Share

Bab 4

"Dia harus dioperasi, ada penyumbatan di pembuluh darahnya," ucap Jordan pada Prince yang baru saja tiba.

Terdengar hembusan napas cukup berat dari Prince. Hatinya sangat merasa bersalah. Belum lagi jika nanti ia akan dimarahi habis-habisan oleh orang tua gadis itu. Dan anehnya, sampai saat ini orang-orang yang ia suruh untuk mencari asal usul Niana belum juga memberikan hasil yang memuaskan. Entah dari mana gadis cantik ini berasal.

Seorang gadis cantik berambut pirang hadir di antara dua lelaki tampan itu. Kedatangannya sontak membuat Jordan mengulas senyum bahagia. Dialah pemilik hatinya.

"Apakah dia belum sadar juga?" tanya-nya sambil menatap pada Jordan—kekasihnya.

"Sebelumnya sudah, namun dia kembali tak sadarkan diri. Kini, dokter tengah melakukan operasi penyumbatan pembuluh darah. Doakan dia secepatnya pulih," jawab Jordan sambil mengusap kepala sang kekasih. Sontak hal itu membuat si gadis merasa sangat dicintai.

Lyly—kekasih Jordan, bergantian menatap wajah sahabat kekasihnya, terlihat jelas raut wajah bersalah di sana.

"Prince, apa yang kau pikirkan?" tanya Lyly, Prince hanya menjawab dengan gelengan kepala. Ia bingung dengan dirinya sendiri yang terlalu mengambil pusing hal ini. Ia tidak pernah pusing selain memikirkan perusahaan yang terkadang bermasalah.

Di tengah keheningan itu, ponsel Prince berbunyi cukup nyaring. Pria itu sedikit menjauh dari Lyly dan Jordan untuk mengangkat telepon yang ternyata dari Ibunda tercintanya.

"Nak, kau di mana? Sudah menjenguk dia?" tanya seorang wanita dari seberang sana. 'Dia' yang dimaksud adalah Niana.

"Sebelumnya sudah, tapi sekarang dia kembali ditangani. Dokter harus melakukan operasi karena ada penyumbatan di pembuluh darahnya," jawab Prince membuat seseorang di seberang sana menghela napas cukup panjang.

"Lusa, Ibu akan menjenguknya langsung. Kau jangan terlalu menyalahkan dirimu, nak," ujar Ibu Prince, sang anak kini bisa lebih tenang dari sebelumnya. Cinta pertamanya ini selalu bisa diandalkan dalam hal menenangkan.

Beberapa saat setelahnya, panggilan telepon itu terputus, Prince kembali mendekat ke arah Lyly dan Jordan berada.

"Kalian pulang saja, biarkan aku yang menunggu di sini sampai operasi selesai," ujar Prince membuat Lyly dan Jordan saling melempar tatapan. Keduanya pun mengangguk sebagai tanda setuju.

"Kalau operasinya selesai, jangan lupa beritahu kami," ucap Jordan yang dibalas anggukan oleh Prince.

Sepasang kekasih itu segera meninggalkan Prince, bergandengan tangan menuju tempat parkiran.

Prince kembali duduk pada kursi yang tersedia. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuknya, terasa tidak ada jeda untuk menenangkan pikiran yang berisik.

"Jordan sudah memiliki Lyly, pria itu sudah memiliki penenang dan penyemangat jiwa di sisinya. Sedangkan aku, entah sampai kapan akan terus seperti ini," gumam Prince dengan pandangan kosong ke depan.

Meskipun di lingkungan ia hidup selalu berdampingan dengan gadis-gadis cantik nan molek, entah kenapa ia tidak tertarik dengan gadis-gadis yang biasa ia temui. Menurutnya, mereka semua sama, genit dan terlalu cari perhatian.

Urusan kantor, bisnis ayahnya, bisnis dirinya sendiri, dan sekarang ia harus bertanggung jawab. Untuk hal ini, baru saja ibunya saja mengetahui. Untuk sang ayah, diharapkan pria itu tidak tahu apa-apa. Toh kalau pun tahu, tidak akan memberikan masukan atau pun sikap kepedulian. Pria itu berhati batu.

Selang 1 jam, dokter yang bertugas mengoperasi Niana keluar. Prince reflek berdiri menghampiri dokter.

"Bagaimana, Dok? Apakah operasinya lancar?" tanya Prince, melihat anggukan dari sosok yang ia tanya berhasil membuat hati Prince jauh lebih lega dari sebelumnya.

"Operasi berhasil dilakukan dengan baik. Untuk saat ini keadaannya kembali kritis, namun kami menjamin masa kritisnya tidak akan bertahan lama, mungkin hanya beberapa hari saja. Maka dari itu, saya berharap anda tetap bersabar dan ikuti anjuran dari dokter dan tim medis saja, kami akan melakukan yang terbaik," jelas Dokter yang dibalas anggukan oleh Prince.

Pria itu kembali sendiri setelah orang-orang yang sebelumnya menolong Niana pergi.

Langkah kaki Prince mengantarkan pria itu untuk memasuki ruangan di mana Niana berada.

Namun sebelum itu, Prince dibawajibkan memakai pakaian berwarna hijau, khusus untuk melihat pasien yang tengah kritis.

Sesampainya di samping Niana, Prince menatap lekat-lekat wajah gadis itu. Tampak sekali guratan kesakitan serta kesedihan di wajahnya.

"Bangunlah, keluargamu pasti menunggu," ucap Prince dengan sangat lembut.

Pandangan Prince sedikit tertunduk, ia merasa janggal atas apa yang ia lihat pada lengan Niana.

Dipegangnya lengan Niana cukup lembut. Kini, Prince bisa merasakan kulit Niana yang sangat dingin.

Di sana, ia melihat seperti guratan bekas luka. Luka ... tersayat? Bukan hanya satu, mungkin sekitar puluhan?

"Bekas luka apa ini?"

Prince terus membolak-balikkan kedua lengan Niana. Kedua lengan gadis ini sama saja, banyak luka sayatan. Dan Prince, ia tidak mengerti kenapa banyak luka seperti ini. Tidak mungkin karena tidak sengaja, kan?

Ia tatap kembali wajah damai itu, beberapa helai rambut tampak menutupi wajah Niana. Salah satu tangan Prince tanpa sadar terulur untuk menyingkirkan beberapa helai rambut itu.

Dan entah ada angin apa, ia sedikit menunduk dan menarik salah satu lengan Niana yang terdapat bekas sayatan untuk ia kecup. Setelah beberapa detik dan ia mulai tersadar, lengan itu dikembalikan ke tempat semula.

'Apa yang aku lakukan?' tanyanya dalam hati.

Setelahnya, Prince segera keluar karena waktu menjenguk telah habis. Mungkin lain kali ia akan kembali.

***

Ibunda Prince akhirnya datang di kediaman sang anak. Para pelayan menyambut dengan penuh bahagia ketika nyonya besar kembali menginjakkan kaki di kediaman megah ini.

"Apa kabar, Nyonya? Sudah lama anda tidak berkunjung ke mari," ujar salah satu pelayan yang cukup senior, wajahnya tampak bahagia.

"Baik, sangat sangat baik, terimakasih sudah membantu saya dalam menjaga Prince," ujar wanita cantik dengan penuh kerendahan hati.

Kaki jenjangnya segera menuju tempat istirahat. Kamar megah itu kembali ia tempati setelah beberapa tahun ia tinggalkan. Semuanya masih sama, bahkan tata letaknya tidak ada yang berubah sama sekali. Sesekali ia menatap figura-figura indah foto dirinya dengan sang suami. Senyum tipisnya berkembang dan tak lama kembali menghilang.

Prince yang baru saja tiba merasa sangat bahagia ketika mengetahui sang ibu sudah ada di rumahnya. Langkah Prince begitu cepat untuk menaiki tangga menuju kamar Ibunya berada.

Ketukan pintu terdengar, wanita cantik itu segera keluar untuk melihat siapa yang datang.

Pintu terbuka, tanpa aba-aba Prince segera memeluk wanita yang paling ia cintai ini.

"Ibu, Prince merindukan ibu," ujar Prince yang masih setia memeluk ibunya. Begitu pun dengan sang ibu.

"Ibu juga merindukan anak ibu yang gagah ini," balas wanita itu sambil sedikit mengendurkan pelukannya dengan sang anak. Ditatapnya mata Prince yang indah, lalu bibirnya menampakkan senyuman yang tak kalah indah.

Ayunda—ibu dari anak satu-satunya, yaitu Prince, kembali setelah meninggalkan sang anak selama 3 tahun lamanya.

"Cepat mandi, nanti makan bersama ibu," ujar Ayunda lantas mengecup singkat dahi sang anak. Ayunda berjinjit untuk bisa mencium anak tampannya ini.

Prince mau tak mau meninggalkan ibunya. Ia membersihkan diri dengan cepat agar bisa kembali meluapkan kerinduan pada sang ibu.

***

Jordan dan Lyly tiba di kediaman Prince, kedua manusia itu tampak sangat bahagia ketika mendengar kabar Ayunda sudah mendarat dengan selamat.

"Ibu, lihatlah, Jordan membelikan ini untuk Lyly," ujar Lyly sambil menunjukkan gelang emas cantik pada Ayunda.

Wanita yang tak lagi muda itu tersenyum hangat, ia sangat menyukai interaksi dengan anak-anak muda sahabat anaknya ini. Mereka sangat lengket dengannya. Tak segan-segan mereka memanggil dirinya dengan sebutan "ibu"

"Sekarang antar ibu dan Prince ke rumah sakit ya? Kita jenguk dia bersama-sama," ujar Ayunda yang diangguki dengan semangat oleh Jordan mau pun Lyly. Keduanya memang sengaja datang ke sini untuk ikut pergi ke rumah sakit.

***

Maen kecup-kecup aja bang

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status