“Hei, Kau akan menyesal sudah menikahi Mia. Mia itu hanya mencintaiku! Dia bahkan dengan sukarela menyerahkan keperawanannya padaku. Azmya sudah tidak perawan lagi! Ceraikan dia!”Mata Azmya mendelik. Wanita itu mengguncang tangan Arsyil sembari menggelengkan kepalanya. Menyangkal apa yang diucapkan oleh Irwan. Namun Arsyil tak menanggapinya. Pria itu malah melangkah meninggalkan Azmya.Arsyil melangkah menaiki panggung musik, menghampiri Irwan dan merebut microphone dari tangan mantan kekasih Azmya itu. Ucapan Irwan di depan para tamu undangan dan keluarga, benar-benar membuat Arsyil geram. Ingin rasanya dia menghajar mantan kekasih istrinya itu hingga babak belur. Tapi Arsyil tak mau menanggapinya dengan adu otot. Karena itu tak akan bisa mengembalikan nama baik sang istri, yang telah tercoreng karena ucapan pria brengsek itu.“Hei Bung! Aku tau maksud dan tujuan Kau mengatakan hal itu padaku. Kau ingin aku menyeraikan Mia, lalu Kau yang akan menikahinya. Iya kan?”“A-aku mengatakan
Acara resepsi pernikahan Azmya dan Arsyil berlangsung hingga pukul 17:00 WIB. Pria itu langsung memboyong Azmya menuju hotel bintang empat yang letaknya tak terlalu jauh dari kediaman orang tua wanita itu.Azmya dan Arsyil memang sudah merencanakan hal itu sebelumnya. Azmya juga sudah menyiapkan tas berisi beberapa lembar pakaian yang akan dibawanya untuk menikmati acara bulan madu mereka, selama tiga malam di hotel.Azmya bahkan sudah menyiapkan sebuah gaun malam yang cukup seksi. Gaun malam yang rencananya akan dipakai Azmya, saat wanita itu akan melepas kegadisannya di malam pengantin mereka.Namun, tentu saja hal itu tidak sepenuhnya akan terwujud. Walau gaun seksi itu akan dipakai saat malam pertama pernikahan, tapi kegadisannya sudah direnggut sang suami, pagi tadi.Azmya kembali teringat akan janjinya pada Arsyil. Malam ini dirinya harus menggoda sang suami. Mengembuskan napas kasar, Azmya memikirkan apa yang harus dia lakukan malam nanti. Seketika Azmya menutup wajahnya. Bahka
“Ars, ayo turun!” cebik Azmya, saat sang suami terlihat sangat betah di atas tubuhnya. Arsyil terus memeluk erat tubuh Azmya sejak pria itu menyemburkan laharnya dalam tubuh sang istri.“Aku susah bernapas, Ars!” rengek wanita itu sekali lagi.Akhirnya Arsyil pun beringsut. Namun pria itu langsung membawa Azmya ke dalam pelukannya.“Kamu luar biasa, Mi. Pakaian yang kamu kenakan malam ini, juga luar biasa!” bisik Arsyil.Azmya hanya tersenyum mendengar ucapan sang suami. Azmya pun berjanji, selepas berbulan madu, dirinya harus mengucapkan terima kasih pada Vani. Karena sepupu sekaligus sahabatnya itulah yang memilihkan gaun malam seksi itu. Walaupun malu, tapi Azmya bertekad untuk membuat sang suami tambah terpikat padanya.“Selama kita menginap di sini, Kamu pakai terus ya, gaunnya. Nanti, sepulang dari hotel, akan aku belikan lebih banyak lagi. Aku suka,” bisik Arsyil yang semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.Namun,
Setelah menikmati masa bulan madu selama tiga malam, sepasang pengantin baru itu kembali ke kediaman orang tua Azmya. Menginap di sana selama dua malam, lalu bertolak ke sebuah desa. Desa tempat di mana Arsyil merintis usahanya sejak enam tahun yang lalu.Kedua orang tua, juga kakeknya Azmya, turut serta mengantarkan kepindahan wanita itu. Desa itu memang tak terlalu jauh dari pusat kota. Hanya memerlukan waktu tempuh selama tiga jam, Azmya dan keluarganya sudah tiba di salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Bogor itu.Desa ini cukup luas. Tiga puluh persen wilayahnya, terdiri atas persawahan. Karena padi adalah salah satu komoditi terbesar wilayah itu. Tidak hanya persawahan, kawasan itu juga banyak dijumpai perladangan juga peternakan. Hanya Arsyil yang memilih untuk membudidayakan buah-buahan serta sayuran organik di sana.Pemukiman penduduk tidak terlalu ramai, itulah sebabnya udara di desa itu sangat segar. Azmya menghirup napas dalam-dalam ketika menginjak
Arsyil mendengus kesal saat mendengar teriakan sang ibunda. Sementara Azmya tersenyum penuh kemenangan. Gegas wanita itu beranjak dari atas ranjang. Azmya sempat menjulurkan lidahnya pada Arsyil, mengejek usaha sang suami yang berbuah kegagalan, siang ini. Azmya pun melangkahkan kakinya membuka pintu kamar dan menyambut sang mertua.“Ayo makan siang,” ajak Ninik. Azmya mengangguk, “iya Bun,” jawab Azmya. Namun, saat wanita itu hendak mengikuti langkah kaki ibu mertuanya, Azmya tersadar jika sang suami masih duduk di ranjang. Azmya sedikit terkejut, saat Arsyil masih duduk dengan posisi yang sama.Melangkah mendekati sang suami, “ayo Ars,” ajak wanita itu.“Kamu duluan saja. Aku masih ada urusan sama yang di bawah sini. Tidak mungkin kan aku keluar kamar dengan kondisi seperti ini!” ketus Arsyil sembari menunjukkan bagian bawahnya pada sang istri. Mata Azmya pun mengikuti arah pandang Arsyil.“Oh.”Hanya ungkapan itu yang keluar dari bibir Azmya, saat menyaks
Azmya masih berdiri di sana, menunggu sang suami yang berjanji akan menemaninya sebentar lagi. Tapi, saat Arsyil baru saja berlalu dari hadapannya, dua orang perempuan menghampiri Azmya.“Wah, jangan-jangan Kamu tidak bisa memuaskan suami ya!”Azmya menoleh, menatap wanita paruh baya yang kini berdiri di sampingnya. “Masa pengantin baru tapi sudah bertengkar, sih! Begitulah kalau salah pilih istri! Pasti sekarang Arsyil menyesal karena tidak memilih Tiara!”Akhirnya Azmya tau, siapa wanita yang menghampirinya bersama Mutiara. Azmya yang masih merasa sedih karena perlakuan Arsyil, menjadi bertambah sakit mendengar ucapan ibunya Mutiara.Bisa-bisanya wanita paruh baya itu mengatakan jika Arsyil merasa menyesal karena menikah dengannya. Azmya yang merasakan perubahan sikap Arsyil hari ini, menjadi takut, jika apa yang diucapkan oleh wanita itu menjadi nyata. Arsyil menyesal menikahinya.Mungkinkah?“Siapa yang bertengkar ya, Bu?!" sergah
“Mumpung keluarga kita masih berkumpul. Mumpung masih ada orang tuaku di sini. Tolong Ars, kembalikan aku kepada kedua orang tuaku. Kembalikan aku kepada papaku!”Arsyil terperangah mendengar ucapan Azmya. Terlebih wanita itu mengatakannya dengan wajah sembab dan sorot mata tajam.Arsyil menghela napas berat. Pria itu tau, jika sang istri pasti cemburu melihat kedekatannya dengan Mutiara. Namun, ucapan Azmya membuat pria itu sedikit kesal. Karena wanita di dahapannya ini, begitu mudah mengucapkan perpisahan. Karena menurut Arsyil, kondisinya saat itu tidak memungkinkan baginya untuk mengacuhkan Mutiara.“Sayang, bukankah sudah pernah aku katakan. Jika ada hal yang Kamu tidak suka dari sikapku, katakan saja. Jangan seperti ini. Kita sudah menikah, Mi. Tolong jangan kekanakan.”Kalimat yang dilontarkan Arsyil, seketika membuat Azmya bertambah marah. Pasalnya ucapan sang suami, persis dengan mantan kekasihnya, yang selalu memersalahkan sikap kek
“Ah, saya rasa itu hanya berpura-pura. Wong tadi saya mendengar, perempuan kota itu memohon-mohon agar Nak Arsyil menemaninya. Tapi, Nak Arsyil malah bersikap acuh. Bahkan berbicara dengan ketus loh!”Beberapa pasang mata kini beralih pada ibu kandung Mutiara. Mereka menatap tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh wanita paruh baya itu.“Tidak mungkin lah Bu RT. Kang Arsyil itu kan selalu bersikap ramah dan lemah lembut sama semua orang.”Beberapa ibu-ibu pun mengangguk, membenarkan hal itu. Arsyil memang terkenal ramah. Sebagai orang kota, dan sebagai salah satu warga yang paling berkontribusi untuk kemajuan dan kemakmuran desa, Arsyil selalu bersikap ramah dan santun kepada siapa saja yang dijumpainya. Jadi, mendengar pria itu bersikap acuh dan ketus kepada istrinya, tentu saja beberapa ibu-ibu sulit untuk memercayai ucapan istri RT itu.“Saya dan Tiara mendengar sendiri loh, ibu-ibu!”Mutiara pun menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan sang ibu.“Masa sih? Kok saya tidak perc