Azmya masih berdiri di sana, menunggu sang suami yang berjanji akan menemaninya sebentar lagi. Tapi, saat Arsyil baru saja berlalu dari hadapannya, dua orang perempuan menghampiri Azmya.“Wah, jangan-jangan Kamu tidak bisa memuaskan suami ya!”Azmya menoleh, menatap wanita paruh baya yang kini berdiri di sampingnya. “Masa pengantin baru tapi sudah bertengkar, sih! Begitulah kalau salah pilih istri! Pasti sekarang Arsyil menyesal karena tidak memilih Tiara!”Akhirnya Azmya tau, siapa wanita yang menghampirinya bersama Mutiara. Azmya yang masih merasa sedih karena perlakuan Arsyil, menjadi bertambah sakit mendengar ucapan ibunya Mutiara.Bisa-bisanya wanita paruh baya itu mengatakan jika Arsyil merasa menyesal karena menikah dengannya. Azmya yang merasakan perubahan sikap Arsyil hari ini, menjadi takut, jika apa yang diucapkan oleh wanita itu menjadi nyata. Arsyil menyesal menikahinya.Mungkinkah?“Siapa yang bertengkar ya, Bu?!" sergah
“Mumpung keluarga kita masih berkumpul. Mumpung masih ada orang tuaku di sini. Tolong Ars, kembalikan aku kepada kedua orang tuaku. Kembalikan aku kepada papaku!”Arsyil terperangah mendengar ucapan Azmya. Terlebih wanita itu mengatakannya dengan wajah sembab dan sorot mata tajam.Arsyil menghela napas berat. Pria itu tau, jika sang istri pasti cemburu melihat kedekatannya dengan Mutiara. Namun, ucapan Azmya membuat pria itu sedikit kesal. Karena wanita di dahapannya ini, begitu mudah mengucapkan perpisahan. Karena menurut Arsyil, kondisinya saat itu tidak memungkinkan baginya untuk mengacuhkan Mutiara.“Sayang, bukankah sudah pernah aku katakan. Jika ada hal yang Kamu tidak suka dari sikapku, katakan saja. Jangan seperti ini. Kita sudah menikah, Mi. Tolong jangan kekanakan.”Kalimat yang dilontarkan Arsyil, seketika membuat Azmya bertambah marah. Pasalnya ucapan sang suami, persis dengan mantan kekasihnya, yang selalu memersalahkan sikap kek
“Ah, saya rasa itu hanya berpura-pura. Wong tadi saya mendengar, perempuan kota itu memohon-mohon agar Nak Arsyil menemaninya. Tapi, Nak Arsyil malah bersikap acuh. Bahkan berbicara dengan ketus loh!”Beberapa pasang mata kini beralih pada ibu kandung Mutiara. Mereka menatap tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh wanita paruh baya itu.“Tidak mungkin lah Bu RT. Kang Arsyil itu kan selalu bersikap ramah dan lemah lembut sama semua orang.”Beberapa ibu-ibu pun mengangguk, membenarkan hal itu. Arsyil memang terkenal ramah. Sebagai orang kota, dan sebagai salah satu warga yang paling berkontribusi untuk kemajuan dan kemakmuran desa, Arsyil selalu bersikap ramah dan santun kepada siapa saja yang dijumpainya. Jadi, mendengar pria itu bersikap acuh dan ketus kepada istrinya, tentu saja beberapa ibu-ibu sulit untuk memercayai ucapan istri RT itu.“Saya dan Tiara mendengar sendiri loh, ibu-ibu!”Mutiara pun menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan sang ibu.“Masa sih? Kok saya tidak perc
Setiap orang pasti memiliki impian dan terus mencari cara untuk mewujudkan impian tersebut. Seperti Arsyil yang selalu memimpikan Azmya Putri untuk menjadi pendamping hidupnya, sejak pria itu duduk di bangku SMA.Impian itu membuat Arsyil mempunyai sebuah tujuan untuk terus maju.Pria itu menjadi salah satu mahasiswa berprestasi di universitas. Bahkan di dua tahun terakhir perkuliahannya, Arsyil mendirikan usaha kebun hidroponik.Jika ditanya apa yang membuatnya begitu bersemangat mendirikan usaha di tengah-tengah masa perkuliahan? Jawabannya hanya satu, pria itu ingin secepatnya meraih kesuksesan agar dapat menjadi pendamping yang layak untuk Azmya Putri.Walaupun sejak lulus SMA mereka tak pernah bertemu. Tapi, bayang-bayang wajah Azmya lah yang membuat Arsyil begitu bersemangat menjalani hari-harinya yang begitu sibuk. Membagi waktu antara kuliah dan mengurus usahanya.Entah mengapa, sejak bertemu Azmya, tak pernah sekalipun terbersit di pikirannya untuk
“Ceu, ditunda satu jam saja apa tidak boleh?” rengek Arsyil. Ceu Edah berusaha menahan rasa menggelitik melihat kemesraan sepasang pengantin baru itu. “Yasudah, yasudah, nanti saya balik lagi buat jemput Neng Mia,” ucap Ceu Edah sembari menahan tawa. “Ceu, jangan Ceu! Saya berangkat bersama Ceu Edah, sekarang saja.”“Sayang, aku mau sekali lagi,” rengek Arsyil.“Ars ... Jangan begitu. Kasihan Ceu Edah kalau harus bolak-balik menjemput aku. Nanti setelah selesai acara masak-memasak kan bisa!”Arsyil mendengus. Dengan terpaksa pria itu melepaskan Azmya dari dekapannya. “Yasudah pergi sana!” ketus Arsyil. Kali ini Azmya yang mendengus kesal melihat sikap sang suami.“Kamu begini lagi deh. Kamu suka ya, kalau orang-orang menilai aku tidak bisa membahagiakan suami! Terus Kamu dibilang menyesal menjadikan aku istri!”Arsyil tersadar. Pria itu kembali mendekap sang istri. “Maaf Sayang. Tapi, Ceu Edah tidak akan berpikiran begitu kok. Iya kan Ceu?” tanya Arsyil yang kini menatap Ceu Edah se
“Memangnya Kang Arsyil sudah bisa menerima Neng Mia apa adanya ya?” tanya salah satu wanita paruh baya.Azmya menoleh, menatap heran pada wanita yang tak dikenalnya itu. “Dari sebelum menikah, Arsyil sudah mengatakan kalau dia menerima segala kekurangan saya, kok Bu.”“Jadi, Kang Arsyil sudah tau, tentang keperawanan Teh Mia, dari sebelum kalian menikah?!”“Keperawanan?!” Azmya benar-benar heran dengan pertanyaan itu. Apa hubungannya antara kekurangan yang ada pada dirinya dengan keperawanan?Azmya menoleh, menatap Ceu Edah yang duduk di sampingnya. Ceu Edah pun menerangkan mengenai rumor yang beredar di desa mereka, tiga Minggu belakangan. Azmya tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Wanita itu harus menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tangan.Pantas saja semua orang terus menatapnya dengan pandangan aneh, sejak dirinya tiba di dapur umum itu. Entah dari mana rumor itu berasal. Ceu Edah tak mau menjelaskannya. Pun dengan warga yang lain.
Tak lama setelah Arsyil menghabiskan satu mangkok bakso, ponselnya berdering. Azmya mendengar suara seorang wanita, saat sang suami menjawab panggilan telepon itu. Tapi Azmya tak mendengar pembicaraan sang suami dengan wanita itu. Tapi, tak lama setelahnya, Arsyil tersenyum sumringah.“Telepon dari siapa?! Kelihatannya Kamu senang sekali!” ketus Azmya. Arsyil tak langsung menjawab pertanyaan sang istri. Pria itu mengecup pucuk kepala Azmya.“Kenapa? Cemburu?”Azmya hanya berdecak kesal dan lanjut menikmati semangkuk bakso di hadapannya. Bibir Arsyil melengkung, membentuk sebuah senyuman.“Kamu tau, aku senang kalau melihat Kamu cemberut karena cemburu seperti ini. Aku jadi merasa cintaku tak bertepuk sebelah tangan,” ucap pria itu sembari mengelus rambut wanitanya.“Ayo, buruan makan. Selesai makan, kita bersiap dan langsung ke rumah mama papa.”“Serius Ars?!” tanya Azmya antusias. Wanita itu sudah merindukan kedua orang tuanya. Terlebih ada dakwaan warg
Dan dua Minggu setelahnya, sehari sebelum Arsyil berulang tahun, kejutan dari Azmya pun tiba. Wajah Arsyil terus merengut saat itu. Padahal dirinya sudah menanti hari itu tiba. Hari di mana dirinya bisa sepuasnya menjamah sang istri. Namun, kenyataan yang diterima sehari sebelum hari kelahirannya, membuat Arsyil kesal setengah mati.“Jadi ini hadiah kejutan dari Kamu?! Kamu itu sebenarnya cinta aku atau tidak sih, Mi?!”Azmya hanya terkekeh-kekeh melihat umpatan kesal sang suami. Wanita itu berlalu begitu saja meninggalkan Arsyil yang memutuskan untuk menonton film sembari menunggu hari berganti.Dan setelah tepat pukul 00:00 WIB, Azmya menghampiri Arsyil dengan membawa sebuah roti yang dibelikan oleh Ceu Edah, tadi sore. Tentu saja ada sebuah lilin yang menancap dengan elegan di atas roti itu.Arsyil berdecak kesal saat melihat Azmya duduk di sampingnya, sembari meletakkan piring kecil yang memuat roti isi kelapa, dengan lilin di atasnya.“Sayang, apa Kamu