Share

Bab 2

"Maaf Tuan Jacob, anak kami sedang sakit, dia tidak bisa datang untuk menemuimu. Mungkin lain kali jika Niana sudah sembuh, kami akan kembali membawanya untuk bertemu denganmu," ujar Nina penuh rasa hormat pada Jacob yang ada di depannya.

Jacob mengangguk-angguk kecil layaknya orang bodoh. Pria itu sedikit menggaruk kepalanya, mencongkel ketombe yang tak sengaja ikut masuk ke dalam sela-sela kuku tangannya.

"Tidak masalah, kau harus memastikan jika calon istriku baik-baik saja dan sehat selalu," ujar Jacob yang dibalas senyuman penuh hangat oleh Nina.

Tak berselang lama, Nina akhirnya keluar dari rumah mewah itu, kembali menggandeng lengan suaminya untuk masuk ke dalam mobil yang sama. Keduanya kembali dengan perasaan yang sangat berbunga. Sebentar lagi, keduanya akan hidup dengan damai tanpa harus memikirkan harta serta anak satu-satunya. Toh ada Jacob yang mereka percaya untuk menjamin semuanya.

Di dalam rumah mewah itu, Jacob tak henti-hentinya tersenyum senang menatap foto Niana pada ponselnya. Ia sangat senang ketika membayangkan gadis manis itu menjadi istrinya.

"Aku tidak sabar untuk bisa memeluk dan mencium-mu, Niana." Spontan asisten pribadi Jacob bergidik ngeri ketika melihat tuannya mengecup singkat layar ponsel yang masih menyala menampakkan wajah Niana yang cantik.

Namun, sebisa mungkin ia menetralkan raut wajahnya sebelum Jacob menyadari hal itu. Tamatlah riawayatnya jika hal itu terjadi. Dan karena tak ingin menahan rasa mual terlalu lama, ia memilih pergi dan berdalih sakit perut.

Selepas kepergian si asisten, Jacob segera menghubungi salah satu wanita penghangat ranjang miliknya untuk datang ke mansion. Tak pernah sehari pun ia absen menikmati wanita. Dan kali ini, fantasinya hanya tertuju pada wajah cantik Niana, membayangkan jika gadis itu yang ia nikmati saat ini.

'Sial, milik wanita ini sudah terasa longgar. Sabarlah Jony-ku yang malang, sebentar lagi kau akan mendapatkan sarang yang lebih indah dan sempurna, kau bisa menikmatinya kapanpun yang kau mau.' Batin pria itu terus terucap seraya menikmati jasa basah yang ia dapatkan dari salah satu wanita pemuas.

***

"Saya permisi," ucap dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Niana. Gadis itu belum membuka mata sama sekali, mungkin alam bawah sadarnya lebih membahagiakan daripada kenyataan yang terjadi.

Bibi Yur kembali menatap Niana, tersenyum kecut melihat wajah pucat gadis itu.

"Cepat bangkit, nak, Bibi berjanji akan selalu menjaga dan memberikan yang terbaik untukmu," bisik Bibi Yur seraya menyisihkan rambut halus yang ada pada wajah cantik Niana.

***

"Mau sampai kapan kau menahannya? Bukan kah kau sangat mencintainya?" tanya seseorang yang berhasil membuat lamunan pria berjas putih itu kembali tersadar.

"Aku takut dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Aku takut dia tidak akan mempercayaiku lagi," balasnya.

Ryan mengangguk-anggukan kepalanya, ia menepuk pundak sang sahabat lalu melenggang pergi.

Selepas kepergian Ryan, pria itu kembali melamun, memikirkan keadaan gadis yang ia cintai, semakin hari semakin memburuk saja. Namun, ia berjanji pada dirinya sendiri akan membuat gadis pujaan hatinya itu kembali sehat seperti orang pada umumnya.

***

Waktu berlalu begitu cepat, Niana sudah kembali ke rumahnya. Besok, ia akan melakukan pernikahan yang paling ia takuti.

"Kenapa kalian sama sekali tidak punya hati? Apakah doaku tidak tembus langit? Apakah Tuhan sengaja membiarkan hidupku sepenuhnya sengsara?" Niana terus bertanya-tanya sambil menatap figura besar foto ayah dan ibunya yang ada di ruang tamu. Senyum kedua orang itu terlihat sangat manis sambil menggendong anak kecil cantik.

Niana menatap sendu ke arah gadis kecil itu, ia berharap pada Tuhan agar dirinya kembali ke masa-masa kecilnya. Di masa itulah ia merasakan kasih sayang kedua orang tuanya.

"Tidak usah memasang wajah sedih, sebentar lagi kau akan bergelimang harta, kau bisa membeli apapun yang kau mau tanpa harus meminta padaku," ujar seseorang yang tak sengaja melihat Niana tengah menangis menatap figura besar itu.

"Bukan kah aku tidak pernah meminta apapun pada ibu?" tanya Niana, tanpa mengalihkan pandangannya pada sosok yang masih ada di belakang.

"Cih, tapi aku yang membiayai hidupmu selama 22 tahun. Ingat itu!" sentak Nina lalu pergi meninggalkan Niana.

Niana mendengus kesal, rasanya ia ingin membunuh ibunya sendiri.

Setelah kepergian sang ibu, Niana kembali memasuki kamar, saksi bisu isak tangisnya selama bertahun-tahun.

Mungkin, besok ia tidak akan tidur di kamar ini lagi, melainkan di kamar pengantin bersama orang yang paling ia takuti dan paling ia benci.

"Tuhan, tunjukkan keadilanmu," lirihnya sambil menatap ke arah langit-langit kamar. Beberapa saat setelahnya, alam mimpi membawa Niana pergi.

***

Pagi menyapa, Niana yang sudah terjadi sejak pukul 3 dini hari hanya bisa terdiam lesu. Para pelayan dan orang tuanya sudah heboh, bahkan calon suaminya sangat sering menelpon. Hanya saja, tidak Niana hiraukan dan memilih untuk diam.

"Niana sayang, mandi dulu nak, sebentar lagi perias akan datang," ujar Bibi Yur ketika melihat anak majikannya itu tengah terduduk lesu di atas kasur.

Niana melenggang pergi, memasuki kamar mandi dan segera membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri, Niana kembali keluar. Di sana, netranya menatap sosok Nina tengah berbicara hangat dengan orang yang akan merias wajahnya.

"Itu dia, kau bisa segera meriasnya. Ingat, buat anakku secantik mungkin," pinta Nina pada seorang wanita muda itu.

Nina kembali keluar, membiarkan perias merias wajah anaknya.

"Ah, aku meninggalkan satu koper alat rias di dalam mobil. Mohon tunggu sebentar ya," ucap perias itu sambil tersenyum tak enak hati pada Niana. Niana hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

Kini hanya ada Bibi Yur dan Niana.

Niana melirik ke arah tangannya ketika Bibi Yur memberikan jaket, kacamata, dan topi serba hitam, dahinya mengeryit heran.

"Pergi nak, area belakang kosong, dan waktumu sangat terbatas."

Niana membulatkan kedua matanya tak percaya, ia menatap ke sekeliling. Dengan air mata yang mulai menetes, dikecupnya dahi Bibi Yur penuh sayang. Tak lupa ia membawa uang cash cukup banyak untuk bekalnya.

"Kita akan bertemu suatu saat nanti. Niana sangat menyayangi Bibi," ucap Niana, satu detik setelahnya ia berlari dengan cepat serta menatap sekitar penuh was-was.

Sama halnya dengan Niana, Bibi Yur segera pergi ke dapur, ia akan berpura-pura tidak tahu tentang Niana.

Perias kembali ke dalam kamar Niana, dipanggilnya beberapa kali calon pengantin itu, namun sama sekali tidak ada sahutan. Sesegera mungkin ia melaporkan hal ini pada nyonya besar yang sedang sibuk di ruang tamu.

"Nyonya, nona Niana tidak ada di kamar."

Nina spontan terkejut, ia berlari secepat mungkin menuju kamar anaknya.

"Niana!!! Di mana kau?!!"

Satu rumah sangat heboh, bagaimana bisa calon pengantin kabur di beberapa jam sebelum dinikahkan?

Bibi Yur, ia hanya bisa menangis dan diam sambil membakar roti kesukaan Niana.

"Kau! Di mana gadis kurang ajar itu?! Kau sembunyikan di mana?!!!" tanya Nina penuh kasar ketika melihat Bibi Yur yang asyik sendiri membakar roti.

Bibi Yur kembali berpura-pura, sebisa mungkin ia menutupi semuanya.

"Bukan kah nona Niana ada di kamar? Beliau meminta saya untuk membakar roti, katanya, nona Niana ingin sarapan ini," jawab Bibi Yur membuat Nina kembali naik pitam.

Otaknya buntu sekarang, apa yang harus ia katakan pada calon besan juga suaminya sekarang?

Tepat di detik yang sama, Jendra tiba dengan senyum senang terukir di wajahnya. Ia baru saja tiba setelah melihat persiapan di hotel yang akan menjadi tempat pernikahan anaknya.

Namun, senyum senang itu perlahan musnah ketika melihat seisi rumah kacau mencari Niana.

Mata tajamnya menatap ke arah Nina, tampak wanita itu sedang gelisah sambil memanggil nama Niana. Kakinya melangkah mendekat, menampar sekuat tenaga wanitanya.

"Kau memang tidak becus!" sentak Jendra pada sang istri. Nina hanya diam sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Maafkan aku, Niana kabur tanpa seorang pun ketahui," ujar Nina namun tidak dihiraukan oleh suaminya.

Pria yang tak lagi muda itu segera keluar rumah, memerintahkan beberapa bawahannya untuk mencari Niana sampai ditemukan. Tanpa terkecuali.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status