Share

bab 2 tidur berdua

Pagi ini Aisyah sudah sibuk di dapur membuat makanan untuk suami barunya, dengan di bantu oleh pembantu Aisyah menyiapkan makanan.

Namun dia heran karena Kanti istri pertama tuan Salman tak keluar untuk menyiapkan makanan.

"Bi kemana mbak Kanti" tanya Aisyah pada pembantu di rumah itu.

"Non seperti biasanya Nona Kanti akan bangun siang" ucap Pembantu.

"Lalu yang melayani Tuan Salman" tanya Aisyah.

"Tak ada karena tuan tak pernah sarapan, bahkan selama pernikahan mereka tak pernah tidur bersama" ucap Pembantu yang bernama Bi Ani itu.

Tuan Salman keluar dari kamarnya, berjalan kearah meja makan duduk di kursi yang selalu dia duduki.

"Sedang apa kamu di dapur Ais" tanya tuan Salman keheranan karena Aisyah membawa makanan yang akan dihidangkan.

"Aku sedang memasak tuan" jawab Aisyah mengambilkan nasi ke piring suaminya itu.

"Mau makan pakai apa tuan" tanya Aisyah.

Tuan Salman tersentak kaget karena selama ini tidak ada yang melayaninya seperti ini.

"Ayam sama sayur aja" sahut tuan Salman tak percaya kalau Aisyah tak seperti Kanti.

Aisyah hanya mengangguk dan berdiri di samping suaminya, menunggunya hingga selesai makan.

"Ais kenapa tak makan" tanya tuan Salman yang melihat Aisyah hanya berdiri di sampingnya.

"Tidak tuan di rumah saya dulu perempuan tak boleh makan kalau suaminya belum selesai makan" sahut Aisyah.

"Mulai sekarang kamu duduk dan makan bersamaku jangan samakan rumah ini dengan rumahmu yang dulu" perintah tuan Salman.

Aisyah duduk dan mengambil nasi ke piringnya,

"Makanlah yang banyak anggap saja ini rumah kamu, jadi kamu bebas di rumah ini" ujar tuan Salman.

Aisyah mengangguk patuh.

Saat tuan Salman hendak masuk ke mobil, Kanti datang untuk meminta uang.

"Mas mana uang untukku" teriaknya dengan suara yang cempreng.

Tuan Salman hanya sabar tak banyak bicara, dia mengambil delapan lembar uang merah dari dompetnya, menyerahkannya kepada Kanti.

Tanpa berterima kasih Kanti langsung pergi dari hadapan tuan Salman, dan menyisakan Aisyah yang sedari tadi berdiri di belakang Kanti.

Tuan Salman mengambil delapan lembar uang merah yang sama dan memberikannya kepada Aisyah.

"Tidak tuan saya tidak meminta uang" ucap Aisyah sambil menolak tangan tuan Salman.

"Lantas kamu mau apa" tanya tuan Salman keheranan melihat sikap Aisyah.

"Salim" jawab Aisyah dengan malu.

Tuan Salman tak mengerti perkataan Aisyah, karena merasa tuan Salman tak kunjung menyodokan tangan.

Aisyah langsung meraih tangan tuan Salman dan menciumnya dengan takzim.

Tanpa di sangka tuan Salman mencium kening Aisyah,

Namun dengan kesadaran penuh tuan Salman langsung memalingkan wajah.

"Maaf Ais" gumam tuan Salman merasa malu.

Sesampainya di kantor tuan Salman terus membayangkan wajah Aisyah yang cantik.

Bahkan nama Aisyah pun terus teringat di benak tuan Salman.

'Sungguh Aisyah aku tak akan merasa menyesal sudah menikahimu' batin tuan Salman sambil sesekali tersenyum.

Waktu istirahat tiba, tuan Salman berjalan keluar tujuannya mencari makan diluar karena di kantornya tak memiliki kantin.

Namun langkahnya terhenti tatkala melihat seorang wanita yang membuatnya tak Fokus bekerja.

"Ais mau apa kamu kesini" tanya tuan Salman sambil melihat tangan Aisyah yang menenteng paper bag.

'Apa sikap Kanti menular ke Aisyah' batin tuan Salman.

"Ini tuan makanan buat anda" sahut Aisyah.

Tuan Salman tersentak kaget saat mendengarnya, karena ini pertama kalinya dia di bawakan makanan oleh istrinya.

"Kita makan di ruanganku saja" perintah tuan Salman sambil mempersilahkan Aisyah untuk masuk.

"Maaf Ais aku mengira kalau kau sama dengan Kanti yang setiap hari selalu belanja" ucap Tuan Salman merasa bersalah.

Aisyah menyiapkan makanan agar tuan Salman bisa langsung makan.

"Maaf tuan aku tak tau makanan kesukaan anda" ucap Aisyah lemah lembut.

"Apa kamu tau Ais, aku sangat bahagia menikah denganmu kamu beda dengan Kanti" sahut tuan Salman.

Aisyah hanya tersenyum,

"Tuan apa aku bisa pergi ke perpustakaan" tanya Aisyah dengan ragu ragu.

"Pergilah Ais tak perlu bertanya dulu padaku" jawab tuan Salman sambil melanjutkan makannya.

"Tapi tuan sekarangkan Ais sudah jadi istri tuan jadi kalau mau apa apa Ais harus bertanya dulu bagaimana baiknya" jelas Aisyah.

"Ya" ucap Tuan Salman.

Setelah selesai makan, Aisyah langsung sigap membersihkan kotak nasi bekas tuan Salman.

"Tuan saya akan pulang tapi akan mampir dulu ke perpustakaan" tanya Aisyah sambil meraih tangan Tuan Salman dan menciumnya.

"Aku pamit Asalamualikum tuan" sahut Aisyah sambil berjalan meninggalkan ruangan tuan Salman.

"Waalaikumsalam" jawab tuan Salman saat Aisyah sudah keluar dari ruangannya.

Tuan Salman merasa kalau dirinya sangat beruntung sekali memiliki istri seperti Aisyah yang bisa mengerti keadaannya dan kondisinya.

Beda dengan Kanti yang tak pernah mengurusnya bahkan untuk menyiapkan makan pun tak pernah Kanti lakukan.

***

Di dalam perpustakaan terdapat Aisyah yang sedang memilih buku Novel untuk dibacanya, itulah Hoby Aisyah membaca dan menulis cerita.

Sehingga Aisyah tak pernah meminta uang untuk jajan kepada Abinya dulu, karena Aisyah diam diam menghasilkan uang dari hasil menulis Novelnya.

Aisyah mencari buku Novel yang di keluarkan di tahun ini, supaya Aisyah lebih tau dan paham tentang Novel.

"Aisyah" ucap seorang lelaki yang pernah singgah di hati Aisyah.

Aisyah menoleh kearah suara itu.

"Rizwan" gumam Aisyah.

"Ay kamu sedang apa disini" tanya Rizwan mantan kekasih Aisyah dulu.

Aisyah mengambil Novel dari rak yang besar.

"Bukan urusanmu" jawab Aisyah ketus, karena dia tau kalau diladenin malah akan menambah luka saja.

"Oh ya aku lupa kalau kamu sudah menikah" ledeknya kepada Aisyah.

Aisyah masih terlihat sabar mendengar mantannya mengoceh tentang dirinya.

"Kembalilah padaku Ay, aku janji tak akan menduakanmu lagi" ucap Rizwan sedikit memohon kepada Aisyah.

"Kamu kira pernikahan itu main main Ris, tidak aku tidak akan meninggalkan suamiku hanya karna lelaki seperti kamu" bantah Aisyah.

Aisyah berjalan melewati Rizwan yang masih berdiri mematung.

"Aku tau kamu hanya seorang selir Ay" ucap Rizwan sedikit berteriak, sehingga banyak mata yang menatap mereka.

"Kembalilah padaku Ay, jika bersamaku kamu tak akan pernah di sebut selir Ay" sahut Rizwan menggenggam tangan Aisyah.

Dengan cepat Aisyah menepis tangan Rizwan untuk tak menyentuhnya.

"Terserah kamu Ris karena aku tak tertarik dengan penawaran kamu itu" ucap Aisyah.

"Jika terus seperti ini kamu itu perusak rumah tangga orang lain Ay" ujar Rizwan lagi.

Tanpa memperdulikan lagi Aisyah gegas pergi dari sana, masuk mobil dan langsung pulang ke rumah baru suaminya.

'Apa aku sama saja seperti seorang pelakor' batin Aisyah.

Air mata Aisyah tak bisa di bendung lagi, ia menanggis sesegukan di dalam mobil.

Supir yang melihatnya pun tak bisa apa apa. Hanya melihat dari arah kaca spion saja.

"Pulang pak" perintah Aisyah pada Pak supir

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Aisyah sesekali menghapus air matanya yang masih keluar.

Kasihan Aisyah menjadi wanita yang di pandang sebelah mata oleh kebanyakan warga dan tetangganya.

***

Malam ini mata Tuan Salman tak bisa terpejam, entah karena kamar ini terlalu panas baginya.

Dia berjalan ke luar kamarnya Niatnya hanya untuk menghirup udara segar malam hari.

Namun langkahnya terhenti tat kala melihat Aisyah sedang duduk di sofa sambil meminum segelas Air putih.

"Ais kamu belum tidur" tanya Tuan Salman sambil mendekatinya.

Tuan Salman menjatuhkan bobotnya ke sofa sebelah Aisyah.

"Belum tuan saya tidak bisa tidur" jawabnya sambil menyeruput air minum yang masih di tangannya.

"Tuan kenapa belum tidur apa Tuan mau minum" tanya Aisyah yang menyadari suaminya belum tidur juga.

"Tidak Ais aku juga tak bisa tidur" jawab tuan Salman.

Setelahnya mereka tak saling bicara hanya keheningan yang menemani keduanya.

Kanti yang menyadari kalau suaminya menemui Aisyah malam malam, tak terlalu menghiraukannya karena jujur Kanti tak suka dengan tuan Salman, dia hanya butuh uangnya saja. Sehingga dia bersikap acuh dan cuek kepada tuan Salman.

Aisyah berdiri dari duduknya.

"Maaf tuan saya pamit tidur duluan" sahut Aisyah yang masih berdiri menunggu persetujuan dari suaminya.

"Tunggu Ais, apa aku bisa tidur di kamarmu malam ini" tanya tuan Salman ragu takut di tolak Aisyah.

"Tentu tuan itu juga kamar anda" jawab Aisyah mempersilahkan suaminya.

Tuan Salman berjalan duluan kearah kamar di susul oleh Aisyah dengan rasa cemas dan binggung di dalam hati Aisyah, dia takut tuan Salman bermacam macam padanya tapi di sisi lain Aisyah juga harus pasrah karena tuan Salman adalah suaminya.

"Ais tidurlah di kasur biar saya tidur di Sofa" ucap tuan Salman yang menyadarkan Aisyah dari lamunannya.

"T-tidak tuan kenapa harus di sofa kasur ini juga cukup untuk kita berdua" ucap Aisyah terbata bata.

Tuan Salman mencari selimut di lemari mengambilnya dan menaruhnya di atas Sofa.

"Tenanglah Ais aku tak akan menyentuhmu kalau kamu belum siap, aku ngerti Ais pasti sulit menerima lelaki yang sudah beristri untuk jadi pendamping hidupmu" ujar tuan Salman mengingatkan Aisyah.

Aisyah menjatuhkan bobotnya di bibir ranjang.

"Apa kamu percaya Ais, 3 tahun menikah dengan Kanti aku tak pernah mendapat nafkah Bathin darinya, bahkan dia pun tak pernah mendapatkannya dariku" ucap tuan Salman seperti penyesalan untuknya.

Aisyah masih duduk di tepi ranjang.

"Tuan apa anda tak mau tidur dengan saya" ucap Aisyah ragu.

Tuan Salman menatap Aisyah dengan mata yang tak bisa di artikan.

"Apa kau bertanya atau menggodaku Ais" tanya tuan Salman.

"Tidak tuan maksud saya, tidurlah bersama saya di kasur kalau tidur di Sofa nanti badan anda sakit" ucap Aisyah gelagapan karena di salah artikan oleh tuan Salman.

Tuan Salman bangkit dan berjalan ke arah ranjang.

"Ais kamu pikir saya sudah tua, sehingga harus tidur disini" ucapnya ketus.

"Tidak tuan, maaf" ucap Aisyah menyesal karena mengatakan itu.

"Tidurlah Ais, apa kau akan bergadang seperti kelelawar" ucap tuan Salman ketus.

"Iya tuan" Aisyah membaringkan tubuhnya di samping Tuan Salman.

"Tuan apa Ac nya terlalu dingin biar saya hangatkan sedikit" ucap Aisyah yang melihat tuan Salman seperti kedinginan.

"Iya Ais terserah kamu saja" ucap Tuan Salman sambil memunggungi Aisyah.

Tuan Salman sudah berjanji untuk tak menyentuh Aisyah, dari janji nya itu dia tak berani menyentuh Aisyah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status