Share

Jerat Cinta Pembunuh Adikku
Jerat Cinta Pembunuh Adikku
Author: Siez

Chap 1 - Rosalind Hilang

Avery Isabelle Vermont, berusia 27 tahun. Ia merupakan salah satu keturunan Vermont yang merajai banyak bisnis seperti perhotelan, alat berat, rumah sakit, elektronik, konstruksi bahkan sekolah. Tetapi, Avery tidak mau mengambil haknya sebagai salah satu penerus Vermont karena ia sangat membenci ayahnya. 

Ia berusaha menghidupi dirinya sendri dan berjuang sekuat tenaga untuk belajar sehingga ia memperoleh beasiswa di Harvard University. Setelah lulus, Avery lebih memilih bekerja sebagai kurator sebuah galeri di Jerman daripada pulang ke Jakarta. Ia mendapatkan posisi sebagai kurator galeri di Jerman dengan sangat tidak mudah. Avery harus berjuang sekuat tenaga untuk belajar mengenai seni tanpa mengenal lelah. Bahkan untuk biaya pendidikan dan biaya hidup tidak sedikitpun ia minta dari ayahnya, Jordan Vermont, karena ia sangat membenci ayahnya. Avery berjanji tidak akan pernah menyentuh uang ayahnya lagi seumur hidupnya.

Bukan tanpa sebab Avery membenci ayahnya, Avery mengetahui penyebab ayah dan ibunya bercerai, yaitu karena kelakuan playboy dari sang ayah yang tidak pernah akan bisa dimaafkan oleh Avery seumur hidupnya. Ibunya, Veronica Keith adalah seorang wanita biasa tanpa status sosial tinggi seperti ayahnya. Veronica adalah wanita keturunan Jerman dan Indonesia. Awalnya Jordan dan Veronica saling mencintai, tapi karena banyaknya godaan di sekitar, Jordan akhirnya terperangkap sendiri akan godaan itu. Avery dan ibunya menangkap basah Jordan sedang bergulat di ranjang bersama seorang wanita yang tidak lain adalah sepupu Veronica sendiri yaitu Frecia Keith.

Meskipun Jordan sudah mengatakan bahwa hal itu di luar kendalinya karena dijebak oleh Frecia, tapi Avery dan Veronica tidak bisa mempercayai Jordan lagi. Setelah perdebatan yang panjang dan saling diam, Jordan dan Veronica akhirnya bercerai karena tidak tahan saling menyakiti satu sama lain walaupun di dalam hati mereka masih saling mencintai. 

Setelah bercerai, Veronica memutuskan untuk pergi ke Jerman dan Avery mengikutinya, sementara Jordan tinggal bersama Rosalind, anak keduanya. Tiga tahun setelah perceraian, Veronica meninggal dunia karena penyakit jantung. Avery bahkan tidak mau memberitahu kepada siapapun tentang kematian ibunya. Avery merasa kematian ibunya disebabkan kelakuan ayahnya sendiri.

Avery melihat ibunya yang terkejut sekaligus gelisah dengan foto-foto yang dikirimkan oleh Frecia kepada Veronica yaitu foto Jordan dengan Frecia sendiri. Mereka terlihat sangat mesra bagai sepasang kekasih yang mabuk asmara di atas tempat tidur. Frecia juga mengirimkan pesan yang berisi “Jangan dekati suamiku! Aku sudah resmi menjadi istrinya sekarang! Jordan hanya mencintaiku dari awal kami bertemu, tapi kamu dengan kejamnya merebut Jordan dari tanganku. Dasar wanita tidak tahu malu! Aku sudah bersabar selama ini, jadi aku sudah tidak peduli lagi kepadamu dan anak-anakmu kelak."

Jujur, Veronica sampai saat itu masih terlalu mencintai Jordan, sehingga pukulan telak dari saudara sepupunya membuat Veronica mengalami serangan jantung dan meninggal. Avery menjadi tambah benci kepada ayahnya sendiri dan tantenya sendiri. Ia tidak dapat memaafkan dua orang yang sudah membunuh ibunya.

Kring! Kring! Kring!

Bunyi ponsel Avery berdering. Ia melihat caller Id dari si pemanggil dan ia langsung mematikan ponselnya tanpa mau tahu apa yang akan dibicarakan si pemanggil.

Sudah dua puluh kali ponsel Avery berdering dan membuatnya kesal. Mau tidak mau ia harus mengangkat telepon itu daripada menyusahkannya di saat ia kedatangan tamu penting di galerinya nanti.

"Ada apa?" tanya Avery ketus. 

“Avery, tolong segera pulang ke Jakarta, aku membutuhkan bantuanmu!” pinta Jordan di telepon.

“Aku sedang sibuk,” ucap Avery singkat, Ia enggan berbicara dengan ayahnya sendiri. Basa-basi bukanlah suatu kebiasaannya sejak dahulu.

“Please, Av. Apakah kamu masih marah dengan ayah?” tanya Jordan memohon.

“Kamu tahu apa penyebab aku marah! Ayah? Apakah kamu masih pantas untuk aku panggil dengan sebutan ‘AYAH’?” ucap Avery kesal.

"Please Av, bisakah kamu menghilangkan kebencian pada ayahmu sendiri?" Nada suara Jordan memelas.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan saat ini. Jika tidak ada yang penting, aku akan menutup telepon dan jangan menelepon diriku lagi. Aku sangat sibuk dan malas meladeni dirimu," ucap Avery ketus. 

"Please, Av," pinta Jordan.

"Apakah kamu meneleponku hanya untuk memberitahukan bahwa kamu sudah bahagia dengan istri barumu?" sindir Avery.

"Aku tidak memiliki istri baru. Siapa istri baruku?" tanya Jordan bingung.

"Frecia? Bukankah kamu sudah menikah dengannya? Bahkan kalian tampak mesra." hina Avery sinis.

"Aku tidak pernah menikah dengan siapapun, Av. Aku bersumpah padamu. Aku hanya menikah dengan Vero, Ibumu." Jordan bingung dengan apa yang dikatakan oleh Avery. Memang ia pernah ketahuan berselingkuh satu kali bersama Frecia dan itu semua di luar kendalinya, tapi untuk menikah, tentu saja tidak.

"Tidak usah bersumpah, karena sumpahmu menjijikan dan tidak bisa dipercaya!" ucap Avery menghina.

“Please, Av. Dengarkan ayahmu ini, Adikmu menghilang,” ujar Jordan bergetar karena sedih.

“Hilang?” Avery menaikkan nada suaranya, “Mungkin dia sedang bermain di klub malam atau lainnya. Rosalind bisa menjaga dirinya sendiri.” Avery tidak bisa berpikir hal yang lain lagi karena hari ini adalah hari besarnya sebagai kurator galeri. Kanselir Jerman sendiri akan mendatangi galeri tempat ia bekerja.

“Dia tidak ada dimanapun. Sudah satu minggu ia menghilang.” Jordan tidak bisa menahan kesedihannya. Ia tidak mau sendiri, setelah ditinggalkan istrinya dan Avery, sekarang Rosalind ikut menghilang. Ia sudah menggunakan jasa detektif bahkan anak buahnya pun sudah disebar, tapi hasilnya tetap nihil. Rosalind bagai hilang ditelan bumi.

“Di rumah temannya?”

“Tidak ada. Aku sudah mengerahkan semua orang untuk mencarinya,” ucap Jordan putus asa.

“Apa yang kamu lakukan selama ini untuk menjaga Rosalind? Apa kamu hanya bermain wanita saja sehingga tidak mempedulikan Rosalind?” teriak Avery kesal.

“Aku tidak pernah bermain wanita! Kamu tahu itu!” balas Jordan kesal. Setelah bercerai dengan Veronica, bahkan ia tidak pernah menyentuh wanita lain. Sudah tujuh tahun ia bercerai dengan Veronica, bahkan Frecia yang selalu menggodanya ia jauhkan. Tidak pernah terbesit di hati Jordan untuk meninggalkan Veronica maupun mengganti Veronica dengan wanita lainnya.

“Tidak pernah bermain wanita? Jangan mengingkari apa yang sudah kamu lakukan sendiri! Bahkan aku sudah menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri” hina Avery.

“Baiklah jika kamu tidak percaya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengembalikan kepercayaanmu terhadapku. Tapi aku cuma memohon padamu agar membantuku mencari Rosalind. Dia sangat dekat denganmu, pasti dengan mudah kamu bisa mencarinya, aku mohon,” ucap Jordan memohon. Ia tidak mempermasalahkan tanggapan Avery tentang dirinya sekarang. Ia hanya peduli bagaimana mencari Rosalind. 

“Baiklah, aku akan pulang dan mencarinya.” Avery menutup teleponnya dan segera memesan tiket pulang ke Jakarta. Ia mengambil jadwal malam sehingga ia masih bisa bertemu kanselir terlebih dahulu. 

Walaupun terpisah jarak, Avery dengan Rosalind selama tujuh tahun tetap berhubungan melalui video call ataupun chatting.saja. Beberapa hari lalu, Avery masih melakukan video call dengan Rosalind. Avery melihat adiknya terlihat pusat dan dekorasi tempat Rosalind melakukan video call berbeda dari rumahnya. Ia melihat Rosalind berada di dalam sebuah gubuk. 

Flashback on

“Rosa, kamu berada dimana? Seperti kamu tidak ada di rumah?” tanya Avery penasaran.

“Aku sedang berlibur bersama teman-temanku,” ucap Rosalind tersenyum.

“Kamu baik-baik saja? Sepertinya wajahmu pucat.” Avery sangat khawatir dengan wajah pucat Rosalind.

“Baik. Mungkin aku kelelahan setelah naik gunung tadi. Hahaha ...” Rosalind tertawa sambil memegang wajahnya.

“Naik gunung? Serius? Apa kabar dengan Club malam? Apakah sudah kamu tinggalkan?” ledek Avery.

“Aku sudah berubah menjadi orang baik saat ini. Aku bertobat dari alkohol dan clubbing. Oh ya, Kak. Aku jatuh cinta pada seseorang. Aku berharap bisa mengenalkannya padamu,” Rosalind tersenyum bahagia.

“Ajak dia ke Jerman,” usul Avery.

“No … kamu bisa merebutnya dari tanganku. Pesonamu sangat berbahaya!” Rosalind menggerakan jari telunjuknya, tidak menyetujui usul Avery.

“Mana mungkin aku merebut kekasihmu! Dasar bodoh!” protes Avery bersungut-sungut.

“Kamu akan terpesona melihat wajahnya. Aku tidak berani mengenalkannya padamu." ledek Rosalind sambil menjulurkan lidahnya.

"Dasar anak pelit!" ejek Avery sambil cemberut.

"Sudah, ya. Aku mau tidur. Besok subuh aku mau melihat sunrise.” Wajah Rosalind berseri-seri membayangkan melihat sunrise di pedesaan.

“Bersama kekasihmu? Romantis sekali,” puji Avery.

“Tidak. Bersama teman-temanku di sini.” Rosalind menggelengkan kepalanya. Seperti ada kesedihan di dalam dirinya yang coba ia tutupi dengan senyumannya.

“Baiklah. Hati-hati. Kabari aku!”

“Iya. Aduh kamu cerewet sekali seperk perawan tua!" ucap Rosalind mengejek Avery.

"Perawan tua!" teriak Avery merasa dilecehkan oleh adiknya sendiri.

"Hahaha … sudahlah tidak usah memperpanjang lagi. Aku sudah mengantuk. Bye!"

"Bye, Rosa." Avery menutup video call-nya.

Flashback off

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status