Share

Kegilaan Daniel.

Malam itu, semua kegilaan Daniel masih terjadi. Daniel, tidak hanya meminta Andina untuk menemaninya makan malam. Tapi Daniel juga meminta Andina untuk menemaninya menikmati bintang yang berkerlip riang di atas awan.

Duduk di pinggir jalan, di temani hamparan sawah yang begitu luas. Andina mengusap ke dua lengannya. Suasana memang cerah, tapi udara begitu dingin.

"Besok saya harus kerja!" ujar Andina, ia menguap. Matanya sudah sulit untuk terbuka.

"Tapi saya belum melihat ada bintang jatuh." balas Daniel, ia masih menengadah menatap langit. Membuat gadis berambut ikal halus itu mendesah lelah.

"Harus menunggu keajaiban jika ingin melihat bintang jatuh! Sudah ayo pulang!" ajak Andina lagi, kesekian kalinya. Ia merasa berdosa telah menjadi wanita yang pergi dengan laki-laki yang memiliki tunangan.

"Sebentar lagi, saya belum puas. Saya masih ingin menikmati liburan ini.  Jarang-jarang saya menikmati keindahan pedesaan Bali. Lagipula dua hari lagi saya kembali ke Jakarta." Daniel sama sekali tidak membiarkan Andina untuk menang. Andina mengiyakan ajakan Daniel, untuk terakhir kalinya. Paling tidak untuk sekarang.

Setelah beberapa saat Daniel puas melihat bintang dan kunang-kunang, Daniel mengajak Andina untuk pulang.

Sudah lewat tengah malam saat Andina tiba di kost-kostan. Ia lelah. Tapi setelah mengantar Daniel kembali ke hotel dan mendapatkan kalimat yang membuat Andina kesengsem sekaligus terpesona. Andina tak berharap pagi akan membangunkannya dengan keadaan yang kembali mengacaukan pikirannya.

Kebersamaan Daniel dan Andina mungkin bukanlah keromantisan yang menakjubkan. Terlebih untuk Daniel, itu bukanlah keromantisan yang menjurus secara seksual.

Tapi bagi Andina ada hal yang membuatnya takut. Andina takut, ia takkan pernah bisa melupakan hari ini selamanya.

"Terimakasih Andin, hari ini anda sudah menemani saya seharian, saya senang." kata Daniel tulus, senyum itu menjadi awal yang menggetarkan hati Andina untuk pertama kalinya.

Mereka berpisah di depan lobi hotel. Tentu satpam sangat tahu siapa wanita yang mengantar Daniel pulang.

*

Sudah hampir tengah malam, Daniel tak kunjung datang ke kamar mereka. Aurelie menunggu dengan gelisah. Kakinya wira-wiri di depan kamar mereka. Hingga Aurelie mencegat bell boys yang sedang melewati koridor hotel.

"Lihat pak Daniel?" tanya Aurelie.

Bell boys tadi berpikir sejenak, sudah sejak pagi tadi bos besarnya keluar dari hotel. Sampai jam segini pun belum kembali. Ia pun jadi bingung harus menjawab apa. Lagipula bukan urusannya  kalau bos besarnya belum pulang.

"Maaf saya shift malam, saya tidak tahu. Coba tanyakan pada resepsionis." Bell boys tadi menunduk menyesal, ia kembali mendorong troli berisi koper milik pengunjung hotel yang akan menginap.

Aurelie menggeram kesal. Ia melangkahkan kakinya menuju lift.  Aurelie memencet tombol lift, lalu menunggu pintu lift terbuka.

Di saat yang bersamaan. Daniel terkejut saat mendapati Aurelie berdiri sembari memasang wajah yang khawatir.

"Aurelie." panggil Daniel setelah ia keluar dari dalam lift.

"Daniel!" Kesal karena sudah di buat khawatir, Aurelie memukul-mukul dada Daniel.

"Darimana saja sih! Aku kangen tau." cecar Aurelie seraya memeluk tubuh Daniel. Tangan kanan perempuan itu merayapi punggung Daniel dengan gerakan pelan.

Daniel tergelak sebentar, "Aku habis jalan-jalan, maaf membuatmu menunggu lama."  Daniel mengurai pelukan Aurelie.

"Kenapa? Apa kamu gak kangen sama aku, Dan? Apa kamu marah karena selama di Bali aku sering meninggalkanmu?" tanya Aurelie, ia merasa Daniel berubah akhir-akhir ini, justru setelah mereka bertunangan.

"Aku kangen. Tapi..." Belum juga Daniel menyelesaikan ucapannya.  Aurelie sudah menimpalinya dengan kecurigaan-kecurigaan yang membuat Daniel jengah.

"Kalau bosan kan wajar, Rel." jawab Daniel diplomatis.

"Gak bisa gitu, Dan! Kamu gak boleh bosen sama aku. Kamu harus tetap milikku!"

Daniel yang tak ingin merusak momentum kebahagiaannya dengan Andina rusak karena keegoisan Aurelie. Memilih untuk mencium kening Aurelie, sebagai bentuk permintaan maafnya karena sudah menghabiskan lebih dari setengah hari bersama wanita lain.

"Aku mau mandi, Rel. Setelah itu kita istirahat." ujar Daniel seraya merangkulkan tangannya di bahu Aurelie. Mereka berdua berjalan menuju kamar beriringan.

"Dan, seminggu lagi aku harus berangkat ke Paris. Bisakah kita menghabiskan waktu lebih lama lagi di sini. Aku rasa, dari kemarin aku sibuk dengan pekerjaanku dan mengacuhkan mu." Aurelie merasa dirinya butuh memuaskan hasratnya bersama Daniel sebelum ia benar-benar tidak bisa menghabiskan malam yang mendebarkan bersama laki-laki yang memberinya segalanya.

Daniel membuka kamar hotel menggunakan sidik jarinya, "Sudah selesai peragaan busananya?" tanya Daniel. Ia menaruh tas kecilnya, dan melepas sepatu. Aurelie mengangguk, ia membantu Daniel melepas kancing kemejanya.

"Aku bisa memanjakanmu malam ini, Dan." Aurelie tersenyum menawan. Menggodanya dengan cara memainkan jari-jarinya yang lentik di dada Daniel. Daniel bersikap biasa saja, tak ada nafsu yang mendobrak pergerakan kejahatannya untuk menerjang Aurelie dan membalasnya dengan rangsangan.

Sentuhan-sentuhan lembut dan penuh gairah itu seperti lenyap bersama dengan kalimat penolakan Daniel.

"Sayang, jangan bilang kamu ngambek!" Kening Aurelie berkerut halus. "Daniel katakan, kamu mikirin apa sih?" Aurelie tidak biasa dengan sikap Daniel yang kaku, Daniel seperti sudah tak bisa ia kendalikan.

"Aku gak kenapa-kenapa, Rel. Aku cuma lelah. Aku mau istirahat." Daniel mengambil handuknya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Aurelie bergumam, ia duduk di tepi ranjang. Pikirannya sudah kalut, tapi ia tidak mau membuat hari-harinya bersama Daniel terbuang sia-sia.

Aurelie membasuh wajahnya, lalu mematut dirinya di cermin. Senyumnya merekah tatkala ia memoles gincu di bibirnya yang tipis. Gincu berwarna merah cetar membahana.

Aku hanya perlu menggodamu, Daniel.

Aurelie mengganti baju tidurnya dengan lingerie yang slalu ia bawa jika bermalam dengan tunangannya. Aurelie memang tahu bagaimana memainkan perannya dan menunjukkan kelebihan-kelebihan di tubuhnya.

Daniel membuka pintu kamar mandi, ia mengusap rambutnya yang basah, saat dirinya menoleh ke arah Aurelie, dirinya terkejut, nyaris sesak nafas, karena Aurelie sudah setengah telanjang!

Happy reading 💚

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Melati A3
ceweknya nafsu bet ah
goodnovel comment avatar
Herlina Maharani
harus tegas ya dan
goodnovel comment avatar
Cut Nyak Dien
ha ha ha,murah amat neng aurel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status