Setelah mengadakan acara lamaran yang hanya disaksikan oleh keluarga inti saja, lalu seminggu kemudian Lukman dan Ayu menggelar acara pernikahan mereka di kediaman Ayu sendiri.Mereka berdua tidak menggelar pesta pernikahan yang mewah, namun cukup meriah untuk menyambut para tamu undangan yang sebagian besar adalah teman dekat, tetangga, dan keluarga besar mereka saja.Di atas pelaminan, kedua orang yang baru saja dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, mereka berdua tampak tersenyum semringah menyambut ucapan selamat dari para tamu undangan yang datang.Sedangkan di sisi lain, Vira pun juga tengah sibuk menyambut para tamu undangan yang baru saja datang. Senyuman manis Vira tidak pernah luntur, seolah-olah ia juga ikut merasa bahagia dengan pernikahan suaminya. Namun, tidak ada yang tahu semuram apa hati Vira saat ini. Apalagi ketika Vira mulai mendengar bisik-bisik orang yang bergosip tentang rumah tangganya."Eh, Jeng. Ternyata mendapat istri yang cantik dan salihah saja, tidak
Setelah kepergian Vira dan Naura, hati Lukman menjadi tidak tenang. Ia memang masih bisa menanggapi obrolan dari keluarganya Ayu dengan baik, namun hati dan pikiran Lukman hanya terpaut ke Vira, sang istri pertamanya.Malam semakin larut, akhirnya satu persatu keluarga besarnya Ayu mulai pulang ke rumah masing-masing, sedangkan kedua orang tuanya Ayu sudah meninggal cukup lama. Jadi selama ini Ayu hanya tinggal berdua dengan anaknya, namun Ayu masih beruntung karena memiliki seorang tante yang rumahnya dekat dengan tempat tinggalnya, jadi jika ada apa-apa, tantenya itulah yang biasanya membantu Ayu.Kini hanya ada Lukman, Ayu, dan juga Winda anaknya Ayu yang sudah berada di dalam kamar.Ayu yang baru saja membersihkan make up nya, ia langsung keluar dari kamar mandi. Namun, Ayu sejenak menghentikan langkahnya ketika ia melihat wajah Lukman terlihat sedang cemas."Mas ...."Lukman tersentak ketika Ayu memanggilnya seraya memegang bahunya."Eh iya, ada apa?""Apa yang sedang Mas pikirka
Jam masih menunjukkan pukul empat pagi, namun sudah ada orang yang mengetuk pintu rumahnya Ayu.Ayu yang mengira itu Lukman, maka ia pun langsung bergegas membuka pintu rumahnya. Ayu langsung tersenyum manis, ketika ia membuka pintu rumahnya dan melihat Lukman yang sedang tersenyum di wajah kantuknya."Maaf karena sudah membangunkanmu," ujar Lukman seraya menguap. Lukman hanya tertidur selama dua jam saja, lalu kemudian ia buru-buru datang ke rumahnya Ayu. Lukman hanya tidak ingin tetangga Ayu melihat dia semalam tidak menginap di rumah Ayu, jadilah Lukman memaksakan diri untuk segera datang ke rumah Ayu, walaupun ia sangat lelah dan mengantuk. "Nggak apa-apa, Mas. Mas kelihatan ngantuk sekali, kalau begitu Mas istirahat saja di kamar."Lukman mengangguk, lalu kemudian ia langsung menuju ke kamarnya Ayu untuk tidur kembali. Sedangkan Ayu yang masih berada di tempatnya, ia tersenyum senang. Ayu merasa senang karena Lukman juga terlihat mementingkan perasaannya juga, buktinya Lukman
Melihat kepulangan Lukman dan Ayu, Vira pun buru-buru membayar belanjaannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya. "Mas dan Ayu sudah pulang? Vira kira masih nanti siang, tunggu sebentar ya, Vira taruh ini dulu ke dapur," ujar Vira seraya menenteng satu kantong plastik berisi sayuran dan lauk yang tadi ia beli."Iya," sahut Lukman seraya tersenyum, sedangkan Ayu hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.Lalu tidak lama kemudian, Vira keluar lagi dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan teh. "Ini diminum dulu, biar Winda gantian aku yang gendong, bahu kamu pasti sudah pegel kan?""Eh, memangnya tidak ngrepotin, Mbak?" tanya Ayu sungkan, namun benar apa yang dikatakan Vira, bahu ayu sudah terasa pegal karena sedari tadi sudah menggendong bayi gembul tersebut."Tidak apa-apa, sini ...." Vira langsung mengambil alih bayi tersebut, lalu kemudian ia sedikit menimangnya, karena Winda terlihat mulai mengantuk lagi."Masya Allah, cantiknya Winda, sama cantiknya dengan Mam
Malam harinya, Lukman yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di dalam ruang kerjanya, ia langsung pergi menyusul kedua istrinya yang sedang menonton televisi di ruang tengah."Eh, Mas Lukman. Sudah selesai?" tanya Ayu seraya tersenyum manis."Iya, aduh perutku lapar nih," keluh Lukman seraya memegangi perutnya. Padahal tadi dia sudah makan malam, tapi entah mengapa baru jam sembilan sudah merasa lapar lagi."Oh, kalau begitu biar Ayu yang siapkan makanan untuk, Mas Lukman." Ayu langsung sigap berdiri, ia begitu bersemangat melayani Lukman. Sedangkan Vira hanya diam saja, ia masih fokus mengikuti jalannya cerita sinetron yang sedang ditontonnya."Iya, tapi salad buah saja ya, dan terima kasih." Lukman mengusap lembut rambut Ayu yang sedang tidak memakai jilbab. Ayu memang melepas jilbabnya ketika di dalam rumah, berbeda dengan Vira yang hanya melepas jilbabnya ketika ia berada di dalam kamar.Seperti ada ribuan bunga yang bermekaran di hati Ayu, ketika ia merasakan lembutnya sentuha
Seminggu kemudian...Pagi ini di rumah kedua orang tuanya Lukman, sedang diadakan acara pengajian untuk para ibu-ibu kompleks yang berada di area tersebut.Hari ini hari Minggu, Lukman dan Ayu sedang libur, jadi mereka semua pagi-pagi sekali sudah pergi ke kediaman orang tuanya Lukman.Saat ini Vira tampak sedang sibuk di dapur, sedangkan Ayu berada di depan dengan anaknya, bersama ibunya Lukman, dan juga adik ipar mereka.Di saat acara makan-makan tiba, Vira dan para pelayan langsung menyajikan hidangan untuk para ibu-ibu tersebut, dan di saat Vira sudah berjalan mendekat, suara obrolan para ibu-ibu mulai terdengar di telinganya Vira."Wah, anakmu hebat sekali, Bu Desi. Sudah mendapatkan istri yang sempurna seperti Vira, kini Lukman sudah menikah lagi dengan Ayu, mana Ayu juga cantik dan pintar lagi," puji salah satu ibu-ibu tersebut.Sedangkan Desi, ibunya Lukman. Ia langsung tersenyum bangga. "Iya dong, Bu. Anak saya kan seorang direktur, kerjaannya sudah mapan, jadi hanya untuk me
Keesokan harinya, Ayu keluar dari kamar dengan rambut basahnya yang tergerai indah. Ayu yang biasanya tidak pernah pergi ke dapur, kecuali sarapannya sudah siap, kini dia berpura-pura sedang haus dan ingin mengambil air minum di dapur."Pagi, Mbak." Ayu menyapa Vira yang sedang memasak di dapur."Pagi, Ayu. Winda belum bangun?" tanya Vira yang tidak menoleh sama sekali ke arah Ayu, sebab Vira tengah sibuk memotong sayuran."Belum, Mbak. Mungkin sebentar lagi bangun," sahut Ayu seraya tersenyum kecut, padahal Ayu berniat pamer ke Vira, kalau semalam Lukman sudah 'menyentuhnya'.Vira hanya menjawab oh, lalu dia tetap fokus memasak. Sedangkan Ayu yang merasa kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi nya, ia segera pamit kembali ke kamar. Padahal tadi Ayu sudah membayangkan, jika Vira akan memasang raut wajah cemburu, sama seperti dirinya ketika melihat Lukman keluar dari kamar Vira, yaitu dengan rambut basahnya Lukman, dan juga wajah yang berseri-seri. Namun, yang dilihat Ayu justru seb
Vira dan Lukman mendadak menjadi canggung ketika mendapat pertanyaan seperti itu dari Ayu. Namun, karena Lukman sudah tidak tahan lagi, ia langsung menggandeng Vira menuju kamar seraya mengatakan, "Aku ada urusan sebentar dengan Vira, kamu siap-siap saja dulu. Setelah ini kita akan langsung berangkat, dan kita sarapan di luar saja."Lalu tidak lama kemudian, pintu kamar Vira tertutup. Ayu menatap nanar pemandangan tersebut. "Apakah, Mas Lukman semalam tidak puas denganku? Dan, sekarang dia minta dilayani Mbak Vira?"Ayu tentu merasa sakit hati. Namun, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, sebab Ayu bukanlah orang yang licik, dan sangat berambisi untuk merebut cintanya Lukman dengan berbagai cara. Karena Ayu sangat tahu rasa terima kasih, dan juga pentingnya menjaga perdamaian dengan kakak madunya.Empat puluh lima menit kemudian, Lukman dan Vira akhirnya keluar. Ayu yang sudah siap sedari tadi, ia langsung berdiri dari duduknya, lalu kemudian Ayu dan Lukman langsung pamit ke Vira untuk