“Ceu, ditunda satu jam saja apa tidak boleh?” rengek Arsyil. Ceu Edah berusaha menahan rasa menggelitik melihat kemesraan sepasang pengantin baru itu. “Yasudah, yasudah, nanti saya balik lagi buat jemput Neng Mia,” ucap Ceu Edah sembari menahan tawa. “Ceu, jangan Ceu! Saya berangkat bersama Ceu Edah, sekarang saja.”“Sayang, aku mau sekali lagi,” rengek Arsyil.“Ars ... Jangan begitu. Kasihan Ceu Edah kalau harus bolak-balik menjemput aku. Nanti setelah selesai acara masak-memasak kan bisa!”Arsyil mendengus. Dengan terpaksa pria itu melepaskan Azmya dari dekapannya. “Yasudah pergi sana!” ketus Arsyil. Kali ini Azmya yang mendengus kesal melihat sikap sang suami.“Kamu begini lagi deh. Kamu suka ya, kalau orang-orang menilai aku tidak bisa membahagiakan suami! Terus Kamu dibilang menyesal menjadikan aku istri!”Arsyil tersadar. Pria itu kembali mendekap sang istri. “Maaf Sayang. Tapi, Ceu Edah tidak akan berpikiran begitu kok. Iya kan Ceu?” tanya Arsyil yang kini menatap Ceu Edah se
“Memangnya Kang Arsyil sudah bisa menerima Neng Mia apa adanya ya?” tanya salah satu wanita paruh baya.Azmya menoleh, menatap heran pada wanita yang tak dikenalnya itu. “Dari sebelum menikah, Arsyil sudah mengatakan kalau dia menerima segala kekurangan saya, kok Bu.”“Jadi, Kang Arsyil sudah tau, tentang keperawanan Teh Mia, dari sebelum kalian menikah?!”“Keperawanan?!” Azmya benar-benar heran dengan pertanyaan itu. Apa hubungannya antara kekurangan yang ada pada dirinya dengan keperawanan?Azmya menoleh, menatap Ceu Edah yang duduk di sampingnya. Ceu Edah pun menerangkan mengenai rumor yang beredar di desa mereka, tiga Minggu belakangan. Azmya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Wanita itu harus menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tangan.Pantas saja semua orang terus menatapnya dengan pandangan aneh, sejak dirinya tiba di dapur umum itu. Entah dari mana rumor itu berasal. Ceu Edah tak mau menjelaskannya. Pun dengan warga yang lain.
Tak lama setelah Arsyil menghabiskan satu mangkok bakso, ponselnya berdering. Azmya mendengar suara seorang wanita, saat sang suami menjawab panggilan telepon itu. Tapi Azmya tak mendengar pembicaraan sang suami dengan wanita itu. Tapi, tak lama setelahnya, Arsyil tersenyum sumringah.“Telepon dari siapa?! Kelihatannya Kamu senang sekali!” ketus Azmya. Arsyil tak langsung menjawab pertanyaan sang istri. Pria itu mengecup pucuk kepala Azmya.“Kenapa? Cemburu?”Azmya hanya berdecak kesal dan lanjut menikmati semangkuk bakso di hadapannya. Bibir Arsyil melengkung, membentuk sebuah senyuman.“Kamu tau, aku senang kalau melihat Kamu cemberut karena cemburu seperti ini. Aku jadi merasa cintaku tak bertepuk sebelah tangan,” ucap pria itu sembari mengelus rambut wanitanya.“Ayo, buruan makan. Selesai makan, kita bersiap dan langsung ke rumah mama papa.”“Serius Ars?!” tanya Azmya antusias. Wanita itu sudah merindukan kedua orang tuanya. Terlebih ada dakwaan warg
Dan dua Minggu setelahnya, sehari sebelum Arsyil berulang tahun, kejutan dari Azmya pun tiba. Wajah Arsyil terus merengut saat itu. Padahal dirinya sudah menanti hari itu tiba. Hari di mana dirinya bisa sepuasnya menjamah sang istri. Namun, kenyataan yang diterima sehari sebelum hari kelahirannya, membuat Arsyil kesal setengah mati.“Jadi ini hadiah kejutan dari Kamu?! Kamu itu sebenarnya cinta aku atau tidak sih, Mi?!”Azmya hanya terkekeh-kekeh melihat umpatan kesal sang suami. Wanita itu berlalu begitu saja meninggalkan Arsyil yang memutuskan untuk menonton film sembari menunggu hari berganti.Dan setelah tepat pukul 00:00 WIB, Azmya menghampiri Arsyil dengan membawa sebuah roti yang dibelikan oleh Ceu Edah, tadi sore. Tentu saja ada sebuah lilin yang menancap dengan elegan di atas roti itu.Arsyil berdecak kesal saat melihat Azmya duduk di sampingnya, sembari meletakkan piring kecil yang memuat roti isi kelapa, dengan lilin di atasnya.“Sayang, apa Kamu
“Sayang, mau apa?” lirih Arsyil, saat Azmya membuka isi kotak yang diberikan Azmya padanya, tadi. Azmya pun menyelimuti aset sang suami.“Kamu tau kan, kalau aku sangat suka strawberry? Jadi, aku membeli yang rasa strawberry!” pekik gadis itu, sebelum melahap kejantanan Arsyil yang berdiri kokoh.Azmya kembali mengeluarkan batang sang suami dari mulutnya, karena wanita itu merasa mual.“Bibir Kamu terlalu kecil, Sayang,” rintih Arsyil. “Punya Kamu yang terlalu besar!” cebik Azmya. Arsyil hanya menanggapinya dengan tersenyum kecil. Pria itu kembali menutup matanya, saat sang istri memulainya dengan sebuah jilatan. Bagai anak kecil yang menikmati es krim, Azmya menjilat dengan rakus, seluruh permukaan berlapis karet aroma strawberry itu. Arsyil hanya bisa mendesis. Menikmati sensasi lidah Azmya di permukaan kejantanannya. Walau memakai pengaman, tapi kulitnya masih sangat bisa merasakan belaian lidah sang istri.“Azmyaa ...,” rintih Arsyil, saat wanita itu mu
“Tuh kan, wanita itu sudah tak perawan saat menikah dengan Nak Arsyil. Kasihan sekali Nak Arsyil mendapatkan wanita yang sudah tak sempurna!”Seluruh mata kini memandang ke arah istri dari ketua RT itu, termasuk Azmya dan Arsyil. Sebuah senyum pun terulas dari wajah cantik Mutiara. Beruntung dirinya tak jadi beranjak dari sana. Jika tidak, pasti dia tak bisa menyaksikan Azmya dipermalukan oleh suaminya sendiri. Begitulah pikir Mutiara.Namun, senyuman di bibir gadis itu luntur seketika, tatkala pada video itu, Arsyil menyatakan dirinya lah yang telah merenggut kesucian sang istri.Pun dengan Indri. Wanita paruh baya itu menatap kesal pada Azmya yang kini tersenyum mengejek padanya.Arsyil berjalan menuju proyektor, dan menekan tombol power, hingga layar kembali berwarna putih dan tak lagi menampilkan video resepsi pernikahannya. “Sebenarnya saya mengadakan jamuan ini, bukan sekadar untuk merayakan ulang tahun saya. Jamuan ini sengaja saya buat, sekaligus un
“Sebentar ya, Mi. Bunda mau beli daun bawang. Tadi kelupaan. Mudah-mudahan tukang sayur masih ada di depan,” ucap Ninik. “Biar Mimi saja, Bun. Beli apa saja?”Setelah Ninik memberitahukan apa saja yang akan dibeli, gegas Azmya menghampiri tukang sayur.“Enak nih mertua datang ada yang masakin,” cebik Indri yang masih berada di sana. Azmya hanya tersenyum menanggapinya. “Harusnya menantu yang memasak. Jangan malah merepotkan mertua! Tidak tau diri itu namanya!” Indri seakan tak ada habisnya berucap sinis pada Azmya. Rasa kesal dan sakit hati karena Arsyil lebih memilih Azmya dibanding anaknya, membuat wanita paruh baya itu selalu saja mencari-cari kesalahan Azmya. “Iya, Teh Mia. Sebagai menantu, harusnya Teh Mia yang memasak. Ini malah dimasakin mertua! Malahan tadi Bu Ninik belanja sendiri. Kasihan kan orang tua disuruh-suruh jadi pembantu!” cebik Melisa.Dulu, janda kembang itu, begitu membenci Mutiara karena Melisa juga menyukai Arsyil. Tapi, s
“Kang Arsyil juga pernah mengatakan seperti itu, Bun. Katanya, pasti beruntung sekali, pria yang nantinya menjadi suami Tiara.”Azmya tak lagi dapat membendung air matanya. Tadi mertuanya yang memuji, dan ternyata sang suami juga pernah memuji Mutiara seperti itu. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Azmya berlalu. Diikuti Arsyil yang melangkah dengan risau.“Maaf karena sudah membuat Kamu menjadi pria sial, karena menikahiku!” ketus Azmya, saat dirinya bersama sang suami sudah berada di kamar.“Sayang,” panggil Arsyil. Hati Arsyil selalu merasa perih, saat melihat Azmya bersedih. Ah, lagi-lagi dirinya merasa gagal menjadi seorang suami. Lagi-lagi dirinya membuat Azmya bersedih.Harusnya, dirinya tak perlu bersikap kekanak-kanakan saat Azmya lebih memerioritaskan ayah dan ibunya. Harusnya dirinya bisa bersikap biasa saja. Andai saja Arsyil tak bermalas-malasan dan membukakan pintu buat Mutiara, bisa dipastikan Mutiara tidak akan bisa bertemu dengan Azmya. A