Share

bab 7 cemburu

"Jaga diri baik baik nak, kamu pasti merasa kecewa karena permintaa ibu" ucap ibu Ayu mengusap kepala Aisyah yang dibalut dengan hijab.

"Tidak buu jangan begitu, Aisyah ngerti kok gimana perasaan ibu" ucap Aisyah.

"Kalau begitu ibu pulang dulu ya, dan ingat lusa kamu dan Salman harus datang ke rumah, Iqbal akan pulang dari luar negri" ucap ibu Ayu berpamitan dengan putra dan menantunya.

"Ya Bu" ucap Aisyah dan Tuan Salman.

Aisyah mengangguk mengiyakan permintaan ibu mertuanya.

***

Kanti sedang berada di cafe tempat paforitnya.

"Kira kira ibu sudah bicara belum ya" gumamnya sambil menyeruput minuman yang di pesannya.

"Hey Kanti ya" ucap seorang Wanita cantik menyapa Kanti.

"Hay dinar ya yang satu kampus dulu kan"Sahut Kanti pada wanita berambut panjang itu.

"Ya loe masih ingat ternyata, sendirian aja suami loe dimana Kanti" tanya Dinar yang langsung duduk di kursi samping Kanti.

"Suami gue lagi sibuk Din" jawabnya.

"Lama kita gak ketemu kan, gimana kabar loe sekarang" tanya Dinar.

"Kabar gue baik Din, gimana kabar lo dan suami lo" tanya Kanti.

"Cukup baik" jawab Dinar.

Dinar meraih ponsel yang ada di dalam tasnya mengutak atik seperti mengirim pesan pada seseorang.

"Hidup lu pasti indah kan soalnya kan loe nikah sama tuan muda" ucap Dinar namun matanya fokus pada layar ponselnya.

"indah gimana Din ngarang aja lu, hidup gue tuh lagi gak baik baik sekarang" ucap Kanti sambil menyeruput minumannya.

"Emangnya kenapa, cerita dong" tanya Dinar yang langsung menyimpan ponselnya di atas meja.

"Jadi mas Salman itu nikah lagi Din dan yang parahnya lagi dia gak mau ngakuin kalau anak yang gue kandung itu anak dia" ucap Kanti menjelek jelekan suaminya.

"Serius loe" tanya Dinar terkejut mendengar cerita hidup temannya itu.

"Terserah kalau loe gak percaya" ucap Kanti.

"Yang sabar ya Kan, gue ikut sedih " sahutnya.

"Udah malam gue pulang duluan ya Din, takut mas Salman marah kalau gue pulang sampai larut malam" sahut Kanti sambil meraih tasnya dan pergi meninggalkan Dinar seorang diri.

"Kapan kapan mampir ke rumah gue ya Kan" sahut Dinar sedikit berteriak karena Kanti sudah cukup jauh dari tempatnya duduk.

Kanti berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat, karena sudah hampir malam Kanti tak mungkin menghubungi supir pribadinya.

Karena Kanti juga takut jika tuan Salman tau kalau Kanti suka keluyuran malam hari.

"Berhenti pak" teriak Kanti saat ada taksi lewat depan matanya.

"Antar saya pulang pak" ucapnya saat sudah masuk ke dalam mobil.

Mobil melaju cukup kencang karena keadaan jalan tak terlalu ramai pengendara.

"Berhenti di gerbang sana" tunjuk Kanti pada rumah yang paling mewah di antara rumah rumah yang lain.

Kanti turun dan tak lupa memberikan beberapa lembar uang untuk supir taksi itu.

Kanti berjalan masuk ke arah gerbang, terlihat ada dua satpam sedang menjaga di sana.

"Sutt suttt" panggil Kanti pada kedua satpam itu.

Kedua satpam itu mendekat pada Kanti.

"Cepat buka gerbangnya" perintah Kanti dengan berbisik.

Kanti masuk kedalam rumah, mengendap endap seperti maling, Kanti berpikir kalau tuan Salman sudah tidur.

Perkiraan nya salah sekarang tuan Salman akan menuju dapur karena akan makan.

"Kamu dari mana Kanti" tanya tuan Salman yang sedang berdiri di dekat tangga.

Kanti terkejut bukan main, sekarang dia ketahuan suka keluyuran malam hari.

"M-mas" ucap Kanti terbata bata.

"Dari mana hah" tanya tuan Salman lagi.

Nada bicaranya seperti menahan marah.

Kanti hanya menunduk dan tak bisa menjawab apa apa.

"Ohh jadi ini pekerjaan kamu tiap malam keluyuran tak jelas" rahang tuan Salman mengeras seperti ingin menelan Kanti hidup hidup.

"Aku cuman cari angin segar mas".

"cari angin semalam ini, apa anginnya tak bisa masuk ke rumah ini sampai sampai kamu harus pergi keluar untuk mencari Angin" sahut tuan Salman nada bicaranya seperti tak sedang main main.

"Maaf mas" ucap Kanti menunduk.

"maaf sudah bosan aku memaafkanmu Kanti, dari dulu pun kau selalu berbuat salah dan selalu minta maaf tapi terus di ulangi lagi sampai kapan kamu akan seperti ini Kanti, ingat sekarang kau akan menjadi seorang ibu dari anak kita rubahlah sikap kamu Kanti" nasihat tuan Salman panjang lebar pada Kanti.

"Anak kita" tanya Kanti yang merasa senang mendengar kalau Tuan Salman mengakui anaknya.

"Apa mas sudah menerima anak ini" tanya Kanti sambil mengelus perutnya yang masih rata.

"Terpaksa Kanti karena ibu yang minta" jawabnya ketus.

Kanti hanya diam saja saat mendengar hal itu.

"Tidurlah kamu harus istirahat" perintahnya.

"Baik mas" sahut Kanti langsung masuk ke dalam kamarnya.

'Syukurlah mas Salman sudah mau menerima anak ini' gumam Kanti sambil tersenyum.

Tuan Salman masih memperhatikan kepergian Kanti walau pun pintu kamarnya sudah di tutup.

Saat tuan Salman berbalik dan hendak pergi ke kamarnya rasanya rasa laparnya itu sudah hilang.

Dia di kejutkan dengan keberadaan Aisyah yang berdiri mematung tak jauh dari tempatnya berdiri.

Tuan Salman melihat air mata Aisyah jatuh ke pipi mulusnya.

"Aisyah" gumam tuan Salman.

Aisyah langsung berlari ke arah kamarnya.

"Aisyah tunggu" ucap tuan Salman yang mengikuti Aisyah dari belakang.

Aisyah membanting pintu cukup keras.

Dia menangis di atas ranjang dan menyembunyikan wajahnya pada bantal yang empuk.

"Ais buka pintunya" teriak tuan Salman dari luar pintu kamar Aisyah.

Aisyah tak menjawab pangilan suaminya dia hanya terus menangis.

Lama tuan Salman menggedor gedor pintu Aisyah, akhirnya tuan Salman kehabisan kesabaran juga.

Dia menendang pintu itu dengan keras hingga membuat kunci pintu itu jebol.

Brakk

"Ais kamu kenapa" tanya tuan Salman yang menyadari kalau istrinya sedang menangis.

Tuan Salman mendekati Aisyah, dia membelai kepala Aisyah yang di tutupi oleh hijab.

"Pergilah tuan aku mau sendiri dulu" ucap Aisyah mengusir halus suaminya itu.

"Kamu kenapa Ais" tanya tuan Salman lagi.

"Tidak tuan anda tidak akan mengerti" ucap Aisyah sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.

"Jangan membuatku bingung Ais Ceritalah" ucap tuan Salman.

"pergilah tuan bukankan anda tidak menyukai saya" ucap Aisyah.

"Kata siapa aku tak suka padamu Ais".

"buktinya sampai sekarang tuan tak pernah menyentuhku" ucap Aisyah yang membuat tuan Salman tersenyum tipis.

"Memangnya apa kau mengijinkan aku untuk menyentuh mu Ais" goda tuan Salman.

"Sudahlah tuan saya mau sendiri, anda silahkan pergi dari sini" ucap Aisyah.

"baiklah aku pergi Ais" ucap tuan Salman sambil mendaratkan satu kecupan di kening Aisyah.

Aisyah terlihat malu karena perlakuan tuan Salman padanya.

Bahkan tangisannya pun reda setelah tuan Salman pergi.

Bukannya cemburu namun Aisyah hanya merasa sedikit baperan kalau menyangkut tentang rumah tangganya.

Apa lagi dia malu saat ibu mertuanya bertanya tentang nafkah lahir bathin dari suaminya.

******

Pagi ini Aisyah duduk di kursi meja makan sendirian, dia hanya melihat semua pembantu yang sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

"Non mau masak apa sekarang" tanya salah satu juru masaknya.

"Masak sayur saja bi, lagian kan Mbak Kanti sedang hamil jadi dia harus banyak makan Sayur" jawab Aisyah.

Aisyah mengambil gelas menuangkan air dari teko ke dalamnya.

'Kamu gak boleh cemburu sama mbak Kanti, Ais, mbak Kanti juga kan istrinya tuan Salman' batin Aisyah berkecambuk mengingat pengakuan tuan Salman yang tak pernah menyentuh Kanti.

Tapi disisi lain tuan Salman mengakui kalau anak itu anaknya juga.

Aisyah binggung harus percaya yang mana.

"Ya alloh maafkan hamba karena sudah berprasangka buruk pada suami hamba" batin Aisyah.

Tuan Salman turun dari tangga lantai dua.

Dia menenteng tas berisi laptop dan berkas berkas penting untuk di kantor.

Tuan Salman menuju ke arah meja makan, hanya satu hal yang dia pikirkan yaitu Aisyah.

Jika dia langsung pergi ke kantor tanpa makan dahulu pasti Aisyah akan merasa tak pernah di anggap oleh suaminya, makannya sebelum ke kantor dia sempatkan untuk makan walau sebenarnya perutnya tak terasa lapar.

Tuan Salman duduk tepat di samping Aisyah.

"Kamu kenapa Ais" tanyanya yang melihat Aisyah melamun.

"Tidak tuan, apa tuan mau makan, biar aku siapkan" dengan sigap Aisyah menyiapkan makanan untuk suaminya itu.

"Terima kasih Ais, duduk dan makanlah denganku" titah tuan Salman.

Aisyah duduk dan makan.

"Kamu sudah salah sangka padaku Ais" sahut tuan Salman saat mulutnya masih di penuhi dengan nasi.

"Iya tuan Saya minta maaf, seharusnya saya tidak seperti ini, saya sangat menyesal tuan maafkan saya" ucap Aisyah sambil menempelkan kedua telapak tangannya memohon.

"Saya menyesal tuan, seharusnya saya tidak marah seharusnya saya sadar diri kalau tuan bukan hanya suami saya tapi tuan juga suami mbak Kanti dan tuan berhak untuk melakukan apa pun dengan mbak Kanti" ucap Aisyah lagi.

"Aisyah diam" ucap tuan Salman sedikit meninggikan suara tepat di wajah Aisyah.

Mata tuan Salman menggambarkan dia marah pada Aisyah.

Aisyah yang menyadari itu langsung menunduk dan menyembunyikan tangannya kebelakang.

"Diam Aisyah jangan katakan apa pun lagi tentang Kanti aku sudah muak dengan drama ini, aku tak pernah menyentuh Kanti Ais, aku kira kamu beda dengan Kanti ternyata semua wanita sama saja, selalu membuat pertengkaran dan membesar besarkan masalah" ucap tuan Salman yang sudah mulai tenang tak seperti tadi lagi.

Aisyah menahan air matanya yang hampir jatuh jujur saja hati Aisyah sangat rapuh jika di bentak apalagi di bentak oleh suaminya sendiri.

Namun sekuat kuatnya Aisyah menahan Air mata tetap saja butiran bening itu lolos dari mata cantik Aisyah.

Tuan Salman yang menyadari bahwa istrinya menangis langsung luluh seketika.

Dan merasa menyesal karena sudah membentak istrinya.

"Maaf Ais" lirih tuan Salman merangkul tubuh Aisyah.

Tapi tak ada jawaban dari Aisyah, Aisyah hanya menunduk dan terus menangis.

Tuan Salman membawa Aisyah dalam pelukannya.

"Maaf Ais aku salah karena sudah meninggikan suara pada mu tadi maaf" ucapnya lirih.

Tuan Salman mengeratkan pelukannya karena merasa menyesal karena sudah membentak wanita yang dia sayangi.

"Maaf tuan Saya Sudah keterlaluan" ucap Aisyah.

"Maafkan saya juga Ais sudah membentakmu" ucap tuan Salman menyesal.

Padahal dia sudah berjanji bahwa tak akan pernah membentak wanita, karena dia tau kalau hati seorang wanita itu lemah jika di bentak.

Bahkan ibunya pun dulu sering menangis saat Ayahnya membentaknya karena masalah sepele.

Makannya dia berjanji untuk tidak pernah membentak seorang wanita karena kesalahannya namun janjinya itu sudah dia langgar karena sudah membentak istrinya hanya karna kesalahan sepele istrinya.

Tapi tuan Salman sangat malas jika ada yang mengungkit ungkit masalahnya dengan Kanti.

Tuan Salman melepas pelukannya mengangkat dagu Aisyah dengan pelan karena Aisyah masih menunduk tak berani melihatnya.

"apa kamu mau memaafkan suamimu yang bodoh ini Ais" tanya tuan Salman pada Aisyah yang di balas anggukan oleh Aisyah.

Tuan Salman mengusap air mata Aisyah yang membasahi pipi putih istrinya itu.

"Maaf Ais aku terlalu emosi karena masalah ini jadi aku melampiaskannya padamu" ucap tuan Salman lagi.

Aisyah mengangguk patuh,

"Maafkan saya juga tuan sudah keterlaluan pada Anda, saya sudah melukai hati anda tuan" ucap Aisyah.

"Sudahlah Ais aku yang salah" ucap tuan Salman mengalah.

"Yaudah aku berangkat Ais, jaga diri di rumah ingat jangan banyak melamun ya" ucap Tuan Salman sambil membelai lembut kepala Aisyah.

Tuan Salman mendaratkan kecupan di pipi kiri Aisyah.

Aisyah meraih tangan tuan Salman dan menciumnya dengan takzim.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Leni Nurleni LN
ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status