Share

Pusing sendiri.

Siang hari sebelum istirahat makan siang. Daniel berada di salah satu kamar hotel tempatnya beristirahat. Tempat dimana Daniel dan Aurelie sering menghabiskan waktu berdua.

Daniel menunggu Aurelie untuk membahas tentang pernikahan mereka. 

Daniel tersenyum manis ketika Aurelie membuka pintu kamar hotel sembari menjinjing tas brandednya. Tas yang ia berikan sebagai hadiah ulangtahun Aurelie yang ke dua puluh lima tahun.

"Apa aku terlambat?" tanya Aurelie sembari mendaratkan tubuhnya di samping Daniel yang sedang duduk di tepi ranjang.

"Tidak sama sekali." kata Daniel, ia mengelus pipi Aurelie sekilas, "Sudah makan siang?" tanya Daniel.

Aurelie mengangguk, "Apa apa, Dan? Nanti jam dua aku ada fitting baju untuk fashion show di Bali seminggu lagi." ujar Aurelie dengan malas.

"Kenapa tidak sekalian fitting baju untuk pernikahan kita nanti, Rel?" ujar Daniel sembari menaikkan salah satu alisnya.

"Maksudmu, Dan? Kamu mengajakku menikah yang berarti kamu setuju dengan persyaratan yang aku katakan kemarin?" tanya Aurelie begitu antusias.

Daniel menggeleng, membuat Aurelie menjadi kebingungan.

"Iya aku setuju, tapi kita nikahnya satu tahun lagi setelah kamu menyelesaikan kontrak kerjamu, Rel. Aku ingin pernikahan seutuhnya!"

Daniel sepertinya memang sudah dibutakan cinta dan kehilangan akal sehatnya. Baginya menunggu seperti mesin yang otomatis menyala di tubuhnya.

Aurelie diam, otaknya berputar mencari ide agar semua bisa ia kendalikan.

Pacarnya sudah memberikan kesempatan yang bagus. Aurelie tidak mau kehilangan semuanya. Karier, Daniel, kemewahan, tetap harus berjalan seiringan.

"Bagaimana jika kita tunangan dulu, Dan? Biar kita ada ikatan pasti."

Daniel mengernyitkan dahi, "Kamu yakin?"

Aurelie mengangguk, ia mengecup bibir Daniel sekilas. Jari-jarinya yang lentik dan panjang mengelus dada Daniel dengan mesra.

"Baiklah. Kita akan mengadakan lamaran sebelum kamu pergi ke Bali. Sekalian aku ingin mengantarmu fashion show disana." Daniel menahan tangan Aurelie, ia menarik Aurelie ke dalam pelukannya.

"Terimakasih, Rel. Akhirnya kamu menjadi milikku."

Dalam pelukan Daniel, Aurelie kembali berpikir untuk mencari titik temu yang saling menguntungkan.

"Semoga Mama masih bisa bersabar untuk memiliki cucu dari kita ya, Dan."

Daniel mengangguk pelan membuat senyum Aurelie merekah seiring hembusan nafas leganya.

"Kamu memang bisa diandalkan, Dan."

Aurelie melabuhkan ciuman di bibir Daniel. Dan, selanjutnya Daniel tidak ingin membiarkan kesempatan untuk bercinta dengan Aurelie terbuang percuma.

Mereka berdua kembali bercinta untuk kesekian kalinya. Mencecap sebentar manisnya surga dunia yang begitu nikmat tiada tara. 

Ya... tak dipungkiri, Daniel dan Aurelie sering menghabiskan waktu layaknya sepasang suami istri. Mereka berdua sudah terjebak di kubangan dosa sejak Aurelie kembali ke Indonesia.

Pergaulan dunia modelling di luar negeri, sudah mengubah pandangan hidup seorang Aurelie Claudya Putri yang dulunya hanyalah seorang gadis biasa yang memiliki cita-cita menjadi seorang model papan atas. Keinginannya terwujud, pun dengan terwujudnya keinginan itu Aurelie juga terjerumus pada hingar-bingar kepopuleran.

Aurelie menginginkan kebebasan. Namun, bersama Daniel ia merasa menjadi wanita yang sangat istimewa dan disayangi.

Aurelie sadar, Daniel adalah pria baik yang rela melakukan apa saja untuknya. Dengan alasan itu, Aurelie memang tidak ingin Daniel pergi darinya. Meskipun pada akhirnya, Aurelie harus memilih pilihan yang sulit untuk keduanya.

Sementara jauh di lubuk hati Daniel, ia tidak ingin mengikuti permainan gila yang Aurelie rencanakan atau haruskah ia menolak ide Aurelie dan menunggunya menyelesaikan kontrak kerjanya?

Banyak sekali kegundahan yang berkecamuk di kepala Daniel.

Tapi bukankah Daniel sudah terbiasa menunggu? Tanpa pasti?

*

Daniel melepas kepergian Aurelie, saat keduanya sudah menyelesaikan renegosiasi hubungan mereka berdua.

Aurelie pergi menuju butik kenamaan di daerah Jakarta Selatan. Meninggalkan Daniel yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Daniel mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap pikirannya yang ruwet segera menemukan alasan untuk meyakinkan sang Mama.

Sejujurnya Sarasvati sudah muak melihatnya dan Aurelie sering bergumul dalam kamar tanpa status yang jelas. 

Sarasvati tidak mau, anak semata wayangnya merusak reputasi keluarga Sanjaya yang terhormat dan terlihat mempermainkan perempuan atau sebaliknya. Daniel yang di permainkan oleh perempuan?

Dalam banyak kesempatan yang terbilang cukup lama, harusnya Daniel paham jika ia hanyalah laki-laki yang dikendalikan oleh cinta pertama yang menurutnya sangat berarti. Sedangkan Aurelie, dia hanya menggunakan Daniel sebagai sumber energi yang menyenangkan.

Sungguh ironis. Daniel dan Aurelie menjadi pendosa yang bertumpu pada cinta pertama.

*

Malam harinya di kediaman Sanjaya, Daniel kembali menghadapi Sarasvati dengan pertanyaan yang slalu sama.

Daniel termangu, kehadiran Aurelie waktu itu justru membuatnya menjadi 'sandera' Aurelie selama hampir sepuluh tahun. Daniel tidak bisa berbuat lebih, selain hanya terus menerus membuat alasan klasik yang sanggup membuat ibunya tenang.

Daniel malu kepada Sarasvati, ibunya yang terus memberinya wejangan tentang hubungannya dan Aurelie.

"Kesalahan kalian banyak. Mama tidak mau hanya sekedar lamaran. Mama mau kamu dan Aurel menikah!" bentak Sarasvati.

"Tapi, Mama tahu aku tidak bisa melakukannya sekarang!" bantah Daniel.

Kesal akan pernyataan Daniel yang tidak tegas. Sarasvati menghardik Daniel dengan pernyataan yang langsung menusuk ulu hati Daniel.

"Gak ada kata tapi, Dan! Kalau kalian tidak mau menikah dan mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah kalian lakukan. Mama yakin, Mama dan Papa tidak akan lagi memberi restu pada kalian berdua!" urai Sarasvati panjang.

Sarasvati berdiri, ia sudah kehilangan selera untuk melanjutkan makan malam.

"Ingat, Daniel. Mama tidak sedang bercanda. Mama malu melihat kalian terus menerus berkelakuan seperti manusia yang tidak punya akhlak!"

Sarasvati berlalu pergi menuju kamarnya, meninggalkan Daniel yang mendesah pelan, menunjukkan bagaimana dia lelah menghadapi hal seperti ini. Lagi-lagi.

Alhasil malam harinya, Daniel hanya menghabiskan waktu dengan menenggak minuman beralkohol. Mulutnya terus meracau, dadanya terus dihantam rasa sesak yang berkepanjangan.

Dari hari ke hari Daniel tersiksa dengan pilihannya. Ada perang dahsyat di dadanya yang menyedot semua energinya.

Daniel mulai bimbang, menikahi Aurelie disaat Aurelie sedang mengejar cita-citanya sama saja Daniel hanya mengubah status di KTPnya, sedangkan ia tak mampu membuat Aurelie menjadi istri seutuhnya.

Daniel membenturkan kepalanya berkali-kali di meja kerja. Berharap ia bisa melupakan sejenak wanita yang dicintainya.

"Rel... jika menikah justru membawa hubungan kita semakin jauh dan tidak ada jenjang yang lebih serius. Aku rasa perkataan Mama benar. Aku bisa saja menyerah dan melepasmu dengan mudah."

*

Tak ingin membuat hati Daniel semakin mendung. Hari pertunangan pun tiba. Keluarga Sanjaya dan Naladewa mengadakan pesta di hotel milik keluarga Sanjaya yang berada di kawasan elite Jakarta Selatan.

Aurelie menyetujui pertunangan mereka yang dihadiri banyak wartawan dan rekan bisnis kedua keluarga yang menjadi magnet dunia perhotelan.

Aurelie tampak cantik dengan balutan gaun berwarna putih tulang. Sedangkan Daniel menggunakan setelan jas hitam dengan rambut yang ditata dengan rapi.

Layaknya pernikahan, Daniel dan Aurelie tampak berbinar senang. Mereka melempar senyum ke semua tamu undangan yang memberinya selamat. Daniel bahagia, atau paling tidak ia sudah bisa terbebas dari pertanyaan-pertanyaan dari Sarasvati yang sering menyudutkannya.

Berbeda dengan Aurelie, ia belum melihat adanya celah untuk berhenti dan keluar dari labirin ini. Meski kejenuhan mulai merajam hati dan jiwanya. Aurelie menyetujui pertunangan mereka atas dasar perluasan bisnis keluarga Sanjaya dan Naladewa yang menghasilkan banyak pundi-pundi uang. Lagipula Aurelie juga sudah mendapatkan banyak keuntungan berpacaran dengan Daniel.

Daniel tersenyum tipis seraya menoleh ke arah perempuan berbibir sensual itu. "Ada apa, Rel?" tanya Daniel, saat Aurelie menyandarkan kepalanya di lengan Daniel dan membuat gerakan pelan.

"Besok aku harus pergi ke Bali. Apa malam ini kita bermalam bersama?" tanya Aurelie, kata-katanya diiringi desah lembut yang membuat Daniel tergila-gila, ia begitu pintar mengeksploitasi keistimewaan yang dimilikinya. 

Daniel mengedarkan pandangannya, matanya terpaku pada Sarasvati yang memperhatikan mereka berdua. Daniel seolah takut dengan tatapan ibunya yang terasa menghunus ke dalam jantungnya.

Daniel menggeleng, "Maaf, Rel. Lebih baik kita istirahat setelah ini. Lagipula, aku harus menyiapkan keperluanku untuk meeting dengan klien besok." ujar Daniel dengan nada datar.

Mata Aurelie membulat sempurna, "Daniel menolakku." gumamnya dalam hati.

"Kenapa?" tanya Aurelie.

"Tidak kenapa-kenapa, Rel. Hanya saja, dosa kita terlalu banyak." ujar Daniel dengan jenaka. Daniel mengusap pipi Aurelie dan mengecup keningnya singkat.

"Apa kamu bosan denganku?" tanya Aurelie curiga.

Tawa renyah Daniel membuat Aurelie menjadi jengkel.

"...Daniel!" gumam Aurelie dengan manja.

"Harusnya aku yang tanya, apa menurutmu aku sudah membosankan?" tanya Daniel dengan sengaja.

Aurelie mengerutkan keningnya, "Dan, kamu kenapa sih? Kamu berubah!"

Mendadak, Aurelie menatap tunangannya dengan pandangan penuh selidik.

"Daniel... Jelaskan, kamu kenapa?" bujuk Aurelie, menggunakan ciri khasnya. Manja, sensual dan cerdik.

"Aku rasa tidak baik jika kita terus berduaan di sini. Lebih baik kita bergabung dengan orangtua dan tamu undangan." Daniel menarik tangan Aurelie dan menaruhnya di lengannya.

"Dan, kamu mikirin apa? Aku? Apa kamu marah karena aku tidak mau menikah denganmu sekarang?" Senyum indah Aurelie semakin membuat kecantikannya berkilau bak berlian yang menghiasi leher Aurelie. Tapi itu tak mampu membuat Daniel berubah pikiran. 

"Harusnya kamu paham untuk apa aku mempertahankan cinta kita selama hampir sepuluh tahun, Rel? Aku rasa itu sudah waktu yang sangat lama untuk meyakinkan diri ke jenjang selanjutnya."

"Lho?" Aurelie bingung. "Aku kan sudah bilang alasannya kenapa, Dan." pungkas Aurelie sedetik kemudian saat Daniel justru melepas tangannya. Daniel memilih duduk di meja dimana orangtuanya berada. Mengacuhkan Aurelie yang menelan ludah karena mendapati Daniel berubah.

Daniel tahu, dia seharusnya bicara dengan tegas. Karena tujuan awalnya tidak hanya menyindir Aurelie, tapi Daniel ingin terang-terangan bahwa dirinya telah kecewa. Itu semua karena Sarasvati yang sering menasehati Daniel.

Berhenti atau melanjutkan. Sebelum semuanya semakin sulit terurai.

Dalam keramaian Daniel termangu, keputusannya melamar Aurelie adalah keputusan yang tepat untuk seorang laki-laki yang bertanggungjawab atas semua kejadian yang sudah terlanjur menjadi dosa besar. Untungnya Sarasvati tidak mengatakan apa-apa akan keputusannya. Ia tahu, putranya sudah cukup menderita dalam cinta yang semakin matang, namun juga begitu banyak kerapuhan.

Acara pertunangan selesai dua jam kemudian, saat tamu undangan sudah membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing. Daniel memilih untuk tetap bermalam di hotel, menginap di salah satu kamar VIP, tanpa sepengetahuan Aurelie. Daniel ingin menyendiri, paling tidak ia tidak di teror dengan pertanyaan sang Mama yang berkaitan dengan pertunangan yang menghebohkan dunia bisnis perhotelan.

Keluarga Sanjaya dan Naladewa semakin di lirik pengusaha lainnya untuk bergabung bersama membentuk sebuah jaringan bisnis yang kuat.

Next. Happy reading 💞

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Melati A3
belum bisa komen apa apa thor
goodnovel comment avatar
Rangga Dewi
kog gemes aku sama auriel
goodnovel comment avatar
Cut Nyak Dien
daniel hrs dikasihani atau gmn ya ini?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status