Share

Bab 165

Tangan kecil itu membingkai wajahku, lalu menghujani wajah dengan kecupan tanpa henti.

"Aku sayang Ibu. I love you, Ibu," cetusnya lagi.

Mata kukerjapkan beberapa kali, saat kurasai telapak tangan yang menempel di pundak.

"Mbak Husna, bangun, Mbak."

Suara Bu Ratna mengiringi gerakan tangannya yang terhenti.

Terlihat di depanku, Fajar yang sedang terlelap. Sebuah buku yang terbuka di atas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, menandakan aktifitas sebelum ia benar-benar memejamkan mata.

Jika ia sedang terlelap sedamai ini, lalu ulah siapa beberapa saat tadi?

"Mbak, pindah ke kamar, ya. Tidur sambil duduk begini, Mbak Husna bisa capek, nanti," ujar Bu Ratna lagi.

Kuamati diri sendiri. Duduk bertumpu di lantai, dengan tangan bersandar pada sisi ranjang di samping Fajar. Kurasai kalau lututku mulai terasa sulit digerakkan.

Di seberang tempatku duduk, Wahyu pun terlihat tak jauh berbeda dengan sang kakak.<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status