sebenarnya Helena tahu, akan sulit untuk memisahkan Ansel dengan Claretta.

Tak sembarang orang yang bisa melihat ke Saranjana hanya orang-orang tertentu yang memiliki ilmu hikmah atau mengerti ilmu ghaib yang bisa melihat dan datang kesana. Pasti ada suatu alasan yang membuat Claretta bisa tersesat di Saranjana.

Claretta tak sengaja datang ke Saranjana dan memakan makanan disana, bahkan menginap di rumah Ansel. Akan sulit bagi Retta untuk lepas dari Saranjana. Terlebih lagi terlibat hubungan emosional dengan penduduk Saranjana. Cepat atau lambat, Claretta akan kembali ke Saranjana.

Pandangan Helena lalu teralihkan pada gadis di seberang sana,orang yang diikuti Ansel sejak tadi. Ia menyipitkan matanya dan terkejut bukan main hingga mengedipkan matanya berkali-kali.`

“Sel, bukankah ia gadis yang kamu sukai?”

“Iya, memang kenapa?” Ansel balik bertanya

“Ini bukan sebuah kebetulan kan?”

“Awalnya kebetulan, tapi akan kubuat kebetulan ini jadi kenyataan,” tegas Ansel.

Tak lama, Claretta melintas di depannya. Hanya saja ia tak melihat kehadiran Ansel dan Helena. Mereka sedang tak menampakkan dirinya. Orang-orang seperti Ansel dan Helena bisa terlihat jika mereka menghendaki untuk menampakkan dirinya. Ansel yang melihat Retta, lantas berusaha untuk menyusulnya.

Helena segera menarik paksa Ansel ke mobilnya, Ansel menolak tapi tak bisa melawan tenaga Helena yang lebih besar. Ia hanya bisa ngomel-ngomel tidak jelas. Setelah memastikan Ansel masuk ke mobil, Helena langsung tancap gas kembali ke Saranjana.

“Helena, kita mau kemana?” seru Ansel.

“Kita ke psikiater, karena kamu sudah mulai gila,” hardik Helena. Pandangan matanya tetap lurus ke depan, tanpa menoleh sedetik pun pada Ansel.

“Kamu pikir aku gila?hah?” Ansel berang merasa tak terima, nafasnya mulai memburu.

“Ya! Kamu tergila-gila pada perempuan di luar batas kewajaran,” sentak Helena.

Pertengkaran semakin memanas, kedua saudara itu saling beradu mulut dan tetap pada argumen nya masing-masing.

“Kenapa mencintai seorang wanita dianggap hal yang tidak wajar?”

“Karena kamu mencintai gadis yang sama Ansel!” Helena semakin geram.

“Mereka gadis yang berbeda!,” sanggah Ansel tak mau kalah.

“Ansel, kamu pasti tahu maksud perkataanku!” cecar Helena.

“Akan kuadukan semuanya pada Tante Radhiti!” ancam Helena.

Emosi Ansel mulai melunak, ia tak ingin ibunya tahu semua hal tentang Claretta. Jika ibunya tahu, akan semakin sulit baginya untuk mendapatkan Claretta. Dia harus mencegah Helena mengadu pada ibunya.

“Helena, bukankah kita lebih dari sekedar sepupu?” Ansel menggumam. Helena hanya diam tak menjawab

“Kamu sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, kamu juga yang selalu membelaku di depan ibu.”

“Kamu pasti gak mau kan melihat aku bertengkar dengan ibu?” sambung Ansel.

Helena membuang muka, “udah deh, gak usah merajuk!” sungut Helena.

“Kenapa aku selalu luluh sama kamu?” keluh Helena menyesali sendiri sikapnya. Ansel tersenyum merasa menang.

“Ok, aku akan melepaskanmu kali ini. Tapi kamu segera menyelesaikan masalahmu.!” titah Helena.

Mobil Helena sudah memasuki halaman rumah Ansel, mereka segera masuk ke dalam rumah. Ansel langsung masuk ke dalam kamar, untuk menghindari ibunya. Helena mencari Radhiti ke segala ruangan, Radhiti rupanya sedang duduk di gazebo belakang rumah. Helena menghampiri wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. 

“Bagaimana sayang? kamu sudah bertemu dengan Ansel? tanya Radhiti.

Helena mengangguk pelan, “Sudah Tan, Tapi seperti yang kita tahu …  Ansel orangnya keras. Kalau kita keras, dia akan semakin keras.”

“Lalu kita harus gimana Na?” tanya Radhiti dengan tatapan sendu. Kekhawatiran dari seorang jelas terlihat dari kilat di matanya.

“Biar nanti Helena yang mengawasi Ansel, Tante jangan khawatir!” Helena merangkul Radhiti untuk menenangkannya.

“Terima kasih ya Helena,” ucap Radhiti sembari mengusap lembut lengan Helena.

“Boleh Tante minta tolong lagi?” tanya Radhiti

“Boleh, minta tolong apa Tante?” Helena bertanya balik.

“Tolong selidiki latar belakang gadis itu, Tante penasaran kenapa Ansel bisa tergila-gila pada gadis itu?” Radhiti memohon. 

Helena berpikir sejenak, ia bimbang antara ingin memberitahukan yang sesungguhnya  atau tetap menuruti permintaan Ansel. Namun akhirnya ia menyetujui permintaan Radhiti.

‘Maaf Tan, aku harus bohong. Aku gak mau Tante terkejut dan semakin khawatir kalau tahu siapa Claretta sesungguhnya,’ sesal Helena dalam hati.

Ia berpamitan pada Radhiti untuk memastikan sesuatu. Ia pergi ke sebuah alamat yang tadi diberikan oleh Ansel. Sekarang ia sudah berada di depan pagar rumah Claretta, tapi ia tidak melihat gadis itu. Seorang wanita keluar dari dalam rumah bersama bayi yang sedang digendongnya. Pandangan matanya terbelalak, wanita itu tidak asing baginya. Meskipun mereka tidak saling mengenal tapi mereka pernah sekali bertemu.

Ji-Na

Hai, makasih yang udah mampir ke novelku .... Banyak misteri-misteri yang terungkap di bab selanjutnya nih. Terus ikutin kisah Retta selanjutnya ya.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status