"Dia harus dioperasi, ada penyumbatan di pembuluh darahnya," ucap Jordan pada Prince yang baru saja tiba.
Terdengar hembusan napas cukup berat dari Prince. Hatinya sangat merasa bersalah. Belum lagi jika nanti ia akan dimarahi habis-habisan oleh orang tua gadis itu. Dan anehnya, sampai saat ini orang-orang yang ia suruh untuk mencari asal usul Niana belum juga memberikan hasil yang memuaskan. Entah dari mana gadis cantik ini berasal.Seorang gadis cantik berambut pirang hadir di antara dua lelaki tampan itu. Kedatangannya sontak membuat Jordan mengulas senyum bahagia. Dialah pemilik hatinya."Apakah dia belum sadar juga?" tanya-nya sambil menatap pada Jordan—kekasihnya."Sebelumnya sudah, namun dia kembali tak sadarkan diri. Kini, dokter tengah melakukan operasi penyumbatan pembuluh darah. Doakan dia secepatnya pulih," jawab Jordan sambil mengusap kepala sang kekasih. Sontak hal itu membuat si gadis merasa sangat dicintai.Lyly—kekasih Jordan, bergantian menatap wajah sahabat kekasihnya, terlihat jelas raut wajah bersalah di sana."Prince, apa yang kau pikirkan?" tanya Lyly, Prince hanya menjawab dengan gelengan kepala. Ia bingung dengan dirinya sendiri yang terlalu mengambil pusing hal ini. Ia tidak pernah pusing selain memikirkan perusahaan yang terkadang bermasalah.Di tengah keheningan itu, ponsel Prince berbunyi cukup nyaring. Pria itu sedikit menjauh dari Lyly dan Jordan untuk mengangkat telepon yang ternyata dari Ibunda tercintanya."Nak, kau di mana? Sudah menjenguk dia?" tanya seorang wanita dari seberang sana. 'Dia' yang dimaksud adalah Niana."Sebelumnya sudah, tapi sekarang dia kembali ditangani. Dokter harus melakukan operasi karena ada penyumbatan di pembuluh darahnya," jawab Prince membuat seseorang di seberang sana menghela napas cukup panjang."Lusa, Ibu akan menjenguknya langsung. Kau jangan terlalu menyalahkan dirimu, nak," ujar Ibu Prince, sang anak kini bisa lebih tenang dari sebelumnya. Cinta pertamanya ini selalu bisa diandalkan dalam hal menenangkan.Beberapa saat setelahnya, panggilan telepon itu terputus, Prince kembali mendekat ke arah Lyly dan Jordan berada."Kalian pulang saja, biarkan aku yang menunggu di sini sampai operasi selesai," ujar Prince membuat Lyly dan Jordan saling melempar tatapan. Keduanya pun mengangguk sebagai tanda setuju."Kalau operasinya selesai, jangan lupa beritahu kami," ucap Jordan yang dibalas anggukan oleh Prince.Sepasang kekasih itu segera meninggalkan Prince, bergandengan tangan menuju tempat parkiran.Prince kembali duduk pada kursi yang tersedia. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuknya, terasa tidak ada jeda untuk menenangkan pikiran yang berisik."Jordan sudah memiliki Lyly, pria itu sudah memiliki penenang dan penyemangat jiwa di sisinya. Sedangkan aku, entah sampai kapan akan terus seperti ini," gumam Prince dengan pandangan kosong ke depan.Meskipun di lingkungan ia hidup selalu berdampingan dengan gadis-gadis cantik nan molek, entah kenapa ia tidak tertarik dengan gadis-gadis yang biasa ia temui. Menurutnya, mereka semua sama, genit dan terlalu cari perhatian.Urusan kantor, bisnis ayahnya, bisnis dirinya sendiri, dan sekarang ia harus bertanggung jawab. Untuk hal ini, baru saja ibunya saja mengetahui. Untuk sang ayah, diharapkan pria itu tidak tahu apa-apa. Toh kalau pun tahu, tidak akan memberikan masukan atau pun sikap kepedulian. Pria itu berhati batu.Selang 1 jam, dokter yang bertugas mengoperasi Niana keluar. Prince reflek berdiri menghampiri dokter."Bagaimana, Dok? Apakah operasinya lancar?" tanya Prince, melihat anggukan dari sosok yang ia tanya berhasil membuat hati Prince jauh lebih lega dari sebelumnya."Operasi berhasil dilakukan dengan baik. Untuk saat ini keadaannya kembali kritis, namun kami menjamin masa kritisnya tidak akan bertahan lama, mungkin hanya beberapa hari saja. Maka dari itu, saya berharap anda tetap bersabar dan ikuti anjuran dari dokter dan tim medis saja, kami akan melakukan yang terbaik," jelas Dokter yang dibalas anggukan oleh Prince.Pria itu kembali sendiri setelah orang-orang yang sebelumnya menolong Niana pergi.Langkah kaki Prince mengantarkan pria itu untuk memasuki ruangan di mana Niana berada.Namun sebelum itu, Prince dibawajibkan memakai pakaian berwarna hijau, khusus untuk melihat pasien yang tengah kritis.Sesampainya di samping Niana, Prince menatap lekat-lekat wajah gadis itu. Tampak sekali guratan kesakitan serta kesedihan di wajahnya."Bangunlah, keluargamu pasti menunggu," ucap Prince dengan sangat lembut.Pandangan Prince sedikit tertunduk, ia merasa janggal atas apa yang ia lihat pada lengan Niana.Dipegangnya lengan Niana cukup lembut. Kini, Prince bisa merasakan kulit Niana yang sangat dingin.Di sana, ia melihat seperti guratan bekas luka. Luka ... tersayat? Bukan hanya satu, mungkin sekitar puluhan?"Bekas luka apa ini?"Prince terus membolak-balikkan kedua lengan Niana. Kedua lengan gadis ini sama saja, banyak luka sayatan. Dan Prince, ia tidak mengerti kenapa banyak luka seperti ini. Tidak mungkin karena tidak sengaja, kan?Ia tatap kembali wajah damai itu, beberapa helai rambut tampak menutupi wajah Niana. Salah satu tangan Prince tanpa sadar terulur untuk menyingkirkan beberapa helai rambut itu.Dan entah ada angin apa, ia sedikit menunduk dan menarik salah satu lengan Niana yang terdapat bekas sayatan untuk ia kecup. Setelah beberapa detik dan ia mulai tersadar, lengan itu dikembalikan ke tempat semula.'Apa yang aku lakukan?' tanyanya dalam hati.Setelahnya, Prince segera keluar karena waktu menjenguk telah habis. Mungkin lain kali ia akan kembali.***Ibunda Prince akhirnya datang di kediaman sang anak. Para pelayan menyambut dengan penuh bahagia ketika nyonya besar kembali menginjakkan kaki di kediaman megah ini."Apa kabar, Nyonya? Sudah lama anda tidak berkunjung ke mari," ujar salah satu pelayan yang cukup senior, wajahnya tampak bahagia."Baik, sangat sangat baik, terimakasih sudah membantu saya dalam menjaga Prince," ujar wanita cantik dengan penuh kerendahan hati.Kaki jenjangnya segera menuju tempat istirahat. Kamar megah itu kembali ia tempati setelah beberapa tahun ia tinggalkan. Semuanya masih sama, bahkan tata letaknya tidak ada yang berubah sama sekali. Sesekali ia menatap figura-figura indah foto dirinya dengan sang suami. Senyum tipisnya berkembang dan tak lama kembali menghilang.Prince yang baru saja tiba merasa sangat bahagia ketika mengetahui sang ibu sudah ada di rumahnya. Langkah Prince begitu cepat untuk menaiki tangga menuju kamar Ibunya berada.Ketukan pintu terdengar, wanita cantik itu segera keluar untuk melihat siapa yang datang.Pintu terbuka, tanpa aba-aba Prince segera memeluk wanita yang paling ia cintai ini."Ibu, Prince merindukan ibu," ujar Prince yang masih setia memeluk ibunya. Begitu pun dengan sang ibu."Ibu juga merindukan anak ibu yang gagah ini," balas wanita itu sambil sedikit mengendurkan pelukannya dengan sang anak. Ditatapnya mata Prince yang indah, lalu bibirnya menampakkan senyuman yang tak kalah indah.Ayunda—ibu dari anak satu-satunya, yaitu Prince, kembali setelah meninggalkan sang anak selama 3 tahun lamanya."Cepat mandi, nanti makan bersama ibu," ujar Ayunda lantas mengecup singkat dahi sang anak. Ayunda berjinjit untuk bisa mencium anak tampannya ini.Prince mau tak mau meninggalkan ibunya. Ia membersihkan diri dengan cepat agar bisa kembali meluapkan kerinduan pada sang ibu.***Jordan dan Lyly tiba di kediaman Prince, kedua manusia itu tampak sangat bahagia ketika mendengar kabar Ayunda sudah mendarat dengan selamat."Ibu, lihatlah, Jordan membelikan ini untuk Lyly," ujar Lyly sambil menunjukkan gelang emas cantik pada Ayunda.Wanita yang tak lagi muda itu tersenyum hangat, ia sangat menyukai interaksi dengan anak-anak muda sahabat anaknya ini. Mereka sangat lengket dengannya. Tak segan-segan mereka memanggil dirinya dengan sebutan "ibu""Sekarang antar ibu dan Prince ke rumah sakit ya? Kita jenguk dia bersama-sama," ujar Ayunda yang diangguki dengan semangat oleh Jordan mau pun Lyly. Keduanya memang sengaja datang ke sini untuk ikut pergi ke rumah sakit.***Maen kecup-kecup aja bangSatu persatu melihat keadaan Niana langsung. Gadis itu masih setia dengan mata terpejamnya, tanpa menyadari orang-orang asing itu silih berganti untuk melihat dirinya langsung.Ayunda, matanya menatap kasihan pada Niana. Karena kelalaian Prince, gadis ini harus mendekam di rumah sakit berhari-hari. Entah apa yang akan ia ucapkan pada orang tua gadis ini."Cepat sembuh nak, maafkan kesalahan anak ibu, dia tidak sengaja melakukannya padamu," ujar Ayunda penuh kelembutan. Tak sengaja telapak tangan Ayunda menyentuh lengan Niana, ia cukup terkejut merasakan bekas luka yang cukup banyak. Dilihatnya lengan itu untuk memastikan.Ayunda semakin prihatin, ia yakin, sebelumnya kehidupan gadis ini cukup tidak baik.Jordan, Lyly, dan Prince menatap Ayunda yang masih ada di dalam sana. Tampak jika wanita itu tengah memperhatikan kedua lengan Niana."Apa yang Ibu perhatikan?" tanya Lyly, sebelumnya ia tidak pernah melihat Niana dari jarak dekat. Jadi, ia tidak tahu apa yang ada pada gadis itu."Le
Prince mematung di samping Niana, sorot matanya tidak bisa lepas dari tatapan indah seorang Niana Fradella. Bola mata biru, bulu mata tebal nan lentik secara alami, serta alis yang menambah kesan sempurna di area mata Niana berhasil membuat Prince terpana.Jordan berdeham melihat sahabatnya yang terus terdiam memperhatikan gadis cantik di depannya."Kau tidak ingin berkenalan dengannya?" tanya Jordan sambil sedikit menyenggol lengan Prince menggunakan sikunya. Prince berdeham sejenak untuk mengembalikan kesadaran tubuhnya. Lalu, lengannya ber-uratnya terulur untuk mengajak gadis cantik di depannya berkenalan."Prince," ucap Prince dengan suara khas pria yang sangat gagah dan macho.Niana menelan salivanya susah payah, lalu ia menerima jabatan tangan itu."Niana," balas Niana.Bisa Prince rasakan tangan mungil Niana yang lembut, telapak tangan itu terlihat kecil jika disandingkan dengan telapak tangan miliknya. Tangan Niana hilang digenggaman Prince.Kedua alis Niana terangkat menatap
"Sudah, ambil saja. Toh suatu saat nanti kau akan membayarnya. Meski pun, aku tidak yakin Prince akan ingat tentang uang ini. Black card-nya ada 3," ujar Jordan sambil sedikit berbisik di akhir kalimat.Niana membulatkan matanya menatap tak percaya pada Jordan. Pantas saja Prince tidak suka mendengar nominal uang di bawah 10 juta."Bisakah aku meminta alamat rumah atau nomor handphone Prince? Nanti jika uangnya sudah terkumpul lagi, aku ingin menghubunginya untuk membayar hutang ini," ucap Niana membuat Jordan sedikit berpikir.Awalnya, Jordan ingin memberikan nomor ponselnya pada Niana, karena privasi Prince cukup ketat. Tidak ada yang berani menyebarkan alamat rumah atau pun nomor ponsel milik pria itu ke sembarang orang.Namun, Jordan kembali berpikir, ia tidak ingin adanya salah paham dengan Lyly karena berani menyimpan nomor gadis asing lain. Dan akhirnya, Jordan menemukan keputusan yang tepat."Sayang, tolong berikan nomor ponselmu pada Niana. Nanti, Niana biar menghubungimu saj
Setelah menjelaskan secara mendetail pada petugas keamanan perumahan elit ini, akhirnya Niana diizinkan untuk masuk meskipun masih diikuti oleh satu orang petugas keamanan. "Di sini rumahnya, aku akan meninggalkanmu setelah salah satu penghuninya keluar," ujar seorang pria yang bertugas sebagai petugas keamanan di area perumahan elit ini.Tak lama setelah Niana memencet bel, seorang satpam khusus yang berjaga di salah satu rumah megah itu mendatanginya. "Gadis ini mengatakan ingin melamar bekerja di sini, dia juga memiliki kartu ini sehingga bisa masuk," ujar petugas keamanan yang mengantarkan Niana.Satpam itu menilik terlebih dahulu, memastikan jika gadis yang ada di hadapannya tidak berbahaya.Setelah memastikan semuanya, akhirnya Niana bisa masuk ke area mansion yang sangat megah itu. Bahkan untuk menuju pintu utama Niana harus berjalan kaki cukup jauh. Bahkan, peluh sudah meluncur di kening mulusnya. Tak lama setelah itu, Niana di serahkan pada kepala pelayan yang sedang sibuk
Pikiran Niana kembali mengingat hal seperti ini sebelumnya, namun tidak separah saat ini. Dulu ia hanya menangis histeris lantas dibantu oleh Prince, setelahnya tidak ada adegan memeluk, mencakar, dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Sungguh, Niana merasa sangat bersalah pada Prince. Kini dirinya tengah mengobati luka kecil di lengan kekar itu. Terlihat sangat fokus dengan guratan penuh rasa bersalah."Tuan, jangan laporkan saya ke polisi, ya?"Permintaan Niana sontak membuat Prince yang sebelumnya memperhatikan kedua tangannya yang sedang diobati oleh Niana, menoleh pada gadis itu. "Saya akan ganti kemeja Tuan yang sobek, saya juga akan terus mengobati luka-luka ini sampai sembuh. Tapi saya mohon, jangan laporkan saya ke polisi, ya?" pinta Niana lagi dengan tatapan yang sangat memohon.Hati Prince jadi tidak karuan melihat tatapan polos itu."Hm, kemejaku mahal," jawab Prince dengan tatapan datarnya. Namun, siapa sangka jika hatinya seperti gemuruh melihat Niana yang sedang keta
“Maaf ya, Lyly? Tadi aku harus berpamitan terlebih dahulu pada Tuan,” ujar Niana sedikit tak enak hati pada Lyly yang sudah menunggunya cukup lama.Lyly menyipitkan kedua matanya, ada hal yang cukup janggal dengan perkataan Niana.“Kenapa harus berpamitan langsung pada tuan?” tanya Lyly membuat Niana mau tidak mau menjelaskannya terlebih dahulu. Lyly memang gadis yang tergolong cerewet, jadi mau tidak mau Niana harus menjelaskannya agar Lyly tidak terus bertanya.“Oh iya, tuan juga melarangku pulang di atas jam 9 malam,” lanjut Niana membuat Lyly terperangah. Sudah banyak rencana yang ia susun untuk bisa bermain sepuasnya dengan Niana malam ini, tapi kenapa waktunya sangat terbatas.“Astaga, cukup untuk melakukan apa kalau sampai jam 9 malam saja? Aku ingin nonton, makan bakso, corndog, seafood, dan yang pastinya aku ingin menikmati angin malam di taman kota! Kenapa waktunya terbatas sekali?!” oceh Lyly membuat Niana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“Mungkin malam ini kita hanya
Lyly melirik sebentar ke arah Niana, gadis itu sudah tak sadarkan diri sedari tadi. Lyly tentu saja takut, ia takut keadaan Niana semakin memburuk.Tak lama setelah dirinya menghubungi sang kekasih, kini terlihat satu mobil melaju kencang dan berhenti tepat di samping mobilnya yang sudah menabrak pohon besar.Dua pria tampan itu segera keluar dari mobil, membuka sekuat tenaga pintu mobil milik Lyly dari kedua sisi. Prince segera membawa tubuh lemah Niana keluar, hatinya semakin tak karuan ketika melihat darah yang cukup banyak keluar dari hidung mancung gadis itu.“Bertahanlah,” lirih Prince sambil membawa Niana ke dalam mobil yang sebelumnya ia bawa.Setelah memastikan Lyly dan Niana aman berada di dalam mobil, kendaraan itu kembali melesat dengan sangat kencang untuk menuju ke rumah sakit terdekat. Jordan sama sekali tidak memperdulikan klakson dari pengendara lain ketika dirinya ugal-ugalan. Kini ada dua nyawa yang sangat penting untuk di selamatkan.Prince di kursi penumpang tenga
Di pagi harinya Prince sudah sisibukkan dengan rengekan Niana yang sudah ingin pulang. Benar-benar membuatnya pusing.“Tuan, kalau saya tidak pulang sekarang nanti tanaman yang ada di mansion akan mati, nanti halaman mansion Tuan tidak akan indah lagi,” ujar Niana dengan rengekannya. Bukan hanya memikirkan tanaman membuat Niana ingin segera pergi dari rumah sakit, namun karena suasana rumah sakit ini juga tidak nyaman. Hal yang paling dirinya benci adalah rumah sakit. “Dengar, kamu tidak akan keluar dari rumah sakit sebelum keadaanmu benar-benar sembuh total,” ujar Prince berhasil membungkam mulut Niana yang merengek ingin pulang.“Tapi—““Sudah ada orang baru yang mengurus pekerjaanmu,” potong Prince dengan cepat membuat Niana kembali membungkam mulut mungilnya yang hendak berbicara.Gadis itu tampak berpikir, jika ada orang baru yang menggantikkan pekerjaanya, apa itu artinya ia tidak bekerja di tempat tuannya ini? Kalau benar seperti itu, bagaimana dengan kebutuhan hidupnya? Dan b