Share

Chap 4 - Mimpi

"Av ..." panggil seorang wanita berbaju putih membangunkan Avery dari tidurnya.

Avery mengucek matanya dan berusaha melihat dengan jelas wajah dari suara wanita yang memanggilnya.

"Ibu ..." sapa Avery.

"Apa kabar, Sayang?" tanya Veronica. Wajahnya bersinar dengan terang seperti seorang malaikat.

"Aku baik, Bu. Ibu bagaimana?"

"Aku juga baik disini. Apa kamu sedang ada masalah, Av?" tanya Veronica dengan lembut. Ia selalu tahu bagaimana caranya menenangkan hati Avery yang galau.

"Aku sedang mencari Rosalind. Aku tidak tahu dimana dia berada, Bu," ucap Avery memberitahukan kegalauannya.

"Rosalind baik-baik saja, Av." Veronica mengusap kepala Avery dengan lembut. 

"Terima kasih, Bu." Avery tersenyum lega. 

“Av, maafkan ibu karena harus meninggalkan kamu terlebih dahulu,” ucap Veronica lirih. Ia mengenakan baju putih. Wajahnya sangat cantik, rambutnya panjang terurai sebahu. 

“Tidak ibu, jangan berbicara seperti itu, jangan tinggalkan aku sendiri lagi. Aku butuh Ibu sekarang,” mohon Avery sambil menangis menggenggam erat tangan ibunya.

“Jagalah ayah, jangan tinggalkan dia sendiri. Berikan cintamu kepada ayah. Dia sudah renta saat ini,” pinta Veronica sambil tersenyum memandang Avery.

“Aku benci ayah, Bu. Please Bu, jangan tinggalkan aku sendiri, aku tidak sanggup,” ucap Avery meraung-raung melihat ibunya semakin lemah.

“Ibu sayang padamu. Kamu harus kuat!” ucap Veronica lembut untuk menguatkan hati Avery yang sedang bersedih.

“Aku sayang pada Ibu. Jangan tinggalkan aku, Bu. Aku mohon,” ucap Avery menangis meraung sambil memeluk Veronica erat.

“Kak,” panggil seorang wanita lagi kepada Avery. Ia adalah Rosalind yang sekarang berjalan mendekati Veronica. 

“Rosa, kenapa kamu ada di sini?” tanya Avery bingung, “Mengapa kamu memakai baju putih sama seperti Ibu?” Avery memperhatikan wajah Rosa yang bersinar sambil menggendong bayi, tubuhnya sangat kurus dan memakai baju berwarna senada dengan Veronica. “Siapa anak itu, Rosa?” tanya Avery penasaran menunjuk bayi yang berada di gendongan Rosalind.

“Ini anakku, Kak,” jawab Rosalind tersenyum sambil memperlihatkan anak di pangkuannya.

“Anak? Sejak kapan kamu punya anak?” tanya Avery penasaran.

“Hihihi … aku belum sempat mengabarkannya kepada Kakak, coba lihat dia, ganteng kan, anakku ini?” jawab Rosalind tertawa geli memperlihatkan wajah bayinya.

“Wah, ganteng sekali,” puji Avery sambil memperhatikan wajah bayi.

“Kak,” ucap Rosalind pelan.

“Kenapa?” Avery masih memperhatikan wajah dari bayi Rosalind yang sangat tampan.

“Aku, Ibu dan Gio pergi dulu ya?” ucap Rosalind pamit.

“Kalian mau kemana?” tanya Avery bingung.

“Kami ingin beristirahat sejenak, tapi kami semua akan menjagamu dari sini. Kami selalu berada di sisimu,” ucap Veronica perlahan menghilang bersama Rosalind dan bayinya.

“Kalian jangan tinggalkan aku! Aku tidak mau ditinggal sendiri. Bawa aku! Aku mau ikut!” teriak Avery keras.

“Kakak harus menjaga Ayah. Jangan pernah tinggalkan Ayah sendiri,” ucap Rosalind lembut.

“Aku tidak mau! Aku mau ikut bersama kalian!” teriak Avery tidak terima. 

“Berbahagialah Avery.” Veronica, Rosalind dan Gio semakin lama semakin menghilang dari pandangan Avery. Avery berusaha mengejar mereka tapi mereka sudah menghilang dari hadapan Avery. 

“Jangan tinggalkan aku ...” Avery berlutut dan berteriak, mereka semua sudah pergi tanpa Avery bisa mengejarnya.  

Avery tersentak dari tidurnya yang terasa panjang, air mata jatuh di pipinya tanpa ia bisa hentikan. 

“Ibu, Rosa, … jangan tinggalkan aku,” ucap Avery terisak, “Rosa, jangan tinggalkan aku. Aku akan bertemu denganmu secepatnya. Aku pasti bisa menemukanmu, Rosa.” 

Avery tidak mau membuang waktunya lagi, ia harus mencari Rosalind. 

Setelah selesai merapikan diri, Avery langsung turun ke lantai satu untuk bertemu dengan ayahnya. Ia ingin bertanya tentang semua hasil pencarian Rosalind. Avery mencari ayahnya di sekeliling rumah, dan akhirnya ia menemukan ayahnya sedang sarapan pagi, ditemani oleh sandwich dan susu segar seperti biasanya.

“Hmm … bolehkah aku duduk di sini?” tanya Avery canggung.

“Tentu.” Jordan mempersilahkan Avery untuk duduk.

“Aku ingin bertanya,”ucap Avery membuka pembicaraan.

“Sarapanlah terlebih dahulu. Sandwich dan susu?” tawar Jordan pada Avery.

“Sure.” Avery mengangguk. Jordan dengan senang hati membuatkan sandwich berisi telur, tomat dan keju. Setelah selesai, ia menyerahkan sandwich buatannya kepada Avery. 

“Thanks,” jawab Avery singkat. Ia sangat menikmati sarapan yang dibuat oleh Jordan. Sebenarnya ia rindu dibuatkan sarapan oleh ayahnya yang dahulu sangat memanjakannya. Ia juga rindu dengan suasana sarapan yang ramai tujuh tahun lalu. Sayangnya semua sudah hilang.

“Bagaimana keadaan ibu?” tanya Jordan penasaran. Ia masih memendam rindu pada Veronica.

“Sudah meninggal,” balas Avery singkat.

“Me-meninggal? Bagaimana mungkin?” Jordan terkejut dengan kabar yang baru ia terima. Ia tidak menyangka istrinya sudah meninggal, bahkan ia tidak tahu tentang kabar itu.

“Ya mungkin saja. Bukankah kalian yang membuat Ibu meninggal?” ucap Avery sinis.

“Apa maksudmu, Av?” nada suara Jordan meninggi.

“Kamu dan Frecia. Kalian adalah pasangan selingkuh sejati. Jika kalian menikah, tidak usah memberitahukannya kepada Ibu. Cukup simpan saja kegiatan kalian untuk diri kalian sendiri!” balas Avery sengit.

“Menikah? Aku tidak menikah dengan siapapun, Av!” sanggah Jordan.

“Terserah, aku tidak peduli,” ucap Avery kesal. Ia memalingkan wajahnya dari Jordan.

“Tapi aku peduli Av! Kamu tidak bisa menuduhku begitu saja tanpa bukti!” teriak Jordan emosi karena selalu disudutkan oleh Avery.

“Bukti? Ini bukti untukmu!” Avery melempar handphone milik ibunya ke hadapan Jordan. Avery masih menyimpan semua chat yang diberikan oleh Frecia kepada Ibunya.

Mata Jordan membulat membaca semua chat dan foto yang dikirimkan oleh Frecia. Ia tidak menyangka Frecia akan berbuat sejauh itu untuk menyakiti hati sepupunya sendiri.

“Av, aku ….” Jordan tidak bisa berkata apa-apa karena emosinya sudah di ubun-ubun kepada Frecia. Ia baru mengetahui tindakan Frecia selama ini yang selalu menghasut Veronica untuk membencinya.

“Sudah! Tidak usah membela diri. Silahkan nikmati kebahagiaanmu sendiri. Aku tidak peduli,” putus Avery kesal.

“Av, aku janji akan meluruskan semuanya ...” ucap Jordan berkaca-kaca, menenangkan emosinya.

“Meluruskan apapun kepadaku adalah hal percuma. Semua yang kamu akan lakukan tidak akan pernah membuat ibuku hidup kembali!” ucap Avery ketus.

“Apakah ini yang membuat ibumu meninggal?” tanya Jordan lirih.

“Ya, ibu terkena sakit jantung setelah menerima chat terakhir dari Frecia. Aku harap kalian senang …,” ucap Avery bertambah sinis.

“Please, Av. Jangan berkata sinis seperti itu pada Ayahmu sendiri.”

“Kenapa? Apakah aku tidak berhak?”

“Baiklah, maafkan aku. Aku sudah berbuat salah.” Jordan menundukkan kepalanya. Kesedihan dan kekecewaan tampil di wajahnya yang sudah rapuh.

“Sudah, tidak usah membicarakan masa lalu. Sekarang yang aku mau tahu, bagaimana penyelidikan terhadap Rosalind?” ucap Avery mengakhiri perdebatan yang tidak akan terselesaikan.

“Aku sudah menyebar semua anak buahku untuk mencarinya, tapi sampai saat ini aku masih belum menemukannya.”

“Sudah dicari ke pedesaan?”

“Pedesaan?” Jordan menaikkan alisnya. Ia sama sekali tidak berpikir Rosalind akan pergi ke pedesaan.

“Terakhir kali, mungkin 1 minggu yang lalu, Rosa melakukan video call denganku. Ia berkata sedang berada di sebuah pedesaan. Tapi aku masih belum mengetahui dimana dia berada,” jelas Avery.

“Apa kamu mengetahui siapa temannya yang berada di pedesaan?” tanya Jordan senang karena mendapatkan petunjuk baru dari Avery.

“Nina, ya mungkin Nina mengetahuinya. Ia adalah teman dekat Rosa. Nanti aku akan mendatanginya,” ucap Avery bersemangat. 

“Baik, aku akan menyuruh anak buahku untuk menelusuri pedesaan di sekitar Jakarta.” Jordan mengambil handphonenya dan ingin memberitahukan kepada anak buahnya.

“Ah, tunggu. Sepertinya aku mendengar orang berbahasa sunda di gubuk itu. Rosalind berkata ia akan melihat matahari terbit. Mungkin daerah sekitar Jawa Barat,” Avery mencoba mengingat kembali apa yang ia lihat di dalam video call-nya bersama Rosalind.

“Thanks, Av. Ayah akan memberitahukan mereka sekarang.” Jordan langsung memberi perintah kepada anak buahnya untuk mengubah pencariannya dari luar negeri menjadi daerah Jawa Barat.

Avery bergegas menyelesaikan sarapannya dan akan menemui Nina, begitupula Jordan yang sudah bersiap untuk pergi ke kantor sekarang. Ia harus menghadapi banyak meeting untuk proyek di perusahaannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status