Share

Part 05: Niat Busuk

Kain Basahan Basah di Kamar Mandi

Part 05: Niat Busuk

"Pergi dari rumahku ini!" usirku dengan paksa.

Aku memukul dada bidangnya suamiku. Aku lupa kalau ada janin di dalam rahimku. Aku sudah tersulut emosi, sehingga aku tidak menghiraukannya lagi.

"Rumahku, kamu bilang? Sadar Nesya! Rumah ini sudah menjadi hak milikku," jawab Rusly dengan santai.

Aku diam sejenak menelaah perkataannya. Rusly melahirkan senyum smirk. Sementara Lala dan Ririn masih duduk santai melihat percekcokan antara aku dengan suamiku.

"Sejak kapan rumah ini jadi hak milikmu? Sepertinya kamu lagi mimpi, Pa! Bangun woi dari tidur pendekmu," ledekku mengukir wajah memerah.

Emosiku semakin membara, kutampar wajahnya agar dia bangun dari tidur pendeknya.

Plak!

Wajahnya kini berubah merah seperti bekas tamparan tanganku. Aku merasa sedikit puas dan lega. Tanganku mendarat di pipinya tanpa ampun.

"Kamu kira aku mimpi, hah!" dia membalas tamparan yang aku layangkan, tapi aku berhasil menghindar. Walaupun tanganku dikunci kuat olehnya.

"Jangan mimpi, Pa! Surat yang kamu tanda tangani di depan notaris itu atas namaku. Salah siapa nggak baca isinya terlebih dahulu. Jika nggak percaya coba cek fotonya! Ternyata kamu begitu mudah menandatangani surat itu tanpa dibaca sama sekali isinya," ledekku.

Mata Rusly membulat seolah mau keluar dari sarangnya. Dia melepaskan tanganku lalu berjalan menuju sofa. Dia mengambil ponsel miliknya kemudian mengotak-atiknya. Tidak butuh waktu lama, foto yang dimaksud akhirnya ketemu. Perlahan dia baca isinya. Jantungnya seolah mau copot.

"Tidak ... Tidak mungkin Nesya! Kamu pasti membohongiku," serunya sembari mengacak-acak rambutnya. Wajahnya masam seolah tidak terima.

Pelan-pelan dia baca ulang kembali. Rusly penuh harap kalau dirinya salah baca. berulang kali dia mengusap netranya dengan kasar. Hasilnya sama saja nihil. Ternyata isi suratnya sangat jauh bertolak belakang dengan apa yang dia inginkan.

"Tidak ... Ini tidak mungkin. Kamu pasti sengaja menjebak aku 'kan?!" bentaknya dengan menjambak rambutku.

Aku mencoba melawan dari amukannya. Namun, tenaganya jauh lebih kuat daripada aku.

"Lepaskan Pa!" teriakku. Namun, dia malah membabi buta menghajar aku. 'Ya Allah aku mohon beri aku kekuatan untuk melawan kezaliman suamiku,' pintaku dalam hati.

Tidak berapa lama, Ririn datang menghampiriku lalu mencekik leherku. "Ririn, jangan lakukan ini kepadaku. Aku mohon lepaskan!" ucapku mengiba, tetap juga tidak digubris sama dia.

"Kau harus mati saat ini juga, agar semua hartamu bisa kukuasai," ucap Ririn kencang memekakkan telingaku.

"Kamu tidak akan bisa menguasai hartaku, Rin! Tidak semudah membalikkan telapak tangan."

Aku masih berusaha meronta agar bisa lepas dari terkaman Ririn. Namun, usahaku masih sia-sia. Ternyata tenaganya sangat kuat.

"Sebentar lagi aku akan mengirim kamu ke neraka! Rasakan ini!" cekikan demi cekikan dia lakukan demi mencoba membunuhku.

"Kamu mau cari mati, hah!" ucapku mencoba melawan serangan demi serangan yang dia lakukan kepadaku. Walaupun tubuhku sudah dikunci mati sama Ririn. Aku masih tetap berusaha melawan. Walaupun aku sudah kehabisan tenaga, aku terus berpikir bagaimana caranya bisa lepas dari terkaman wanita jahat ini.

Tiba-tiba, otakku melahirkan ide. Kuambil kunci mobil di kantong celana, kutekan tombol buka kunci mobil supaya ribut, tujuanku agar Pak satpam dan Bu Ijah datang.

Tidak butuh berapa lama, ada suara seseorang terdengar, "Hentikan!" ucapnya dari ujung sana.

Semua mata tertuju pada asal suara itu. Ririn melepaskan tangannya dari leherku. Dia terkejut dan menunduk.

"Ibu!" teriak Rusly. Dia terkejut kenapa tiba-tiba ibunya datang tanpa terlebih dahulu memberitahunya.

Selama ini ibunya, Rusly kalau mau datang berkunjung selalu menelpon dirinya agar dijemput ke bandara.

"Siapa kedua wanita ini, Rusly? Kenapa leher istrimu di cekik malah kamu biarkan? Dimana tanggungjawab kamu sebagai suami?!" amuk Ibu Wardah dengan wajah memerah sambil berjalan menghampiri Rusly.

"A-anu, Bu. Kami ini lagi latihan akting. Adegan pada manuskrip scene ini ada cekik mencekik secara membabi buta," jawab Rusly mencoba ngeles mencari alasan agar ibunya tidak menaruh curiga.

"Apa benar seperti itu, Nesya?!" tanya Ibu Wardah kepadaku.

Napasku masih ngos-ngosan. Seketika aku batuk ringan. Ibu Wardah datang menghampiri dan memelukku penuh kasih sayang.

"Rusly berbohong, Bu! Dia sudah membohongiku juga ibu. Wanita yang mencekik leherku ini selingkuhannya. Lala, perempuan yang selalu mendukung Rusly selingkuh. Sampai WhatsAppku disadap sama dia."

Aku berkata sejujurnya. Biarkan saja ibu mertuaku mengetahui semua kebusukan anaknya. Aku tahu, mertuaku tidak bakalan mendukung anaknya meskipun itu sudah benar-benar salah.

"Apa tujuanmu menyadap W******p-nya Nesya? Kamu mau aku jebloskan ke dalam jeruji besi?!" bentak Bu Wardah dengan wajah garang. Ekspresinya laksana seekor harimau yang siap menerkam mangsanya.

"Tega kamu memfitnahku, Nesya. Apa yang kamu katakan itu adalah hoax dan kebenarannya tidak betul," jawab Lala menangis sembari pergi berlari menuju teras rumah.

Aku tidak tahu apa maksudnya, dia kira aku luluh melihat air mata buayanya. 'Tidak akan, Lala.'

"Ayo kita ke kamar. Kamu pasti butuh istirahat. Jangan sempat janin yang ada dalam rahimmu kena dampak buruk akibat ulah ayah kandungnya."

Aku dan Bu Wardah pergi melangkah menaiki anak tangga menuju kamar. Mereka berdua mematung tidak menyangka berakhir seperti ini.

"Mas kenapa Nesya bisa hamil? Bukannya dia di ponis dokter Mandul? Terus kapan terakhir kalinya kamu menyentuhnya, sehingga dia bisa hamil?" cecar Ririn seolah tidak percaya apa yang dikatakan Bu Wardah.

Rasa cemburu lahir pada dirinya, selain harta yang dia cari ternyata ada rasa cinta untuk memiliki Rusly seutuhnya. Ririn sudah terbakar api cemburu, dia bergelayut manja di tangan Rusly.

Namun, Ririn hanya mengetes Rusly apakah sikapnya dingin atau tidak. Ternyata Rusly bersikap dingin dan tidak ada sama sekali membalas pelukan Ririn. Ririn langsung emosi karena tidak ada respon dari Rusly.

Plak'

Sebuah tamparan menepis ke wajah Rusly.

"Kenapa kamu malah menampar aku?!" tanya Rusly.

"Ternyata kamu tidak cinta kepadaku."

Rusly menarik lengan Ririn ke teras rumah. Niatnya untuk mengklarifikasi semua yang ada. Sesampainya di teras rumah, ternyata Lala menangis tersedu atas tuduhan aku kepada dirinya.

"Lala! Kenapa semua bisa terjadi seperti ini? Kamu bilang W******p-nya, Nesya kamu sadap. Kok bisa dia datang tiba-tiba laksana jelangkung? Kembalikan semua uangku yang sudah aku transfer ke rekening kamu!" amuk Ririn sambil menjambak rambut Lala.

Ririn tidak mau merugi sedikit pun. Perasaannya dia sudah ditipu Lala. Itu sebabnya dia marah besar kepada Lala.

"Dasar penipu! Kalau mau uang seharusnya kamu itu kerja keras!"

Ririn terus menerus memukul Lala tiada henti. Lala meringis kesakitan. Rusly tidak bisa berbuat apa-apa. Dia takut kalau Ririn ikut menghajarnya.

Satu sisi, Rusly merasa kasihan melihat Lala diberlakukan Ririn seperti itu. Dia mencoba melerai agar Lala tidak babak belur.

"Sudah, hentikan! Jangan ribut gara-gara itu. Hari ini biarlah kita ketahuan belangnya. Ayo kita berpikir bagaimana menjebak Nesya! Kita tidak boleh kalah lagi."

Ririn dan Lala bergeming saling adu pandang. Otak kotor Ririn kini melahirkan ide, "Mari kubisikkan, Mas!"

Ririn membisikkan ide gilanya kepada Mas Rusly.

"Waw idemu sangat cemerlang. Aku yakin, ibu pasti merah padam pada Nesya."

Rusly mendukung ide gila Ririn. Namun, wajahnya cemas, dia berpikir bagaimana caranya untuk melakukan ide itu.

"Hm!"

"Kenapa kamu kelihatan bingung?" tanya Ririn kepada Rusly.

Rusly masih traveling memikirkan bagaimana caranya agar misinya tercapai tanpa ketahuan sama ibunya.

"Ide apa sih yang kalian pikirkan?" tanya Lala.

Lala tidak mau kalah dari Ririn. Di juga berusaha melahirkan ide cemerlang. Namun, pada saat ini otaknya buntu.

"Bagaimana caranya kita menggugurkan kandungan Nesya! Kalau janin yang ada di dalam rahimnya gugur. Bu Wardah pasti kecewa melihat Nesya."

Lala tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Ririn.

"Kenapa kamu ketawa? Orang sudah mati-matian memikirkan agar ide itu terlaksana. Kamu malah tertawa melihat aku dan Mas Rusly."

"Slow, Mbak! Aku ada ide untuk menggugurkan kandungan Mbak Nesya."

Lala menutup mulutnya, dia tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.

Bersambung ....

Next?

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Kiezwati Mayasari M
asli cerita yang aneh, gak jelas kata² nya
goodnovel comment avatar
Maisya Echa Farhan
cerita ny mbelit sm gk teratur..gk mutu tiba2 begini tiba2 bgtu
goodnovel comment avatar
Eynie Achmad
ceritanya ngaco ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status