Istri Cacat sang Raja Arogan

Istri Cacat sang Raja Arogan

Oleh:  Naynis  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
58Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Gadis cacat adalah sebutan untuknya, dia tidak memiliki sihir seperti lainnya. Earwen Freya Laurels gadis yang lahir berbeda dengan putri Raja lainnya. Makian, gunjingan, dan tidak dihargai sudah menjadi makanannya. Puncak penderitaannya adalah ketika sang Ayah menikahkannya dengan King's-orang tertinggi di Esterlens. "Jangan pernah mencintai saya gadis cacat. Karena dicintai oleh kau adalah hal yang menjijikkan!" -Edmund Malviano Windsor. Tinggal bersama sang suami membuat hidup Earwen berubah, banyak hal yang baru diketahui. Masa lalu Edmund dan ramalan sang legenda.

Lihat lebih banyak
Istri Cacat sang Raja Arogan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ella Rayyan
suka sekali...
2023-08-07 14:59:48
0
user avatar
tna aini
bagus..mohon sambung lagi ceritanya
2023-07-19 20:23:10
1
user avatar
tna aini
mantap..kasi sambungan cerita nya ea..
2023-07-19 08:03:16
0
58 Bab
Prolog
Earwen Freya Laurels, gadis yang berdarah Loyren. Princess yang tidak dianggap dalam kerajaannya sendiri. Sedari kecil Earwen selalu bertanya kepada dirinya sendiri, untuk apa menyandang gelar Princess, sedangkan ia hanya menjadi figuran dalam istananya?Dalam ketidakharmonisan tersebutlah membuat jiwa Earwen terbentuk. Jiwa dingin dan tidak peduli akan bahaya untuk dirinya sendiri. Earwen tumbuh di bawah naungan Rose, wanita tua yang meluangkan waktunya untuk bermain dengan Princess non magic ini. Earwen bersyukur ia memiliki Rose. Rose sangat berperan penting dalam hidupnya. Disaat sang ibu yang menolak untuk mengajarkannya belajar dalam bidang militer maupun pendidikan justru Rose yang saat itu hanya pelayan rendahan dan buta huruf mengajarinya berbagai macam pembelajaran. Dia wanita tangguh yang berjalan kesana-kemari, meminta ke salah satu panglima kerajaan agar mengajarkannya cara memanah dan bermain pedang. Hingga umurnya menginjak dewasa, Earwen tumbuh tanpa kekurangan mater
Baca selengkapnya
Chapter 1 : Matchmaking?
"Nona Earwen, anggota kerajaan sudah menunggu anda di ruang makan," ucap Rose pelayan pribadi Princess Earwen.Pintu kamar sang Princess terbuka memperlihatkan sosok wanita cantik nan anggun itu keluar dari kamarnya. Princess Earwen tersenyum kecil kearah pelayan pribadinya. Sesampainya di ruang makan kerajaan, ia mendudukkan tubuhnya di kursi. Ia tersenyum kearah King dan Queen. "Maafkan hamba yang mulia ayahanda karena datang terlambat," ujar Princess Earwen.King Valiant tersenyum kecil dan mendentingkan sendoknya. Semua orang memakan hidangan yang tersedia dengan anggun dan tidak ada suara. Selesai makan biasanya akan ada jamuan kecil seperti mengobrol dengan meminum teh mint."Ehem!" dehem King Valiant.Semua orang di meja makan mendadak diam dan memasang telinganya karena sang Raja akan berbicara."Princess Earwen, ayahanda akan menjodohkanmu dengan King Edmund," ucapnya dengan santai.Mendadak semua orang berpaling ke arah Princess Earwen. "Eem ayahanda, kenapa menjodohkannya
Baca selengkapnya
Chapter 2 : Wedding
Suara alunan biola yang indah terdengar di aula kerajaan Hillary ditambah dengan keindahan bunga Anyelir pink disetiap sudut ruangan menambah kesan cantik. Tamu dari kerajaan lain sudah duduk ditempatnya masing-masing dan beberapa rakyat Hillary yang datang untuk menyaksikan Raja mereka yang akan mengucapkan ikrar suci pernikahan dihadapan Tuhan. Semua tamu serentak menggunakan pakaian dengan dress code berwarna putih yang melambangkan kesucian.King Hillary sudah gagah dengan baju rajanya. Dengan tatapan mata yang tajam ia terus menatap lurus pintu putih yang nantinya akan dibuka. Ceklek..Pintu tersebut terbuka dan menampakkan sosok wanita yang menggunakan gaun pernikahan berwarna putih dan penutup kepala yang senada. "Nona Earwen anda sudah siap?" tanya Briana pelayan pribadi princess Earwen.Earwen mengangguk ia menatap lurus ke depan yang sudah ada King Edmund yang akan menggandengnya untuk menghadap pendeta, sekaligus orang yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.Princess E
Baca selengkapnya
Chapter 3 : Sampanye
Earwen sudah anggun dengan setelan dress selutut dan sepatu yang senada, dengan tatanan rambut heart bun menambah kesan elegan tapi sederhana, sangat cocok dirambut Earwen yang berwarna coklat keemasan. Briana menatap kagum kearah ratunya. "Lady anda sangat cantik," ucap Briana dengan kagum melihat penampilan Earwen.Earwen tersenyum malu. "Terimakasih Briana." Earwen berjalan dan diikuti Briana dari belakang, salah satu prajurit membukakan pintu taman kerajaan Hillary karena agenda hari ini adalah minum teh bersama. Sejak kemarin Earwen tidak melihat sosok orang tua King Edmund, yang ia tahu ibu king Edmund sudah tiada tapi kemana perginya Raja Hillary terdahulu itu? Earwen tidak berani bertanya, biarkan nanti ia mendengar kabar gosip dari beberapa pelayan. "Oh astaga kamu menantu cucuku?" tanya wanita tua yang masih kelihatan cantik.Earwen tersenyum dan mencium tangan wanita tua tersebut. "Ya ampun kamu pasti tidak mengenaliku, aku Queen Belinda ibunda King Arthur, ayah Edmund,
Baca selengkapnya
Chapter 4: Agreement
"Dengan apa tuan?" tanya Earwen dengan polosEdmund memiringkan kepalanya, matanya menatap Earwen yang sama sekali tidak ada pergerakan, ia tersenyum smirk dan memajukan kepalanya hingga desiran nafas Earwen mengenai kulit mukanya, ia mulai memajukan sedikit demi sedikit hingga bibir mereka saling bersentuhan. Edmund membelalakkan matanya dan melepaskan bibirnya ia langsung berlalu pergi meninggalkan Earwen. Ada apa dengan dirinya, bagaimana bisa ia kebablasan? ini semua salah sampanye itu. Edmund mengguyurkan seluruh badannya dengan air dingin untuk merendamkan pengaruh alkohol tadi. selesai dengan mandinya Edmund berjalan kearah tempat tidurnya. Netranya menatap Earwen yang sudah terlelap tapi masih menggunakan sepatunya. Edmund berjalan dan melepaskan sepatu tersebut dari kaki Earwen, ia kemudian membenarkan posisi tidur Earwen dan menarik selimut hingga menutupi setengah tubuh Earwen. Edmund merebahkan tubuhnya di samping Earwen, dirinya tidak akan tidur di sofa ataupun kamar l
Baca selengkapnya
Chapter 5: Archery and Magic
Tok..tok..tok"Lady anda dipanggil yang mulia ibu suri," ucap Briana.Earwen menatap pantulan dirinya di cermin, sejak tadi ia hanya berdiam diri tidak tau ingin melakukan apa. Hillary sangat asing baginya, suasana baru membuat Earwen harus beradaptasi lagi."Dipanggil untuk apa Briana?" tanyanya.Briana menggeleng. "Saya tidak tahu lady." "Yasudah, antarkan saya." Briana mengangguk dan mengikuti langkah Earwen di belakang dengan pandangan menunduk, sesekali Briana menatap sekelilingnya. "Disitu lady tempatnya." Earwen menatap tempat yang ditunjukkan Briana, pusat pelatihan alat panah. Earwen bergegas masuk kedalam. Netranya melihat Belinda yang tengah menikmati teh mint, kemudian Earwen menghampirinya dan memberi penghormatan nya. "Grandma memanggil saya?" tanya Earwen."Iya, kamu pasti bosan bukan Earwen?" Earwen tersenyum kecil dan mendudukkan tubuhnya, "Saya tidak tahu harus melakukan apa." "Edmund belum memberikan tugas Queen kepadamu Earwen?" "Belum grandma." Belinda me
Baca selengkapnya
Chapter 6: Weird Drink
Suara burung hantu dan semilir angin malam menemani Earwen yang tengah duduk termenung disamping balkon. Earwen menekuk kedua kakinya, mata hazelnya menatap gemerlap bintang di langit. Pikiran Earwen meleset jauh, ia bertanya-tanya kemana perginya Edmund. Sejak kejadian tadi siang ia tidak melihat Edmund hingga sekarang Edmund bahkan tidak kembali ke kamarnya. Ah Earwen tahu ia tidak boleh mencampuri urusan pribadi Edmund seperti yang tertulis di perjanjiannya dengan Edmund tapi, bolehkah ia mengkhawatirkannya? setidaknya sebagai seorang istri Edmund, walaupun gelar istri itu sementara tapi Earwen ingin menghargai Edmund sebagai suaminya pertama dan terakhir. Earwen tidak berniat menikah lagi jika suatu saat Edmund menendangnya dari Hillary. Ceklek.. Suara decitan pintu mengalihkan pandangan Earwen dan sosok yang ia cari sedari tadi kini tengah berdiri memunggunginya. Earwen beranjak dari posisinya. "Yang mulia, apa anda sudah makan malam?" ucap Earwen. Karena tadi ia tidak melihat
Baca selengkapnya
Chapter 7: Untitled Book
Suara kicauan burung membangunkan Earwen yang tengah terlelap, ia kemudian melirik ke arah ranjang dan melihat Edmund yang masih tertidur. Earwen kemudian bangkit dari posisinya dan berjalan masuk ke kamar mandi. Sekitar 20 menit ia menyelesaikan ritual mandinya tanpa bantuan Briana, Earwen sudah cantik dengan gaun berwarna hitam dan dipadukan dengan sepatu flat.Matanya menatap ke arah Edmund yang masih juga tertidur, ia hendak menyiapkan pakaian Edmund namun Earwen kembali mengurungkan niatnya, pernikahan ini hanya sementara dan dirinya tidak perlu membangun citra yang indah di depan Edmund karena dimata Edmund, Earwen hanya wanita cacat. Earwen tersenyum kecut mengingat perkataan Edmund tadi malam.Earwen tidak tahu kenapa ia harus dipandang sebelah mata karena tidak memiliki sihir, sedangkan ada beberapa orang di Hillary juga yang sama sepertinya, mungkinkan karena ia berdarah bangsawan dianggap tidak sempurna jika tidak memiliki sihir?Earwen kemudian melenggang pergi, di depan p
Baca selengkapnya
Chapter 8: Horse Riding
"Grandma ingin menyerahkan ini kepada kalian, sebagai hadiah untuk pernikahan kalian," ucap Belinda seraya menyerahkan sepasang cincin kepada Edmund dan Earwen."Cincin ini merupakan cincin turun temurun dari leluhur kita yang dulu, grandma ingin kalian memasang cincin ini dijari kalian masing-masing," sambungnya.Edmund menatap dua cincin tersebut, ia kemudian mengambil satu cincin tersebut dan menyematkan di jempolnya karena, jari manisnya sudah terisi kan cincin pernikahannya.Earwen mengambil cincinnya dan menyematkannya di telunjuknya. "Terimakasih Grandma," ucap Earwen."Oh ada satu lagi, ini untukmu Earwen. Spesial!" ucap Belinda dan menepuk tangannya.Pengawal datang dengan seekor kuda poni dewasa berwarna putih. Mata hazel milik Earwen berbinar melihat kuda poni tersebut."Kuda poni untukmu Earwen," ucap Belinda.Earwen bangkit dari duduknya dan mendekati kuda tersebut, ia kemudian mengelus pelan surai putih milik kuda tersebut. "Dia sangat cantik, terimakasih Grandma," ucap
Baca selengkapnya
Chapter 9: About Edmund
Earwen terbangun dari tidurnya ketika seseorang membelai pipinya, netranya membelak kaget ia lantas mundur kebelakang."Tidak kusangka keturunan darah biru tidak mempunyai sihir," kekehnya pelan.Nafas Earwen naik turun melihat sosok yang didepannya–Galadriel. Penyihir hitam yang lumayan ditakutkan oleh sebagian penduduk Esterlens."Kau tau siapa aku?" tanyanya."Apa yang kau lakukan disini?" tanya balik Earwen tanpa membalas pertanyaan Galadriel.Galadriel tersenyum misterius, matanya menatap ke arah ranjang yang berisikan Edmund yang masih terlelap. "Oh aku hanya menyapamu, apa itu tidak boleh? Saya juga masih bagian keluarga Hillary," ucapnya dan hendak menyentuh rambut coklat milik Earwen."Cih! Sejak kapan kau bagian dari Hillary? Kau hanya seorang penghianat."Galadriel menoleh dan tertawa melihat Edmund menarik Earwen dibelakangnya. "Oh ya ampun cucuku, kau sudah besar." Mata itu, mata yang dilihat Earwen saat penyerangan tiba-tiba Galadriel saat ia memanah bersama Belinda. Ma
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status