“Ars, ayo turun!” cebik Azmya, saat sang suami terlihat sangat betah di atas tubuhnya. Arsyil terus memeluk erat tubuh Azmya sejak pria itu menyemburkan laharnya dalam tubuh sang istri.
“Aku susah bernapas, Ars!” rengek wanita itu sekali lagi.Akhirnya Arsyil pun beringsut. Namun pria itu langsung membawa Azmya ke dalam pelukannya.“Kamu luar biasa, Mi. Pakaian yang kamu kenakan malam ini, juga luar biasa!” bisik Arsyil.Azmya hanya tersenyum mendengar ucapan sang suami. Azmya pun berjanji, selepas berbulan madu, dirinya harus mengucapkan terima kasih pada Vani. Karena sepupu sekaligus sahabatnya itulah yang memilihkan gaun malam seksi itu. Walaupun malu, tapi Azmya bertekad untuk membuat sang suami tambah terpikat padanya.“Selama kita menginap di sini, Kamu pakai terus ya, gaunnya. Nanti, sepulang dari hotel, akan aku belikan lebih banyak lagi. Aku suka,” bisik Arsyil yang semakin mengeratkan pelukannya pada sang istri.Namun, jawaban Azmya membuat pria itu kembali melonggarkan pelukannya, dan menatap sang istri.“Aku sudah beli tiga model lingerie, kok. Dan yang dua lagi, malah lebih seksi dari ini."“Serius?!!”Azmya mengangguk pelan dan kembali masuk dalam pelukan Arsyil. Sikap malu-malu macan Azmya, membuat rasa cinta Arsyil terhadap wanita itu semakin menggila. Di kecupnya lama pucuk kepala wanita yang sangat dicintainya itu.Cukup lama mereka saling diam. Saling menikmati dekapan hangat setelah pertempuran panas itu, hingga akhirnya mereka pun terlelap.***Saat mentari masih malu-malu menyapa dari balik tirai jendela, Azmya sudah terbangun dari tidurnya. Wanita itu benar-benar tidur dengan lelap, malam tadi. Pun dengan Arsyil. Pertempuran panas mereka tadi malam, membuat tubuh sepasang pengantin baru itu sangat lelah. Terlebih sejak pagi hingga sore, tenaga dan emosi mereka benar-benar terkuras untuk ceremonia pernikahan, mulai dari akad hingga resepsi.Azmya merasakan bagian sensitifnya masih sedikit perih, akibat perbuatan brutal sang suami. Saat wanita itu melihat Arsyil yang masih tertidur begitu pulas, Azmya pun memutuskan untuk berendam air hangat.Setelah menyalakan lilin beraroma lavender, Azmya masuk ke bathtub, merendam tubuhnya lalu memejamkan matanya sejenak.Aroma lavender yang menenangkan pikiran, serta air hangat yang membuat tubuh lelahnya menjadi nyaman, berhasil membuat Azmya terlelap selama hampir lima belas menit.Takut jika Arsyil sudah bangun dari tidurnya, gegas Azmya membersihkan diri. Wanita itu keluar dengan rambut yang dililit dengan handuk.Arsyil masih terlelap saat Azmya keluar dari ruang mandi. Dan tak lama setelahnya, seorang pelayan datang membawakan sarapan yang telah mereka pesan sewaktu reservasi tadi malam.Setelah menata sarapan itu di atas meja, Azmya pun melangkahkan kaki menuju ranjang, menghampiri sang suami yang masih begitu lelap.“Ars, ayo bangun. Sarapan sudah datang nih,” ucap Azmya sembari mengguncang tangan Arsyil.Pria itu pun akhirnya bangun. Senyum Arsyil seketika mengembang, saat menatap Azmya. Hal ini sudah sangat lama diimpikannya. Bangun tidur dan menatap wajah cerah Azmya. Namun, senyum Arsyil luntur saat menyaksikan pakaian yang digunakan istrinya.“Kok Kamu pakai piyama sih? Pakaian seksi yang tadi malam mana?” rengek Arsyil.“Iya, nanti malam aku pakai model yang lainnya.”“Kenapa harus malam? Kamu bisa memakainya sepanjang hari. Dari pagi hingga pagi,” ucap Arsyil seraya menaik turunkan alisnya. Azmya memukul lengan sang suami sembari mengulum senyumnya.“Dasar mesum! Yasudah, ayo sarapan,” ajak Azmya sekali lagi.Arsyil pun menegakkan tubuhnya. Bukannya malah beringsut dari atas ranjang, pria itu malah mendekap Azmya, “aku mau makan Kamu lebih dulu!”Seketika Azmya sudah berbaring di atas ranjang, dan pria itu langsung menarik celana Azmya lalu melemparkannya ke sembarang tempat.“Ars ... Ya ampun, kita makan du- aaakhh...”Ucapan Azmya seketika berganti desahan, saat Arsyil sudah membenamkan wajahnya di pusat kewanitaannya.Tak butuh waktu lama, Azmya pun terbuai dengan permainan sang suami.Melihat Azmya yang sudah begitu siap, gegas Arsyil melepas seluruh pakaian yang menempel di seluruh tubuh sang istri.Pria itu lantas memasuki Azmya, lalu mendekap erat tubuh mungil sang istri.“Siap-siap, Sayang, pesanan instan datang!”Setelah menikmati masa bulan madu selama tiga malam, sepasang pengantin baru itu kembali ke kediaman orang tua Azmya. Menginap di sana selama dua malam, lalu bertolak ke sebuah desa. Desa tempat di mana Arsyil merintis usahanya sejak enam tahun yang lalu.Kedua orang tua, juga kakeknya Azmya, turut serta mengantarkan kepindahan wanita itu. Desa itu memang tak terlalu jauh dari pusat kota. Hanya memerlukan waktu tempuh selama tiga jam, Azmya dan keluarganya sudah tiba di salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Bogor itu.Desa ini cukup luas. Tiga puluh persen wilayahnya, terdiri atas persawahan. Karena padi adalah salah satu komoditi terbesar wilayah itu. Tidak hanya persawahan, kawasan itu juga banyak dijumpai perladangan juga peternakan. Hanya Arsyil yang memilih untuk membudidayakan buah-buahan serta sayuran organik di sana.Pemukiman penduduk tidak terlalu ramai, itulah sebabnya udara di desa itu sangat segar. Azmya menghirup napas dalam-dalam ketika menginjak
Arsyil mendengus kesal saat mendengar teriakan sang ibunda. Sementara Azmya tersenyum penuh kemenangan. Gegas wanita itu beranjak dari atas ranjang. Azmya sempat menjulurkan lidahnya pada Arsyil, mengejek usaha sang suami yang berbuah kegagalan, siang ini. Azmya pun melangkahkan kakinya membuka pintu kamar dan menyambut sang mertua.“Ayo makan siang,” ajak Ninik. Azmya mengangguk, “iya Bun,” jawab Azmya. Namun, saat wanita itu hendak mengikuti langkah kaki ibu mertuanya, Azmya tersadar jika sang suami masih duduk di ranjang. Azmya sedikit terkejut, saat Arsyil masih duduk dengan posisi yang sama.Melangkah mendekati sang suami, “ayo Ars,” ajak wanita itu.“Kamu duluan saja. Aku masih ada urusan sama yang di bawah sini. Tidak mungkin kan aku keluar kamar dengan kondisi seperti ini!” ketus Arsyil sembari menunjukkan bagian bawahnya pada sang istri. Mata Azmya pun mengikuti arah pandang Arsyil.“Oh.”Hanya ungkapan itu yang keluar dari bibir Azmya, saat menyaks
Azmya masih berdiri di sana, menunggu sang suami yang berjanji akan menemaninya sebentar lagi. Tapi, saat Arsyil baru saja berlalu dari hadapannya, dua orang perempuan menghampiri Azmya.“Wah, jangan-jangan Kamu tidak bisa memuaskan suami ya!”Azmya menoleh, menatap wanita paruh baya yang kini berdiri di sampingnya. “Masa pengantin baru tapi sudah bertengkar, sih! Begitulah kalau salah pilih istri! Pasti sekarang Arsyil menyesal karena tidak memilih Tiara!”Akhirnya Azmya tau, siapa wanita yang menghampirinya bersama Mutiara. Azmya yang masih merasa sedih karena perlakuan Arsyil, menjadi bertambah sakit mendengar ucapan ibunya Mutiara.Bisa-bisanya wanita paruh baya itu mengatakan jika Arsyil merasa menyesal karena menikah dengannya. Azmya yang merasakan perubahan sikap Arsyil hari ini, menjadi takut, jika apa yang diucapkan oleh wanita itu menjadi nyata. Arsyil menyesal menikahinya.Mungkinkah?“Siapa yang bertengkar ya, Bu?!" sergah
“Mumpung keluarga kita masih berkumpul. Mumpung masih ada orang tuaku di sini. Tolong Ars, kembalikan aku kepada kedua orang tuaku. Kembalikan aku kepada papaku!”Arsyil terperangah mendengar ucapan Azmya. Terlebih wanita itu mengatakannya dengan wajah sembab dan sorot mata tajam.Arsyil menghela napas berat. Pria itu tau, jika sang istri pasti cemburu melihat kedekatannya dengan Mutiara. Namun, ucapan Azmya membuat pria itu sedikit kesal. Karena wanita di dahapannya ini, begitu mudah mengucapkan perpisahan. Karena menurut Arsyil, kondisinya saat itu tidak memungkinkan baginya untuk mengacuhkan Mutiara.“Sayang, bukankah sudah pernah aku katakan. Jika ada hal yang Kamu tidak suka dari sikapku, katakan saja. Jangan seperti ini. Kita sudah menikah, Mi. Tolong jangan kekanakan.”Kalimat yang dilontarkan Arsyil, seketika membuat Azmya bertambah marah. Pasalnya ucapan sang suami, persis dengan mantan kekasihnya, yang selalu memersalahkan sikap kek
“Ah, saya rasa itu hanya berpura-pura. Wong tadi saya mendengar, perempuan kota itu memohon-mohon agar Nak Arsyil menemaninya. Tapi, Nak Arsyil malah bersikap acuh. Bahkan berbicara dengan ketus loh!”Beberapa pasang mata kini beralih pada ibu kandung Mutiara. Mereka menatap tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh wanita paruh baya itu.“Tidak mungkin lah Bu RT. Kang Arsyil itu kan selalu bersikap ramah dan lemah lembut sama semua orang.”Beberapa ibu-ibu pun mengangguk, membenarkan hal itu. Arsyil memang terkenal ramah. Sebagai orang kota, dan sebagai salah satu warga yang paling berkontribusi untuk kemajuan dan kemakmuran desa, Arsyil selalu bersikap ramah dan santun kepada siapa saja yang dijumpainya. Jadi, mendengar pria itu bersikap acuh dan ketus kepada istrinya, tentu saja beberapa ibu-ibu sulit untuk memercayai ucapan istri RT itu.“Saya dan Tiara mendengar sendiri loh, ibu-ibu!”Mutiara pun menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan sang ibu.“Masa sih? Kok saya tidak perc
Setiap orang pasti memiliki impian dan terus mencari cara untuk mewujudkan impian tersebut. Seperti Arsyil yang selalu memimpikan Azmya Putri untuk menjadi pendamping hidupnya, sejak pria itu duduk di bangku SMA.Impian itu membuat Arsyil mempunyai sebuah tujuan untuk terus maju.Pria itu menjadi salah satu mahasiswa berprestasi di universitas. Bahkan di dua tahun terakhir perkuliahannya, Arsyil mendirikan usaha kebun hidroponik.Jika ditanya apa yang membuatnya begitu bersemangat mendirikan usaha di tengah-tengah masa perkuliahan? Jawabannya hanya satu, pria itu ingin secepatnya meraih kesuksesan agar dapat menjadi pendamping yang layak untuk Azmya Putri.Walaupun sejak lulus SMA mereka tak pernah bertemu. Tapi, bayang-bayang wajah Azmya lah yang membuat Arsyil begitu bersemangat menjalani hari-harinya yang begitu sibuk. Membagi waktu antara kuliah dan mengurus usahanya.Entah mengapa, sejak bertemu Azmya, tak pernah sekalipun terbersit di pikirannya untuk
“Ceu, ditunda satu jam saja apa tidak boleh?” rengek Arsyil. Ceu Edah berusaha menahan rasa menggelitik melihat kemesraan sepasang pengantin baru itu. “Yasudah, yasudah, nanti saya balik lagi buat jemput Neng Mia,” ucap Ceu Edah sembari menahan tawa. “Ceu, jangan Ceu! Saya berangkat bersama Ceu Edah, sekarang saja.”“Sayang, aku mau sekali lagi,” rengek Arsyil.“Ars ... Jangan begitu. Kasihan Ceu Edah kalau harus bolak-balik menjemput aku. Nanti setelah selesai acara masak-memasak kan bisa!”Arsyil mendengus. Dengan terpaksa pria itu melepaskan Azmya dari dekapannya. “Yasudah pergi sana!” ketus Arsyil. Kali ini Azmya yang mendengus kesal melihat sikap sang suami.“Kamu begini lagi deh. Kamu suka ya, kalau orang-orang menilai aku tidak bisa membahagiakan suami! Terus Kamu dibilang menyesal menjadikan aku istri!”Arsyil tersadar. Pria itu kembali mendekap sang istri. “Maaf Sayang. Tapi, Ceu Edah tidak akan berpikiran begitu kok. Iya kan Ceu?” tanya Arsyil yang kini menatap Ceu Edah se
“Memangnya Kang Arsyil sudah bisa menerima Neng Mia apa adanya ya?” tanya salah satu wanita paruh baya.Azmya menoleh, menatap heran pada wanita yang tak dikenalnya itu. “Dari sebelum menikah, Arsyil sudah mengatakan kalau dia menerima segala kekurangan saya, kok Bu.”“Jadi, Kang Arsyil sudah tau, tentang keperawanan Teh Mia, dari sebelum kalian menikah?!”“Keperawanan?!” Azmya benar-benar heran dengan pertanyaan itu. Apa hubungannya antara kekurangan yang ada pada dirinya dengan keperawanan?Azmya menoleh, menatap Ceu Edah yang duduk di sampingnya. Ceu Edah pun menerangkan mengenai rumor yang beredar di desa mereka, tiga Minggu belakangan. Azmya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Wanita itu harus menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tangan.Pantas saja semua orang terus menatapnya dengan pandangan aneh, sejak dirinya tiba di dapur umum itu. Entah dari mana rumor itu berasal. Ceu Edah tak mau menjelaskannya. Pun dengan warga yang lain.