"Tolong bebaskan aku dari sini, Nesya!" rengek Lala ketika aku sedang membesuknya di kantor polisi. Aku merasa kasihan setelah melihat keadaannya. Padahal baru tiga hari dia dikurung penampilannya sudah tidak terurus laksana orang gila."Hukum tetap berlaku. Aku tidak akan mengeluarkanmu dari sini sebelum jatuh tempo." Aku harus berkata sejujurnya. Tidak ada manusia yang rela anaknya mati tanpa salah. Apalagi kepergian Dhea masih membekas di dalam ingatan. "Belum lagi bahtera rumah tangga yang selama ini aku idamkan hancur karena kedatanganku ke dalam istana surgaku," jelasku dengan nada datar. "Aku berkata jujur atas semua perbuatanku," serunya dengan mengeluarkan cairan bening dari sudut retinanya. "Aku tidak mau berakhir usiaku di sini, Nesya," imbuhnya menjelaskan dengan raut wajah menyesal. Suasana di ruang besuk hening. Hanya dentuman jarum jam dinding yang terdengar."Aku mohon, Nesya!" pintanya mengiba. Aku tidak merasa kasihan apa yang yang terjadi kepada dirinya. Selama in
Wajahnya Rusly berubah masam mendengar perkataanku. Aku tersenyum bahagia setelah dia berubah pias."Sungguh terlalu kamu, Nesya!" rutuknya tidak terima. Aku ini mantan suamimu dan akan menjadi suamimu lagi sebentar lagi," imbuhnya menjelaskan. Dia mengepalkan tangan hendak menamparku. Namun, tangannya hanya mengambang di udara."Kenapa tidak jadi memukulku!" bentakku dengan menatapnya menyalang. "Ayo pukul sebelum Pencipta Alam Semesta mengutuk kamu benar-benar seonggok bangkai," imbuhku kembali."Kalau bukan kamu itu perempuan yang hendak akan kuperjuangkan, tangan ini pasti sudah landing di wajahmu itu," jawab Rusly dengan nada kesal. Dia berkacak pinggang lalu membuang napas kasar. "Aku tidak habis pikir kamu bisa berkata seperti itu," jelasnya dengan memijit kening yang tidak gatal."Maaf aku harus pergi dari sini." Aku melangkah meninggalkan dia sendiri di plataran parkiran.Silakan!" balasnya dengan kesal. Sangking kesalnya, dia memukul udara begitu saja. Argh! Dia berpikir s
"Apa?!" tanya Rusly tidak sabaran. "Jangan sesekali memberikan harapan palsu kepadaku," imbuhnya dengan menahan emosi."Siapa juga yang memberikan harapan palsu?" ucapku dengan sedikit menaikkan nada. Aku pergi melangkah. Walaupun sebenarnya aku sok jual mahal. Itu semua aku lakukan agar dia merasa sadar dan terpukul."Kamu mau ke mana?!" tanyanya mendongak. Fokusnya gagal mengirim doa. Dia bangkit lalu berlari mengejarku."Itu bukan urusanmu!" jawabku membentak. "Lepaskan tanganku!" jelasku kembali.Aku pergi begitu saja. Cuaca hari ini sangat panas sehingga aku takut hitam terbakar oleh sinar sang mentari."Lebih baik aku mati bunuh diri daripada lama-lama mati tersiksa untuk mendapatkan cinta dan kasihmu yang ke dua kali.""Silakan kalau kamu tidak punya iman dan Tuhan!" jawabku datar. Walaupun aku sudah jauh dari tempat dia berpijak.Argh!Rusly mengacak-acak rambutnya kembali. Lelah?! jelas dirinya pasti lelah. Kecewa?! Jelas sekali. Sudah berulang kali dia menelan kekecewaan. Na
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 01: Kain Basahan Basah"Pa, kok ada di rumah? Bukannya tadi sudah berangkat ke kantor?" cecarku dengan heran. Aku menautkan satu alis ke atas. "Ada yang ketinggalan," jawabnya santai."Semuanya sudah kusiap 'kan tadi. Kenapa masih ada yang ketinggalan," tanyaku kembali."Sudahlah jangan banyak tanya. Berkas ini sangat penting buat meeting siang ini bersama klien kita, Ma. Maka dari itu, aku pulang mengambilnya," jawab Rusly dengan santai sembari membereskan kemeja dan dasinya.Tiba-tiba, aku kebelet ke kamar mandi, aku terkejut kain basahan basah di kamar mandi dan yang lebih mengejutkan lagi tetesan airnya masih deras menetes. Lantai dan dinding kamar mandi masih setengah kering. Tidak hanya itu, botol shampo yang tidak pernah aku beli dan pakai ada di tempat sabun. Merk shampo ini biasa dipakai perempuan. Cuma aku perempuan di rumah ini. Nggak mungkin Bu Ijah pakai shampo merk ini."Papa baru selesai mandi ya?" tanyaku menyelidiki sambil keluar
Kain Basahan Basah di Kamar MandiBagian 02: Nomor Tidak dikenal"Maaf, Bu. Aku tadi mandi di kamar mandi ibu dan bapak. Soalnya di kamarku air panasnya nggak hidup. Botol shampo itu milikku. Maaf kalau aku sudah membuat kegaduhan di pagi ini antara Ibu Nesya dan Pak Rusly."Aku tidak tahu teka-teka yang diberikan Lala kepadaku. Apakah Lala mendukung Rusly selingkuh atau memang mereka bermain api di belakangku? Aku tahu suara Lala tidak seperti itu pada saat bicara melalui telepon seluler tadi. Lantas, siapa yang menelpon itu? Siapa yang mandi di kamar mandiku. Suara perempuan itu sangat jelas aku dengar."Sekarang lihat saja Nesya, apa yang bakalan terjadi. Kamu terlalu mengikuti setan sehingga amarah dan pikiran jernihmu hilang tidak terkendali.""Aku tahu ini pasti kerja sama kalian berdua. Kalian nggak usah menipuku dengan alibi seperti ini."Aku yakin dan percaya kalau Lala dan suamiku sudah mengatur skenario. Namun, aku belum punya bukti yang kuat."Menipu kata, ibu! Sebentar du
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 03: USGTidak butuh waktu lama, aku sampai di restoran sesuai alamat yang ada di kirim lewat pesan chat aplikasi hijau mirip gagang telepon.Aku masuk menelusuri ruangan, mataku ke sana kemari mencari ciri-ciri orang sesuai petunjuk yang aku dapatkan. Untung saja pengunjung restoran itu masih sepi, jadi leluasa aku melihat ke sana ke mari.'Yes, aku telah menemukannya. Itu dia orangnya.'Aku sangat girang dan senang. Semoga saja aku tidak salah sasaran. Aku melangkah gontai sambil memasang kaca mata hitam. Aku sengaja memakai masker agar tidak dikenal. Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai. Aku juga sudah tidak sabar ingin melabrak suamiku bersama selingkuhannya."Rusly sayang, kamu ngapain di sini?" tegurku dengan nada mesra sambil bergelayut manja di bahunya."Maaf kamu siapa? Datang-datang memanggil sayang kepada suamiku. Apa kamu itu pelakor yang selama ini mengganggu suamiku. Dasar pelakor, rasakan ini!"Wanita itu membabi buta menghaj
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 04: Mulai Terbongkar"Bu Nesya!" ujarnya.Aku terkejut mendengar ucapan Dokter Faisal. Aku mengarahkan bola mataku ke asal suara itu."Selamat janin di dalam rahimmu ada dua. Itu pertanda ibu mengandung calon bayi kembar," ucapnya sembari mengulas senyum.Aku terkejut mendengar ucapannya. Selama ini aku tidak ada merasakan tanda-tanda sedang hamil.Aku tidak tahu harus senang atau sedih. Selama ini Rusly selalu menanyakan kapan aku bisa memberikan keturunan padanya. Namun, pada saat itu Allah mungkin belum memberikan izin. Mungkin itu alasannya berpaling dari pelukanku."Dok! Sudah berapa bulan usia kandunganku?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca. Aku masih belum percaya mendengar informasi yang baru saja aku dengar dari tepi bibir Dokter Faisal. Aku mencoba menahan buliran air mata agar tidak jatuh."Selamat ya, Bu! Sebentar lagi bakalan menjadi ibu dari bayi kembar," jawabnya sambil membereskan alat USG yang baru saja digunakan untuk mencek kon
Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 05: Niat Busuk"Pergi dari rumahku ini!" usirku dengan paksa. Aku memukul dada bidangnya suamiku. Aku lupa kalau ada janin di dalam rahimku. Aku sudah tersulut emosi, sehingga aku tidak menghiraukannya lagi."Rumahku, kamu bilang? Sadar Nesya! Rumah ini sudah menjadi hak milikku," jawab Rusly dengan santai.Aku diam sejenak menelaah perkataannya. Rusly melahirkan senyum smirk. Sementara Lala dan Ririn masih duduk santai melihat percekcokan antara aku dengan suamiku."Sejak kapan rumah ini jadi hak milikmu? Sepertinya kamu lagi mimpi, Pa! Bangun woi dari tidur pendekmu," ledekku mengukir wajah memerah.Emosiku semakin membara, kutampar wajahnya agar dia bangun dari tidur pendeknya.Plak!Wajahnya kini berubah merah seperti bekas tamparan tanganku. Aku merasa sedikit puas dan lega. Tanganku mendarat di pipinya tanpa ampun."Kamu kira aku mimpi, hah!" dia membalas tamparan yang aku layangkan, tapi aku berhasil menghindar. Walaupun tanganku dikunci