Share

Bab 5

Satu persatu melihat keadaan Niana langsung. Gadis itu masih setia dengan mata terpejamnya, tanpa menyadari orang-orang asing itu silih berganti untuk melihat dirinya langsung.

Ayunda, matanya menatap kasihan pada Niana. Karena kelalaian Prince, gadis ini harus mendekam di rumah sakit berhari-hari. Entah apa yang akan ia ucapkan pada orang tua gadis ini.

"Cepat sembuh nak, maafkan kesalahan anak ibu, dia tidak sengaja melakukannya padamu," ujar Ayunda penuh kelembutan.

Tak sengaja telapak tangan Ayunda menyentuh lengan Niana, ia cukup terkejut merasakan bekas luka yang cukup banyak. Dilihatnya lengan itu untuk memastikan.

Ayunda semakin prihatin, ia yakin, sebelumnya kehidupan gadis ini cukup tidak baik.

Jordan, Lyly, dan Prince menatap Ayunda yang masih ada di dalam sana. Tampak jika wanita itu tengah memperhatikan kedua lengan Niana.

"Apa yang Ibu perhatikan?" tanya Lyly, sebelumnya ia tidak pernah melihat Niana dari jarak dekat. Jadi, ia tidak tahu apa yang ada pada gadis itu.

"Lengannya banyak bekas sayatan."

Lyly mau pun Jordan sama-sama tertegun. Banyak dari teman mereka mengalami hal yang sama. Dan semuanya disebabkan oleh depresi yang tak berkesudahan.

"Kasihan sekali," lirih Lyly membuat Jordan segera merangkul gadisnya.

"Untuk apa menyayat lengan?" tanya Prince, ia sama sekali tidak paham.

"Nanti kau tahu sendiri," jawab Jordan secara singkat. Hidup Prince terlalu flat, mana mungkin pria itu peka terhadap hal seperti ini.

Ayunda akhirnya keluar, wanita itu segera melepas kain hijau yang sebelumnya ia gunakan untuk menjenguk di dalam ruang ICU itu.

Kini giliran Lyly, mungkin ia akan sangat sebentar melihat Niana. Waktu jenguk sebentar lagi usai.

Kini Lyly sudah berdiri di samping Niana. Tatapannya segera tertuju pada lengan gadis itu. Benar apa yang dikatakan Prince, banyak bekas sayatan.

"Hidupmu pasti berat," ujar Lyly sambil mengusap lembut lengan Niana.

"Bangunlah, kau bisa menjadikan aku sebagai tempat berceritamu," ucapnya lagi. Semuanya sama, tidak ada balasan dari Niana. Di ruangan dingin ini hanya terdengar suara mesin penyambung hidup.

Tak berapa lama, waktu kunjungan telah usai. Seorang perawat mendatangi mereka untuk mengingatkan jika waktunya telah habis, bisa mereka lakukan di esok hari pada jam yang berbeda.

***

Jendra, pria itu dibuat gila oleh anaknya sendiri. Perusahaannya benar-benar bangkrut, Nina meninggalkannya entah ke mana. Dan anak sialan itulah yang membuatnya sampai seperti ini.

Jacob tidak terima jika ia gagal menikah, padahal, persiapan pernikahan yang mewah sudah ia siapkan sedemikian rupa. Namun, Niana justru kabur darinya. Sampai detik ini pun, mereka tidak mengetahui di mana Niana berada.

Dan mau tidak mau Jendra menjadi pelampiasan Jacob, pria itu mengambil seluruh harta Jendra sebagai bentuk ganti rugi juga tuntutan karena nama baiknya tercemar. Ia gagal menikah.

"Awas kau Niana, aku tidak akan melepaskanmu untuk yang ke dua kalinya," ucap Jendra dengan nada penuh dendam pada anaknya sendiri. Jeruji besi menjadi tempat tinggalnya sekarang, entah sampai kapan dirinya di sini.

***

1 minggu telah berlalu, Ayunda sudah kembali ke Canada untuk kembali pada suaminya. Pria itu melarang istrinya untuk pergi terlalu lama.

Prince kembali sendiri, padahal, ia masih merindukan sang ibu.

"Jordan, aku tidak bisa menjenguknya hari ini, aku minta tolong padamu untuk menjenguknya sekarang," titah Prince pada Jordan, sekretaris sekaligus sahabat dekatnya.

"Baiklah, setelah selesai memeriksa proposal ini aku akan pergi," jawab Jordan yang diangguki oleh Prince.

Tak sampai memakan waktu yang lama, Prince segera keluar dari gedung pencakar langit itu untuk segera menuju rumah sakit Niana berada. Semoga saja, keadaan gadis itu sudah membaik dari sebelumnya.

Sesampainya di ruangan Niana, di sana beberapa suster baru saja selesai memeriksa keadaan Niana.

"Ada apa, Sus? Apakah gadis ini sudah mulai sadar?" tanya Jordan sambil menatap ke dua suster itu.

"Sebelumnya beliau sudah sadar, Tuan, hanya saja sekarang beliau kembali tak sadarkan diri. Mungkin beberapa saat lagi beliau akan kembali sadar," jawab suster itu membuat Jordan tersenyum kecil.

"Baiklah, kalian bisa pergi, aku akan menunggunya nanti jika dia kembali sadarkan diri aku akan menghubungi kalian lagi," ujar Jordan yang diangguki oleh kedua suster ini.

Jordan sedikit kesal sebenarnya, kedua manusia itu selalu menatapnya dengan tatapan gatal. Sangat tidak profesional.

Jordan akhirnya memasuki ruang rawat Niana. 2 hari yang lalu Niana memang sudah dipindahkan ke ruang rawat VIP sesuai dengan perintah Prince. Hal itu Prince lakukan agar Niana mendapat perawatan yang lebih maksimal daripada pasien pada umumnya.

Jordan duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang Niana. Matanya menatap kasihan pada gadis yang masih belum sadarkan diri itu.

Ketika Jordan tengah menatap lekat ke arah Niana, tiba-tiba saja jari telunjuk Niana bergerak. Awalnya Jordan tidak menyadari hal itu, namun ketika ia mengedarkan pandangannya ke arah lain, ia bisa melihat dengan jelas jika jari-jemari lentik itu perlahan bergerak.

Jordan masih mematung, tidak percaya gadis itu sudah bisa bergerak walau sedikit.

Perlahan mata indah Niana terbuka, menampilkan netra birunya yang sangat indah.

Jordan masih diam, tubuhnya seakan terkunci oleh keindahan netra biru itu.

"Aku ... masih ... hidup...?"

Suara Niana terdengar sangat lirih dan berat, namun hal itu berhasil menyadarkan Jordan dari lamunannya. Pria itu segera bangkit untuk memanggil dokter.

Niana menatap penuh tanda tanya pada pria yang kelimpungan memanggil dokter, ia sama sekali tidak mengenal pria itu.

Dokter bersama beberapa tim medis berdatangan untuk memeriksa keadaan pasien mereka. Setelah sekian lama gadis itu koma, akhirnya kembali membuka mata.

"Nona, anda bisa melihat saya dengan jelas?" tanya seorang dokter pada Niana yang masih menatap sekitar penuh tanda tanya.

Niana mengangguk, tentu ia bisa melihat dengan jelas orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Tolong katakan sesuatu, nona," pinta dokter itu membuat Niana berpikir hendak mengeluarkan kata apa dari mulutnya.

"Aku di mana sekarang?" tanya Niana, dibandingkan tadi, kini suaranya lebih terdengar jelas meskipun belum seratus persen.

"Anda sekarang sedang berada di rumah sakit, beberapa waktu yang lalu anda mengalami kecelakaan cukup parah sehingga anda mengalami masa kritis dan koma beberapa waktu di sini. Apakah anda mengingat kejadian sebelumnya?" tanya dokter lagi, pria berjas putih itu ingin meyakinkan diri jika Niana memang tidak mengalami hal lain semisal gangguan ingatan, pendengaran, atau pun penglihatan.

Niana kembali terdiam, ia mencoba mengingat kejadian sebelumnya.

Sontak tubuhnya kembali mematung ketika mengingat jika dirinya telah kabur karena perjodohan sialan itu. Naas, kini dirinya malah terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.

Melihat reaksi Niana diam mematung dengan pandangan ke depan membuat dokter itu memintanya agar kembali istirahat.

Dokter serta beberapa tim medis kembali keluar dari ruangan Niana.

Pria yang sebelumnya berada di luar ruangan Niana kembali masuk setelah menghubungi sahabatnya. Yap, pria itu adalah Jordan.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Jordan pada Niana yang sedang melamun.

Sontak Niana menoleh ke arah Jordan, lalu ia menganggukkan kepala sambil sedikit tersenyum.

"Kau ... yang membawaku ke sini?" tanya Niana setelah cukup lama diam, hatinya sudah tak karuan sekarang. Takut, sedih, bahagia, semua menjadi satu.

"Bukan, sahabatku yang membawamu ke sini, karena dia juga yang telah membuatmu seperti ini. Mungkin sebentar lagi dia akan segera tiba," jawab Jordan cukup panjang lebar.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status