Share

Istri kontrak CEO
Istri kontrak CEO
Penulis: Miss Merveille

Part 1

Senja baru saja merangkak naik di penjuru kota metropolitan, Jakarta. Angin bercampur debu polusi sudah seperti makanan sehari-hari warganya yang melintasi kawasan pada penduduk seperti Jakarta Kota. Jika sudah sore seperti ini, sepanjang jalan Jakarta Kota menuju Jakarta Selatan atau selalu di padati dengan berbagai jenis kendaraan.

Mobil-mobil mengkilap beradu menjadi satu dengan para pemotor yang kerjaanya selap selip tak pedulikan keselamatan, sudah menjadi tontonan biasa kala jam sibuk pulang kantor seperti sekarang. Bus bus pariwisata yang melayani rute keliling Jakarta pun, tak jarang berhenti sembarang untuk menaik-turunkan penumpang. Belum lagi, supir-supir angkutan kota yang memarkirkan kendaraan mereka tepat di tengah jalan. Meneriaki para penumpang yang baru keluar dari dalam stasiun beos. Jangan lupakan pedagang-pedagang kaki lima, yang mulai menjejerkan dagangan mereka tidak pada tempatnya. Memenuhi bahu jalan yang seharusnya di pergunakan untuk pejalan kaki. Semakin menambah kesemerautan Ibukota.

Namun, agaknya pemenangnya seperti ini sudah sering di rasakan oleh Joshua pratama Wijaya. Lelaki tampan, berbadan kekar, berusia 32 tahun yang baru saja di tinggal mati ayahnya tercinta, Abimanyu Wijaya karena serangan jantung. Hiruk-pikuk keadaan ibukota yang semrawut sudah menjadi bahan makan Jojo, biasa lelaki itu sapa setiap hari. Bekerja tak jauh dari museum fatahillah Jakarta sebagai CEO salah satu perusahaan multinasional di Indonesia, Jojo sudah terbiasa dengan macetnya ibukota yang membuat dia harus pulang tak tepat waktu.

Untung ada, Reiner Bramasta, Asisten pribadinya yang selalu menemani Jojo kemana pun berada. Membuat, Jojo tak merasa penat kalau ada dalam situasi macam itu.

"Pengacara pribadi, tuan besar sudah sampai di rumah utama, Tuan muda." Dari balik pengemudi, Rei biasa panggilan akrabnya berkata. Sambil membetulkan kaca spion mobil, Rei memperhatikan gurat wajah galau tuannya yang sudah ia lihat selama beberapa hari terakhir.

"Untuk apa mereka datang? Bukan papa baru saja di makamkan tiga hari lalu?"

Duduk di bangku penumpang, Jojo nampak tak menyukai kedatangan pengacara pribadi ayahnya itu ke rumah. Dia yakin, jika kedatangan pengacara ayahnya bukan tanpa sebab. Pasti ada sesuatu. Dan sesuatu itu sudah pasti akan membuatnya makin galau.

"Mereka akan membacakan surat wasiat yang tuan besar tinggalkan untuk kalian."

Mata Jojo memicing tajam ke arah Rei. Dia menepuk punggung Rei, nyaris membuat Rei tersentak dan membanting kemudi.

"Kau bilang surat wasiat?" Tanya Jojo memastikan. Kini air muka lelaki itu berubah drastis. Nampak begitu merah, dan agak sedikit berkeringat.

Rei tau, jika sudah menampakkan gurat wajah seperti ini, Jojo pasti sedang di liputi kekesalan atau kemarahan di dalam dirinya. Rei pun akhirnya memilih diam, tak menjawab pertanyaan Jojo. Takut-takut, jika jawabannya nanti malah membuat Jojo semakin kesal atau marah.

Bukan tanpa sebab, Jojo langsung merasa kesal dan marah mendengar berita dari Rei tentang pengacara pribadi sang ayah yang tiba-tiba saja datang ke rumah. Rei tau betul konflik dan polemik pelik macam apa yang tengah di alami tuan mudanya itu selama belasan tahun.

Masih hangat dalam ingatan Rei, kala dulu ayahnya masih bekerja untuk keluarga Wijaya. Dia di perkenalkan kepada Jojo yang kala itu baru di tinggal meninggal ibunya. Jojo yang begitu terpukul karena kepergian sang ibu, merasa nyaman dengan kehadiran Rei yang selalu menemaninya dan berusaha menjadi temannya. Jojo bahagia, meskipun rasa kehilangan sang ibu tak bisa ia tampik.

Hingga satu tahun kemudian, tepatnya saat Jojo berusia lima tahun. Ayahnya, Abimanyu menikah lagi dengan seorang wanita bernama Elena. Awalnya semua nampak baik-baik saja. Elena yang terlihat begitu baik dan amat menyayangi Jojo akhirnya di terima dalam keluarga Wijaya. Akan tetapi, semua tak berangsur lama. Setelah melahirkan seorang putra, lambat laun sikap dan sifat Elena berubah kepada Jojo. Dia tak lagi sama seperti yang dulu. Dia begitu kasar kepada Jojo, hingga kadang dengan tega menyiksa Jojo dan mengancam Jojo. Kelakuan semakin menjadi, kala Jojo lulus SMA dan dia melahirkan seorang putri. Dengan sangat keterlaluan, Elena meminta Abimanyu memindahkan Jojo ke Inggris sebagai bentuk usahanya menjauhkan Jojo dari keluarganya sendiri.

Trauma, sakit hati, dan rasa dendam akhirnya memupuk dalam diri Jojo. Selama di pengasingannya, Jojo bertekad akan kembali ke Indonesia dan mengambil alih apa yang ibu tirinya curi darinya. Dan tepat setelah kelulusannya di Manchester university, Jojo kembali dengan gelar master juga jabatannya sebagai Manager di perusahaan Tesla. Dia membuat bangga sang ayah, dan benar-benar dapat berebut hati sang ayah untuk menjadikan CEO dan ahli waris untuk perusahaan Wijaya Grup seperti yang selama ini Jojo impikan.

Sayangnya, ibu tirinya yang licik terus menghasut ayahnya agar mengirim Jojo kembali ke Inggris. Ibu tirinya takut, jika Jojo memegang Wijaya Grup semua harta warisan milik Wijaya akan jatuh sepenuhnya kepada Jojo. Sungguh, Elena tak akan pernah rela hal itu terjadi. Sepeserpun harta suaminya akan dia pastikan jatuh hanya untuk dirinya dan anak-anaknya.

"Bagaimana tanggapan wanita itu?" Kurang lebih lima belas menit tak bersuara. Akhirnya Jojo kembali melempar satu pertanyaan kepada Rei.

"Wanita itu tidak bisa berbuat apapun selain menunggu kehadiran tuan muda di sana. Karena bagaimana pun, tuan adalah anak kandung tuan besar Abimanyu."

Jojo memutar matanya malas. Ia melempar pandangan ke arah luar jendela mobil. Menatap seorang wanita penjual susu jahe merah yang tengah melayani pembelinya sambil memijat pelipis dahinya yang terasa amat sakit.

"Hubungi, Ciko. Dan katakan padanya untuk segera kerumahku."

"Yes, sir."

Mobil Tesla biru metalik yang di kemudikan oleh Rei memasuki halaman rumah utama. Seorang pelayan, dengan cekatan langsung menghampiri dan membukakan pintu mobil. Jojo keluar dari dalam sana, berdiri sejenak untuk membetulkan kancing jas yang ia kenakan.

Sambil menatap sekeliling halaman rumah utama, Jojo bertanya kepada pelayan wanita berkulit kuning langsat itu.

"Ada siapa?"

Sambil menundukkan kepala pelayan itu berkata dengan suara pelan dan agak sedikit terbata-bata.

"Tiga pengacara pribadi tuan besar, Nyonya besar, tuan Fernando, dan Nona Johanna."

Baru saja akan berkata, tiba-tiba sebuah mobil fortuner berhenti tepat di halaman rumah utama. Fokus Jojo teralihkan. Dia tak memperdulikan lagi jawaban pelayannya tadi, dan lebih memilih untuk menghampiri mobil fortuner putih tersebut.

Seorang pemuda seumuran dengan Jojo keluar dari dalam mobil. Menggunakan jaket bomber sederhana, sambil menjijing tas ditangannya. Dia merenggut kala melihat Jojo. Langsung memukul lengan Jojo, kala Jojo berhenti di hadapannya.

"Bisa tidak kalau mau menyuruhku datang kemarin tidak mendadak kaya tahu bulat? Kau tak tau apa? Jika pekerjaan ku di firma hukum begitu banyak." Suara serak dan besar pemuda itu menggelegar di seluruh area halaman.

Jojo tak peduli dengan celotehannya. Dia malah langsung menarik jaket bomber yang dikenakan pemuda tersebut dan membisikkan sesuatu di telinga pemuda tadi.

"Hari ini mereka akan membacakannya. Aku mau kau mencari cara agar seluruh harta milik ayahku tak jatuh satu sen pun kepada wanita itu."

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status