Share

3. Bertemu Lagi

Hembusan angin membelai lembut wajah cantik Vira, yang sedang duduk di kursi taman panti asuhan Kasih Bunda. Di depannya, segerombolan anak berlarian saling kejar-kejaran satu sama lain, mereka tampak tertawa bahagia, seperti tidak ada beban yang mereka pikul. Padahal, rasa sepi karena tidak memiliki orang tua, selalu menggelayuti hati mereka.

"Vira." Suara lembut Asih, membangunkan Vira dari lamunannya.

"Bunda, apa kabar?" Vira langsung memeluk Asih dengan erat. Ia begitu merindukan wanita yang sudah merawatnya dari sejak ia masih bayi ini.

"Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?" sahut Asih seraya tersenyum.

"Alhamdulillah, Vira juga baik, Bunda."

"Syukurlah, Bunda sangat merindukanmu. Tapi, kamu tidak pernah mengunjungi Bunda."

Vira meringis memamerkan gigi putihnya. "Maaf, Bunda. Insya Allah lain kali Vira akan lebih sering datang ke sini."

"Iya, Bunda tunggu," sahut Asih seraya tertawa, lalu kemudian mereka berdua berjalan menuju teras samping rumah tersebut.

"Bunda, sekarang tempat ini jadi lebih indah," puji Vira yang mengedarkan pandangannya ke sekitar taman. Sudah dua tahun lebih Vira tidak mengunjungi panti ini, ada lumayan banyak perubahan di sini. Taman di sini tidak hanya ditumbuhi pohon buah dan bunga saja. Namun, ada danau buatan dan kolam renang yang mempercantik taman ini, dan juga ada wahana bermain yang lumayan lengkap untuk menambah suasana cerianya.

"Iya, ini semua idenya, Yusuf. Dia bilang agar anak-anak tidak bosan di dalam panti," sahut Asih yang tersenyum mengingat putra semata wayangnya.

"Mas Yusuf?" Ulang Vira takjub. Sedangkan Asih menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Lalu, bagaimana kabar Mas Yusuf

sekarang, Bunda? Apakah sudah menikah?" tanya Vira antusias.

"Dia baik, perusahaan juga semakin sukses sejak ia mengelolanya. Namun, sampai sekarang dia belum menikah, entahlah siapa yang ditunggunya, hingga membuatnya sampai saat ini belum memutuskan untuk menikah," sahut Asih bingung. Asih mengetahui bahwa Yusuf sudah mencintai seseorang wanita, namun siapa wanita itu, Asih tidak mengetahuinya. Lalu kemudian mereka berdua melanjutkan obrolan ringan.

Vira dan Yusuf, usia mereka hanya berjarak tiga tahun, oleh sebab itu dulu mereka sangat dekat, berbeda dengan anak panti yang lainnya, yang rata-rata sudah bersekolah.

Tempat yang dijadikan sebagai panti asuhan ini, adalah sebuah rumah besar milik Asih sendiri. Asih sebenarnya adalah anak tunggal dari seorang pengusaha, namun orang tuanya sudah meninggal cukup lama, dan pengalaman pahit hidupnya, membuat Asih mengabdikan hidupnya untuk merawat semua anak yatim piatu di sini.

Asih pernah menikah hingga tiga kali. Suami pertamanya adalah cinta pertamanya sendiri. Namun, dia kurang bertanggung jawab sebagai suami, bisa dikatakan dia adalah tipe lelaki yang malas bekerja dan malah mengandalkan kekayaan istrinya, hingga akhirnya orang tua Asih menyuruhnya untuk bercerai.

Lalu suaminya yang kedua adalah pria pilihan ayahnya, begitu pula dengan yang ketiga. Namun, kedua pria itu sama-sama brengseknya. Meski secara ekonomi mereka setara dengan Asih, namun kedua mantan suaminya itu tukang selingkuh. Dan, suaminya yang terakhir bahkan lebih parah lagi, dia bukan hanya bermain wanita saja, namun juga berniat mengeruk kekayaan orang tua Asih, hingga membuat perusahaan ayahnya Asih hampir bangkrut dan membuat ayahnya Asih terkena penyakit stroke dan akhirnya meninggal dunia.

Lalu tidak berselang waktu lama, ibunya Asih meninggal dunia. Setelah kejadian itu, Asih hanya tinggal sendiri dengan Yusuf, yaitu anak semata wayangnya dengan mantan suaminya yang terakhir.

Perjuangan Asih dulu sangatlah tidak mudah, ia harus mengokohkan kembali perusahaan peninggalan orang tuanya yang hampir bangkrut, beserta merawat anaknya sendirian.

Lalu di suatu hari, ketika Asih sedang berada di jalan. Asih yang merasa iba ketika melihat anak-anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua, hidup terlunta-lunta di jalan, ia dengan tulus meminta anak-anak kecil itu untuk tinggal dengannya di rumah besarnya. Lalu kemudian Asih memperkerjakan beberapa orang untuk membantu merawat mereka.

Hingga beberapa waktu kemudian, Vira yang masih bayi, ia temukan berada di dalam kardus tepat di depan gerbang rumahnya, dengan hanya memakai pakaian serta bedongan tipis yang tidak cukup untuk menghalau dinginnya angin malam. Vira bayi yang menangis kencang karena merasa lapar dan kedinginan, membuat semua orang yang berada di dalam rumah langsung keluar dan menghampirinya.

Vira adalah bayi pertama yang ada di panti asuhan Kasih Bunda. Yusuf kecil yang melihat Vira yang masih bayi, ia merasa gemas dan lalu menganggapnya sebagai seorang adik, kedekatan mereka saat itu terus berlanjut hingga mereka remaja, dan tepat di usia delapan belas tahun, Vira akhirnya dipersunting oleh Lukman.

Ketika Vira menikah, Yusuf masih berada di luar negeri untuk melanjutkan studinya. Yusuf tentu terkejut mendengar kabar pernikahan Vira, namun ia juga tidak bisa pulang untuk menghadiri acara pernikahan tersebut, karena kabar itu terbilang mendadak.

"Assalamualaikum." Di saat sedang asyik mengobrol, suara seorang laki-laki memaksa kedua wanita itu untuk berhenti dari obrolannya. Asih dan Vira kompak berdiri untuk menyambutnya.

"Waalaikumsalam ... Yusuf, kamu sudah pulang, Nak? tanya asih lembut.

"Iya, Bu," sahut Yusuf seraya mencium tangan ibunya. Namun, ia membeku ketika melihat wanita yang berada di samping ibunya.

"Yusuf, masih ingat dengannya?" tanya Asih seraya menarik tubuh Vira lebih dekat dengannya. Namun, Yusuf tidak menanggapi, ia masih tertegun dalam diamnya.

"Kamu pasti sudah lupa," ujar Asih seraya tertawa. "Ini--"

"Vira," sahut Yusuf pelan, lalu kemudian ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Bagaimana kabarmu, Vira?"

Ada sorot aneh di mata Yusuf, namun tidak ada orang yang menyadari hal itu.

Vira melakukan hal yang sama seperti yang Yusuf lakukan. Sejenak Vira merasa terkejut, namun tidak lama kemudian ia tersenyum tipis, Vira merasa puas karena Yusuf semakin lebih baik dari yang diingatnya dulu.

"Alhamdulillah baik, Mas. Mas Yusuf sendiri bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, aku juga baik. Silakan dilanjutkan mengobrolnya, aku masuk ke dalam dulu," pamit Yusuf yang menganggukkan kepalanya singkat, lalu kemudian ia berlalu meninggalkan kedua wanita tersebut.

Setelah kepergian Yusuf, Asih menghela napas panjang. "Ternyata saat denganmu, ia juga menjaga jaraknya. Dia bahkan juga tidak ingin menjabat tanganmu, padahal kita juga bukan orang yang terlalu fanatik dalam agama," ujar Asih bingung dengan perubahan anaknya selama ini.

"Tapi, Bun. Bukankah ini justru lebih baik? Mas Yusuf 'kan menjalankan sesuai syariat, dia menjaga dirinya dari wanita yang bukan mahramnya. Lalu, apa yang membuat Ibu seperti keberatan?" tanya Vira bingung.

"Iya memang, Bunda juga menyukai hal itu. Namun, dia seperti terlalu berlebihan. Semenjak pulang dari luar negeri dia sangat jarang berinteraksi dengan perempuan, padahal dia perginya ke Singapura, bukan ke pondok pesantren yang membuatnya terbiasa menjaga jarak dengan perempuan."

"Tahu nggak, bahkan Bunda sampai mengira bahwa di sana ia 'belok'. Tapi, ternyata tidak." Lanjut Asih seraya tertawa.

"Ternyata dia hanya memang menjaga jarak dengan perempuan. Ada temannya yang bilang sih, Yusuf pernah bersikap seperti orang yang patah hati di sana, dan setelah itu ia langsung mengubah sikapnya terhadap perempuan. Entahlah, Bunda juga tidak tahu pasti bagaimana ceritanya, yang terpenting, Bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuknya."

Sedangkan di dalam rumah, Yusuf berjalan dengan sedikit linglung ketika menaiki tangga. "Aku tidak menyangka, kita akan bertemu lagi, Vira," gumam Yusuf seraya tersenyum getir.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status