Share

bab 5 sakit

Aisyah sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk suaminya.

Pagi ini Aisyah merasa tak enak badan, sejak subuh tadi badannya hangat dan merasa sedikit pusing.

Aisyah duduk di kursi meja makan, memijit keningnya yang semakin terasa pusing.

Aisyah mengambil air minum meminumnya hingga tandas.

Aisyah menidurkan kepala di meja makan karena pusing.

"Ais kamu kenapa" tuan Salman khawatir karena melihat Aisyah menidurkan kepalanya di atas meja.

"Tuan" suara Aisyah parau memanggil tuan Salman.

"Kamu kenapa Ais" khawatir tuan Salman.

"Tuan kepala saya pusing" ucap Aisyah.

Tuan Salman menyentuh kening Aisyah dan benar saja kening nya panas karena Aisyah demam.

Tuan Salman langsung memangku Aisyah untuk membawa nya ke kamar nya.

Tuan Salman membaringkannya Aisyah di ranjang kamarnya.

Tuan Salman terlihat khawatir pada kondisi Aisyah sekarang.

"Bibbiiii" teriak Tuan Salman pada pembantu pribadinya.

Dengan sigap pembantu tuan Salman langsung berada di ambang pintu.

"Ada apa tuan" tanya pembantu itu sambil ngos ngosan mungkin karena dia berlari saat tuan nya itu memanggil.

"Ambilkan obat demam untuk Aisyah" perintah tuan Salman yang terlihat cemas melihat keadaan Aisyah.

Pembantu itu langsung pergi mencari obat.

"Kenapa mas kok teriak teriak" tanya Kanti yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Aisyah, dia kesal karena suami nya itu berteriak.

Tuan Salman tak menanggapi pertanyaan Kanti.

Tuan Salman mengusap usap tangan Aisyah, badan nya dingin tapi kening nya sangat panas.

"Sabar ya Aisyah" gumam tuan Salman.

Pembantu datang dengan membawa obat dan segelas air untuk Aisyah.

"Ini tuan" ucapnya.

Tuan Salman berdiri dan langsung mendudukan tubuh Aisyah dan memberikan obat serta air minum pada Aisyah.

"Sudah merasa baikan Ais" tuan Salman masih khawatir.

"Tuan kepala saya masih sangat pusing tapi nanti juga saya akan sembuh" keluh Aisyah.

Dengan sigap tuan Salman merangkul tubuh Aisyah dan membawanya kedalam pelukan hangatnya.

Saat tuan Salman melepas pelukannya Aisyah langsung terhuyung ke bantal.

"Aisyah" teriak tuan Salman.

Aisyah terbaring lemah dia pingsan dan tak sadarkan diri.

Dengan bergegas tuan Salman menggendong tubuh ramping Aisyah membawanya ke rumah sakit karena takut terjadi hal yang tak diinginkan.

"Bawa mobilnya lebih cepat lagi pak" perintah tuan Salman pada supir karena perjalanan cukup jauh.

Sepanjang perjalanan tuan Salman terus melihat kondisi Aisyah yang masih berada di pangkuannya.

Wajah Aisyah pucat, dan itu membuat tuan Salman semakin tak tenang saja.

Takut terjadi sesuatu pada istrinya itu, apa lagi baru juga mereka menikah tapi Aisyah sudah demam di rumah nya.

****

Aisyah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit,

Matanya perlahan terbuka, dia melihat ke sekitar, hanya dinding putih dan bau obat obatan yang pertama kali Aisyah lihat dan cium.

"Ais" sahut tuan Salman yang sedang duduk di kursi samping Aisyah karena dia sangat khawatir padanya.

"Kepalanya masih sakit Ais" tanya tuan Salman memastikan.

Aisyah hanya mengangguk lemah.

"Aku panggil dulu dokter" ujar tuan Salman pergi keluar meninggalkan Aisyah sendirian di sana.

Kanti datang dia ke sana sendiri karena ingin melihat Aisyah yang tadi pingsan dia langsung masuk ke dalam ruangan Aisyah tanpa sepengetahuan Tuan Salman.

"Kamu ini cuman pusing doang harus ke rumah sakit" ledek kanti.

Aisyah tak terlalu menanggapinya,

Aisyah hanya tersenyum lemah mendengar perkataan Kanti.

"Kamu itu kalau sakit siang hari jangan pagi begini, jadi mas Salman gak kerja kan dan kamu tau kalau mas Salman tak Kerja dia gak akan punya uang" sinis Kanti.

Kanti melipat tangan nya di dadanya sombong.

"Makannya jangan nyusahin orang lain" sahut Kanti lagi.

Kanti keluar dari ruangan,

Dia pergi ke parkiran dan akan bertemu dengan seseorang yang spesial baginya.

"Ridho" gumamnya.

Kanti bertemu dengan Ridho, rencananya mereka akan menghabiskan waktu bersama karena kemarin selalu gagal.

"Siap" tanya Ridho sambil mengedipkan mata genit

"Yu" jawab Kanti.

Mereka sudah membooking hotel untuk mereka bersenang senang.

"Apa kamu sudah melaksanakan rencana kita" tanya Ridho.

"Sudah" sahut Kanti.

Mereka sampai di hotel yang mereka tuju.

"Kamu sudah siap Sayang" tanya Ridho.

"Siap dong" jawab Kanti.

"Malam ini kita akan senang senang di hotel ini" sahut Ridho dengan nakal.

*****

Disisi lain Aisyah sedang di periksa oleh dokter, Aisyah meminum obat yang di sarankan oleh dokter.

"Apa penyakit Aisyah serius dokter" tanya tuan Salman.

"Tidak Aisyah hanya lelah dan telat makan mungkin juga dia dehidrasi karena kurang cairan" sahut dokter itu.

"Oh" ucap tuan Salman.

Dokter itu menuliskan lagi resep obat untuk Aisyah.

"Ini resep obatnya tuan" ucap dokter itu sambil menyodorkan secarik kertas pada tuan Salman.

"Anda terlalu khawatir pada istri Anda tuan" ujar dokter itu membuat tuan Salman salah tingkah.

Tuan Salman duduk di samping Aisyah yang sedang berbaring.

"Pukul berapa sekarang tuan" tanya Aisyah.

Tuan Salman melihat arlojinya.

"Pukul sembilan tepat" balasnya.

"Apa tuan tidak bekerja" tanya Aisyah lagi, Aisyah masih memikirkan perkataan Kanti yang menyinggungnya.

"Apa aku akan meninggalkanmu sendirian disini" gumam tuan Salman yang masih bisa di dengar oleh Aisyah.

"Memang kalau aku bekerja kamu mau apa" tanya tuan Salman.

Aisyah menggeleng dengan cepat.

"Tidak tuan saya cuman bertanya" ujar Aisyah.

Tuan Salman tersenyum tipis.

"Sekarang kita akan pulang, biar kamu di rawat oleh pembantu di rumah" perintah tuan Salman.

Aisyah bangkit dari duduknya dengan susah payah, tuan Salman yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis karena Aisyah berusaha untuk bangun sendiri padahal dia sangat kesusahan.

"Biar aku bantu kalau ada aku bilang saja" tawaran tuan Salman.

Tuan Salman langsung menggendong tubuh Aisyah.

Aisyah meronta ronta saat berada di gendongan tuan Salman.

"Turunkan tuan malu dilihat orang" tegur Aisyah.

Tuan Salman tak menghiraukannya, dia malah semakin erat memeluk tubuh ramping Aisyah.

Mereka menjadi tontonan orang orang yang ada di rumah sakit,

Tapi tuan Salman tetap acuh dan tak peduli.

"Tuan orang orang melihat kita" bisik Aisyah tepat di telinga tuan Salman.

"Sudahlah Ais kamu sedang sakit" bisik tuan Salman.

"Aku malu" ucap Aisyah.

"Aku suami mu kan" ucap Tuan Salman menatap Aisyah.

Akhirnya mereka sampai di parkiran, tuan Salman menurunkan Aisyah di kursi mobil.

******

Mobil sudah sampai di halaman rumah mewah nan megah itu, di halamannya ada tulisan dengan ukiran emas "Salman alfarizki house" itulah rumah tuan Salman.

"Apa mau aku gendong lagi" tanya tuan Salman sambil menggoda Aisyah.

"Tidak usah tuan saya bisa sendiri" ucap Aisyah dengan senyum kecut.

Aisyah berjalan tertatih tatih masuk ke dalam rumah, dia langsung menuju ke arah kamar nya dab berbaring di atas ranjangnya.

Tuan Salman mengikuti Aisyah masuk ke dalam kamar,

"apa tuan akan bekerja" tanya Aisyah.

"Tidak" jawabnya dingin.

Aisyah hanya diam takut suaminya marah kalau terus menerus bertanya.

"Hari ini aku akan diam di rumah menjaga dan mengurusmu Ais, bekerja membuat aku marah" jelas tuan Salman.

"Benarkah" ada binar bahagia di wajah Aisyah, mungkin dengan begini hubungan mereka akan semakin dekat.

"apa kau mau mandi Ais" tanya tuan Salman.

"Nanti saja tuan tangan saya masih sakit karena inpusan tadi" ucap Aisyah sambil menunjuk kan tangan nya yang ada perban bekas impus.

"Biar aku yang akan memandikanmu" ucap Tuan Salman yang santai saja.

Aisyah langsung kaget mendengar ucapan tuan Salman yang akan memandikannya.

Jantungnya berdetak kencang takut tuan Salman melakukan hal yang tak diinginkan.

Sebenarnya Aisyah berkewajiban melayani tuan Salman tapi jujur saja dia belum siap untuk memberikan mahkota berharga nya untuk tuan Salman apalagi tuan Salman juga punya istri tua jadi dia tak berani melakukan apa apa pada tuan Salman.

"Tidak tuan saya bisa sendiri" ucapnya sambil tersenyum seraya menolak halus permintaan suaminya.

"Jangan bohong Ais, aku tak akan menyentuhmu sedikit pun kalau kau tak mengijinkannya" ucapnya ketus.

Meski pun tuan Salman berkata begitu tapi tetap saja Aisyah merasa takut padanya.

Tanpa menunggu aba aba lagi tuan Salman langsung menggendong tubuh Aisyah menuju kamar mandi.

"Jangan tuan" Aisyah memohon pada tuan Salman.

"Duduklah di kursi ini biar aku siapkan air hangat untuk mu" tuan Salman menyalakan air hangat dan menaruhnya pada ember yang cukup besar.

Saat tuan Salman selesai menyiapkan air hangat, dia langsung membuka jas dan celananya hingga menyisakan kaos polos dan celana pendek.

Aisyah meringis dia tak siap untuk mempertontonkan tubuh polos nya pada Tuan Salman.

Tangan tuan Salman hendak membuka gamis Aisyah.

"Tuan mau apa" tanya Aisyah dengan terbata bata, takut tuan Salman melakukan hal yang tak diinginkan.

"Mau memandikanmu" jawabnya enteng,

Aisyah semakin tak karuan antara takut dan malu, jika dia bisa berlari mungkin dia sudah lari keluar kamar mandi, namun sayang tubuhnya masih lemas karena pengaruh obat obatan.

"Apa kau akan mandi memakai baju Ais" ucap tuan Salman.

Aisyah hanya terdiam takut, tuan Salman yang menyadari Aisyah yang dari tadi diam saja dia langsung keluar untuk mengambil samping sarung untuk menutupi tubuh Aisyah.

"Pakailah ini Ais untuk menutupi tubuhmu" ucap tuan Salman sambil menyodorkan sarung untuk dipakai Aisyah.

"Tapi tuan saya malu" Aisyah memberanikan diri untuk bicara.

Tuan Salman langsung membelakangi Aisyah.

"Cepatlah" perintah tuan Salman.

Aisyah bergegas membuka baju yang dari tadi membalut tubuhnya dan menggantinya dengan sarung, tapi sarung itu hanya menutupi dada sampai lutut Aisyah.

Aisyah memakai lagi Khimar yang tadi dia buka.

"Sudah tuan" sahut Aisyah.

Tuan Salman menoleh ke belakang.

"Apa kau akan mandi dengan memakai Khimar Ais" ledek tuan Salman.

Tuan Salman langsung mendekat ke arah Aisyah membukakan Khimar yang menutupi kepalanya.

"Tenanglah Aisyah aku tak akan menyakitimu" ucap Tuan Salman.

Namun tuan Salman tak bisa berhenti melihat Aisyah yang sekarang tanpa hijab, rambut Aisyah yang di ikat sehingga memperlihatkan leher dan bahu yang putih bersih itu.

Tuan Salman menelan ludah nya dia tak bisa berhenti mengagumi keindahan itu, tapi pikiran nya masih sadar dia langsung menggeleng kan kepala nya.

"Tidak Salman jangan apa apa kan dia" batin Tuan Salman.

Tuan Salman dengan ragu mengusap tangan Aisyah, dengan lembut tuan Salman mengusap nya.

Sedangkan Aisyah hanya memejamkan mata nya karena tak tau harus apa lagi, dia benar benar malu pada tuan Salman.

******

"Terima kasih sayang sudah memberikanku kebahagiaan" ucap Ridho pada Kanti sambil menciumi pipi mulusnya.

"Sudahlah sayang " Kanti gegas meraih tas dan mengambil uang dari dalam tasnya.

"Ini uang 2 juta cukup" ucap Kanti memberikan uang itu pada Ridho.

"Cukup dong sayang" ucapnya kegirangan.

"Malam ini aku akan pulang, aku takut mas Salman mencariku ingat sebelum misi kita berhasil kita tak boleh bertemu dulu" Kanti pergi dari hadapan Ridho.

"Ya sayang kamu tenang saja" ucap Ridho.

Kanti mencari taksi di pinggir jalan, dia pulang hampir larut malam.

"Semoga saja mas Salman tak menyadari kalau aku tak ada di rumah" gumamnya.

Mobil berhenti lebih jauh dari rumahnya.

"Ini uangnya pak" setelah membayar ongkos Kanti langsung turun dan berjalan ke arah rumahnya.

Cukup jauh, tapi Kanti harus rela berjalan jauh hanya karna tak mau ketahuan orang di rumah apa lagi pembantu pasti akan bicara pada tuan Salman.

Kanti masuk lewat pintu belakang.

Dia mengendap endap masuk dan langsung menuju kamarnya.

"Untung saja tak ada yang melihat" gumamnya.

Kanti mandi dan mengganti pakaiannya memakai linge rie yang cukup transparan.

Dia keluar kamar, tujuan utamanya adalah kamar tuan Salman.

Saat Kanti membuka pintu kamar tuan Salman secara perlahan, ternyata tuan Salman tak Ada di kamarnya.

"Pasti ada di kamar Aisyah" batinnya sambil mengepalkan tangannya kesal karena tuan Salman perhatian pada Aisyah.

Kanti kembali ke kamarnya dengan rasa kecewa dan marah, dia ingin sekali memarahi Aisyah yang sudah berani mengambil alih tuan Salman darinya.

"Selalu saja Aisyah yang dia pikirkan memangnya hanya Aisyah saja istrinya, awas ya Aisyah aku akan buat perhitungan" gumamnya marah.

******

Tepat pukul 11 malam

Aisyah dan tuan Salman belum juga bisa tidur, mereka berbaring di atas ranjang yang sama.

Menatap langit langit kamar yang berdominan putih itu.

"Apa tuan sudah tidur" tanya Aisyah karena melihat tuan Salman tak kunjung memejamkan matanya.

"Belum" jawabnya singkat.

"Kalau kamu gimana Ais" tanya tuan Salman.

"Belum tuan saya merasa malam ini terasa waktu begitu lama" ungkap Aisyah.

Dia menarik selimut yang hanya menyelimutinya sepaha hingga sedada.

"Memangnya malam kemarin gimana" tanya tuan Salman.

Tuan Salman menatap dalam dalam raut wajah Aisyah.

"Sudah tuan tidurlah besok anda kerjakan" sahut Aisyah.

Aisyah langsung memejamkan matanya, tetapi tetap saja katuknya belum juga datang.

Aisyah bangun dan berjalan keluar.

"Mau kemana Ais" tanya tuan Salman menahan langkah Aisyah.

"Saya mau ambil susu tuan, apa tuan mau jika tuan mau biar sekalian saya ambilkan" cecar Aisyah.

"Ambilkan aku teh hijau saja Ais" balasnya.

"Ya" ucap Aisyah.

"Kaki kamu sudah baikan" tanya tuan Salman.

"Lumayan lah" ucap Aisyah melihat kakinya yang sekarang sudah bisa di gerakan secara leluasa hanya saja Aisyah masih lemas.

"Hati hati kalau tak kuat naik tangga panggil saja aku" ucap tuan Salman.

"Ya tuan" ucap Aisyah.

Aisyah berjalan keluar untuk mengambil yang suaminya inginkan.

Aisyah menuruni anak tangga dengan perlahan karena badannya masih terasa lemas.

Saat sampai di dapur Aisyah langsung menyeduh susu dan membuatkan teh hijau untuk suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status