Share

Eps. 04

“Tidak ada yang tau, Mi,” ucap Arsyil, saat melihat sang istri dan ibunya yang saling berinteraksi. “Tidak ada yang tau dengan apa yang akan aku sampaikan ini.”

Lagi, ucapan Arsyil membuat Azmya bertambah tak enak hati. Mata gadis itu bahkan sudah mulai berembun. Andai Arsyil mengaku suatu hal yang membuatnya sakit, tentu air mata Azmya akan lolos dengan mudahnya. Bahkan, saat ini saja, dirinya ingin menangis. Karena Azmya memang gadis yang seperti itu sejak dulu. Hatinya teramat lembut. Hingga mudah sekali iba dan menangis.

“Mia ... Sebenarnya, sebenarnya aku ingin bertanya kepada Kamu.”

Dahi Azmya berkerut, “bertanya?” gumamnya. Kenapa jadi bertanya? Bukankah sang suami tadinya ingin mengakui sesuatu?

Senyum Arsyil mengembang. “Azmya-ku, kenapa wajah kamu tegang sekali?” Melihat senyum Arsyil, masih belum dapat membuat hati Azmya menjadi tenang.

“Aku hanya ingin bertanya. Apakah Kamu tau, kalau aku jatuh cinta sama Kamu, sejak kita SMA?”

Dengan wajah yang masih dipenuhi kebingungan, Azmya menganggukkan kepalanya. Melihat Azmya hanya mengangguk, Joe meminta izin kepada Arsyil untuk menghampiri Azmya, dan menyerahkan microphone pada gadis itu.

Arsyil kembali bertanya, “aku itu jatuh cinta pada pandangan pertama sama Kamu. Apa kamu tau, kapan persisnya aku jatuh cinta sama Kamu?”

“Kamu berdiri di sana hanya untuk bertanya hal itu?!” sungut Azmya. Gadis itu merasa kesal. Padahal tadi Azmya sudah hampir menangis karena pernyataan pria itu. Tapi, ternyata dirinya hanya ingin mengungkapkan perasaan cintanya.

“Kenapa? Kamu pikir aku mau mengakui apa? Ayo jawab pertanyaan ku!” ucap Arsyil sembari terkekeh.

“Saat perkenalan di kelas kan? Sewaktu kelas satu? Saat aku maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri, Kamu pasti terus menatapku karena terpesona akan kecantikanku! Iya kan?!” ucap Azmya angkuh. Sontak seluruh orang yang berada di gedung itu terkekeh-kekeh dengan tingkah narsis Azmya.

“Salah! Aku tuh mulai jatuh cinta sama Kamu, sebelum perkenalan kelas. Bahkan sebelum pembagian kelas.”

Azmya menautkan kedua alisnya.

“Kamu ingat, saat awal masuk sekolah ada nenek penjual jeruk di gerobak kecil? Ketika gerobaknya jatuh, ada seorang gadis kecil baik hati dengan rambut dikepang dua, berlari membantu nenek itu memunguti buah jeruknya.”

Mata Azmya membulat. Gadis itu kembali teringat dengan apa yang diceritakan oleh Arsyil. Tapi, saat itu bukan hanya dia yang membantu nenek penjual jeruk itu. Ada seorang anak laki-laki yang juga turut membantu. Apa itu Arsyil?

“Kamu?”

Arsyil tersenyum, “iya sayang. Anak laki-laki yang juga ikut menolong itu, aku. Aku langsung jatuh hati sama Kamu. Bukan karena Kamu cantik, tapi karena Kamu itu baik.”

Mata Azmya, seketika kembali mengembun. Tak cukup sampai di situ. Arsyil juga menunjukkan sebuah buku tulis. Buku tulis yang dijadikan pria itu sebagai buku hariannya. Arsyil meletakkan buku itu di sebuah proyektor, hingga semua orang bisa ikut membaca buku harian itu.

Air mata Azmya lolos begitu saja saat mendengar bagaimana Arsyil sudah mencintai dirinya sejak dulu. Arsyil juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Ratih, karena berkat gadis itu memberikan nomor ponsel Azmya, dirinya dapat menikahi Azmya hari ini.

Arsyil pun menghampiri Azmya dengan air mata yang sudah berderai sedari tadi. Bukan langsung membawa gadis itu ke dalam pelukannya, Arsyil malah berlutut di hadapan Azmya. Menggenggam jemari gadis itu.

“Mi, aku hanya ingin mengatakan, kalau aku menunggu Kamu bukan satu bulan, dua bulan. Aku sudah mencintai Kamu bertahun-tahun. Tidak pernah ada nama wanita lain yang tertulis di hatiku. Sejak awal aku mengenal cinta, hanya ada nama Kamu di hati aku. Bahkan cinta itu semakin bertambah saat ini.

Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat Kamu bahagia, Mi. Sebisa mungkin aku tidak akan membuat Kamu bersedih. Aku sangat mencintai kamu, Azmya Putri.”

Azmya yang merasa sangat terharu, ikut berlutut di hadapan sang suami. Gadis itu pun langsung memeluk Arsyil.

“Terima kasih,” ucap gadis itu dengan bibir bergetar.

Gedung serbaguna perumahan itu pun bergemuruh karena tepukan tangan dan teriakan semua orang yang berada di sana.

Setelah pengajuan cinta itu, acara resepsi pernikahan itu akhirnya dimulai. Para tamu sudah dipersilakan untuk bersalaman dengan pengantin ataupun menikmati hidangan yang tersaji.

Banyak tamu undangan yang mengantri di sana. Hingga tibalah seorang pemuda, yang kini berdiri di hadapan Azmya.

Bukan ucapan selamat yang diterima Azmya darinya, melainkan sebuah pertanyaan. Pernyataan yang membuat Azmya dan Arsyil geram.

“Aku masih sangat mencintai Kamu, Mi,” ucap Irwan., sembari membelai pipi Azmya. Gegas Azmya menepis jemari pria itu. Jika Arsyil tidak bergerak cepat, Irwan sudah membawa sang istri ke dalam pelukannya.

“Jangan berani macam-macam dengan istri saya!” tegas Arsyil. Arsyil bahkan mendorong keras tubuh pria itu hingga hampir terjungkal. Semua mata kini mengarah ke pelaminan. Orang tua Azmya dengan lembut meminta Irwan untuk meninggalkan tempat itu.

Irwan memang turun dari atas pelaminan. Tapi pria itu gegas melangkahkan kakinya menuju panggung musik dan mengambil microphone.

“Hei, Kamu akan menyesal sudah menikahi Mia. Mia itu hanya mencintaiku! Dia bahkan dengan sukarela menyerahkan keperawanannya padaku. Azmya sudah tidak perawan lagi! Ceraikan dia!”

Mata Azmya mendelik. Wanita itu mengguncang tangan Arsyil sembari menggelengkan kepalanya. Menyangkal apa yang diucapkan oleh Irwan. Namun Arsyil tak menanggapinya. Pria itu malah melangkah meninggalkan Azmya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status