Share

Bab 3

Niana benar-benar pergi jauh dari lingkungan rumahnya. Bahkan, ia sudah 3 kali naik bus dan keluar dari pulau tempat ia dilahirkan agar dirinya semakin menjauh dari kota kelahirannya itu.

Di dalam bus, Niana hanya bisa menangis meratapi dirinya malang. Entah setelah ini, kakinya akan melangkah ke mana, sama sekali tidak memiliki tujuan.

Niana turun dari bus, ia terus berjalan menyusuri trotoar. Yang ia bawa hanya uang, selebihnya, ia tidak membawa apa-apa lagi.

Saking pusingnya, Niana tidak menyadari jika dirinya semakin memasuki area jalan raya. Tidak lagi di trotoar seperti sebelumnya. Banyak klakson yang berbunyi ketika Niana semakin ke tengah. Namun, gadis itu tetap tidak menyadarinya.

Perlahan, Niana merasakan perutnya sakit. Dipegangnya perut itu sambil berjalan perlahan-lahan.

Niana yang menyadari jika dia berjalan di jalur yang salah pun hendak kembali ke trotoar. Namun sayang, Mercedes-Benz lebih dulu menabrak dirinya sangat kuat.

Niana terpental agak jauh, orang-orang yang ada di sekitar sana reflek berteriak dan mendekati ke arah Niana. Gadis itu tampak sangat kesakitan.

Pengemudi Mercedes-Benz itu segera keluar, wajahnya tampak terkejut melihat seorang gadis berlumuran darah mengaduh kesakitan.

Niana merasakan tubuhnya melayang, ia sempat melihat wajah orang yang menabraknya. Sangat sangat rupawan. Dan dada bidang itu, terasa sangat nyaman dengan detak jantung yang berdegub kencang menjadikan nyanyian indah di ambang kesadaran.

Niana segera dimasukkan ke dalam mobil, beberapa detik setelahnya mobil itu kembali berjalan lebih cepat menuju rumah sakit.

"Kau bertahanlah, aku akan bertanggung jawab," ucap pria itu ketika melihat Niana yang mulai menutup mata. Sungguh, rasa sakitnya sangatlah luar biasa. Niana juga tidak tahu kenapa ia tidak langsung pingsan saja.

***

Dokter dan beberapa tim medis segera melakukan yang terbaik untuk Niana, telat 1 menit saja nyawa gadis itu bisa melayang karena kehabisan darah.

Pria itu terduduk lesu di depan ruang IGD, ia sama sekali tidak mengira kalau hal ini akan terjadi.

Seorang pria tiba, wajahnya tampak sangat panik ketika mendengar kabar bahwa sahabatnya tak sengaja menabrak seorang gadis. Sangat parah.

"Prince, apa yang telah kau lakukan?" tanya pria yang baru saja tiba membuat lamunan Prince buyar. Ditatapnya pria itu lalu ia menggeleng pelan.

"Aku tidak sengaja menabraknya. Aku benar-benar tidak sengaja," ujar Prince—pria yang telah menabrak Niana. Pria pewaris tunggal perusahaan raksasa di bidang teknologi, serta bisnis yang merebak di mancanegara.

"Tidak perlu khawatir, kau hanya perlu bertanggung jawab," balas Jordan—sahabat Prince.

Kedua pria itu duduk di kursi depan IGD. Sampai akhirnya, dokter keluar dengan diikuti beberapa tim medis lainnya untuk memberitahukan kondisi Niana.

"Apakah kalian keluarga pasien?" tanya dokter itu, reflek Jordan dan Prince saling melemparkan pandangan. Jangankan keluarga, namanya saja mereka tidak tahu.

"Saya orang yang telah menabraknya, kami tidak mengetahui siapa dia," jawab Prince sejujurnya.

Dokter menghela napas, sebenarnya, ada hal yang ingin ia sampaikan. Namun, ketika mengetahui jika kedua pria ini bukanlah anggota keluarga pasien, dokter pun mengurungkan niatnya.

"Untuk saat ini kondisi pasien sudah mulai stabil, mungkin memerlukan waktu beberapa hari agar tetap berada di rumah sakit. Kondisinya belum memungkinkan jika ingin dibawa pulang," ujar dokter menjelaskan keadaan Niana sekarang.

Prince dan Jordan mengangguk paham. Salah satu dari mereka memilih pergi untuk melakukan administrasi.

Prince memasuki ruang ICU di mana Niana berada. Ruangan ini sangatlah dingin.

Wajah Niana sudah dibersihkan dari darah yang sebelumnya terus mengucur hebat. Banyak bagian tubuh yang ditutupi perban sekarang.

"Kau kenapa tiba-tiba ada di tengah jalan? Aku tidak sengaja menabrakmu," ujar Prince pada gadis yang belum ia ketahui namanya. Gadis itu hanya diam, wajahnya bahkan terlihat sangat pucat. Dan kepucatan itu sama sekali tidak menutupi wajahnya yang cantik.

Meskipun biasanya ia tak terlalu ambil pusing dengan masalah seperti ini, namun kali ini ia seperti tidak tenang memikirkan gadis yang celaka karenanya.

Jordan baru saja menyelesaikan masalah administrasi, ia kembali pada Prince yang baru saja keluar dari ruang ICU.

"Kau sudah mendapat identitasnya?" tanya Jordan yang dibalas gelengan kepala oleh Prince. Bahkan ketika Prince meminta bantuan tim medis, mereka semua gagal dalam mencari identitas Niana.

Tidak ada kartu atau pun ponsel yang akan digunakan untuk mencari informasi Niana, gadis itu hanya membawa diri dan beberapa lembar uang saja.

"Kita tunggu saja sampai dia sadar, baru kita cari tahu identitasnya," putus Jordan yang tentunya disetujui oleh Prince.

***

Prince dan Jordan akhirnya pulang, hari sudah semakin gelap namun keduanya belum juga sampai ke rumah masing-masing.

Di mansion, Prince segera memasuki rumah megah itu sambil membuka jas serta dasi yang masih menggantung di leher. Beberapa bagian pakaiannya ada yang terkena darah.

Salah satu pelayan yang ada di sana tampak membulatkan mata ketika melihat pakaian tuan mereka terdapat darah.

"Astaga, apa yang telah terjadi, Tuan? Kenapa jas anda banyak darah?" tanya salah satu pelayan.

"Ah, ini, aku baru saja menabrak seorang gadis. Kau tidak perlu khawatir," jawab Prince ketika melihat wajah pelayannya pucat.

Pelayan wanita bernama Tia itu akhirnya merasa lega. Setidaknya, bukan Prince yang terluka. Meskipun dingin dan jarang bercengkerama, namun seisi mansion sangat peduli pada Prince karena pria itu sendiri sangatlah ringan tangan untuk membantu kesulitan para pekerjanya.

Prince kembali melanjutkan langkah kakinya menuju tempat istirahat. Namun sebelumnya, ia memilih untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Hari ini benar-benar melelahkan, belum lagi pikirannya yang tak tenang memikirkan gadis itu.

"Dia orang mana? Bagaimana kalau keluarganya mencari?" Prince terus bertanya-tanya.

***

4 hari Niana tekurung di ruang ICU, dan di hari ke lima ini gadis cantik itu sudah mulai sadarkan diri dan akan dipindahkan ke ruang rawat.

"Aku di mana?" tanya Niana dengan suara yang sangat lirih.

Jordan yang saat itu tengah menjenguk Niana sontak tersenyum hangat melihat gadis yang ia tunggu akhirnya membuka mata.

"Akhirnya ... perlu aku panggilkan dokter?" tanya Jordan pada Niana yang masih termenung menatap sekitarnya yang asing.

"Aku di mana?" tanya Niana sekali lagi, pertanyaan sebelumnya tidak dijawab oleh pria asing itu.

"Kau masih di rumah sakit, Nona. Tolong maafkan sahabatku, dia yang membuatmu sampai seperti ini," jawab Jordan membuat Niana kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

Niana terbatuk-batuk, bahkan sampai mengeluarkan darah. Jordan sangat panik, pria itu segera memencet bel untuk memanggil dokter.

Pria berjas putih dengan diikuti beberapa tim medis dengan cepat memasuki ruangan di mana Niana berada. Jordan pun keluar, membiarkan tim medis untuk kembali memeriksa Niana.

Selagi menunggu dokter memberinya kabar tentang Niana, ia memilih untuk menghubungi sahabatnya. Prince pasti senang mendengar kabar bahwa gadis yang mereka tunggu sudah mulai sadarkan diri.

"Dia sudah sadarkan diri. Sayangnya, dia kembali ditangani oleh dokter setelah muntah darah tadi," ucap Jordan pada seseorang yang tersambung dengan ponselnya.

Tak berapa lama sambungan itu terputus, bersamaan dengan dokter yang baru saja keluar dari ruangan Niana.

"Bagaimana dokter?" tanya Jordan yang sudah berdiri di hadapan dokter.

"Keadaan tubuhnya belum sepenuhnya membaik, kami meminta izin untuk melakukan operasi penyumbatan pembuluh darah di jantungnya," ujar dokter membuat Jordan segera meraih pena yang ada di tangan suster dan segera menandatangani berkas persetujuan operasi.

Tak berapa lama Niana kembali dibawa pergi menuju ruang operasi. Jordan hanya bisa diam menatap gadis cantik itu yang kembali tak sadarkan diri.

Di seberang sana, Prince kembali melanjutkan rapatnya yang tertunda karena mendapat telepon dari Jordan. Namun selama berjalannya rapat, ia benar-benar tidak fokus dan terus terbayang wajah penuh luka gadis yang saat ini menjadi tanggung dirinya. Bagaimana ia melihat sekelebat tatapan lelah serta tubuh ringkih yang masih ia ingat dalam benaknya.

'Tidak seharusnya aku memikirkan dia sampai tidak fokus bekerja seperti ini. Toh aku sudah bertanggung jawab dan akan tetap bertanggung jawab sampai dia sembuh seperti sedia kala. Oh ayolah gadis cantik, keluar dari pikiranku segera agar aku bisa bekerja dengan benar!' batin Prince menggerutu kesal.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status