Share

Chapter 5: Archery and Magic

Tok..tok..tok

"Lady anda dipanggil yang mulia ibu suri," ucap Briana.

Earwen menatap pantulan dirinya di cermin, sejak tadi ia hanya berdiam diri tidak tau ingin melakukan apa. Hillary sangat asing baginya, suasana baru membuat Earwen harus beradaptasi lagi.

"Dipanggil untuk apa Briana?" tanyanya.

Briana menggeleng. "Saya tidak tahu lady."

"Yasudah, antarkan saya."

Briana mengangguk dan mengikuti langkah Earwen di belakang dengan pandangan menunduk, sesekali Briana menatap sekelilingnya.

"Disitu lady tempatnya."

Earwen menatap tempat yang ditunjukkan Briana, pusat pelatihan alat panah. Earwen bergegas masuk kedalam. Netranya melihat Belinda yang tengah menikmati teh mint, kemudian Earwen menghampirinya dan memberi penghormatan nya.

"Grandma memanggil saya?" tanya Earwen.

"Iya, kamu pasti bosan bukan Earwen?"

Earwen tersenyum kecil dan mendudukkan tubuhnya, "Saya tidak tahu harus melakukan apa."

"Edmund belum memberikan tugas Queen kepadamu Earwen?"

"Belum grandma."

Belinda mengangguk, Edmund pasti belum sepenuhnya memercayai Earwen.

"Grandma suka melihat prajurit berlatih panah?" tanya Earwen penasaran.

"Yah, saya suka memanah dahulu. Sekarang untuk menarik busur saja saya sudah tidak kuat," ucap Belinda dengan tertawa.

"Saya juga suka memanah," ucap Earwen sambil meminum tehnya.

"Kau suka memanah? Wah jarang sekali seorang Princess menyukai memanah."

Earwen tersenyum. "Saya belajar memanah untuk menjaga diriku, jika suatu saat ada bahaya tapi ternyata saya menyukai kegiatan tersebut."

Belinda merutuki dirinya sendiri, tentu saja Earwen berbeda dengan princess lain, mereka mempunyai sihir berbeda dengan Earwen.

"Bolehkah Grandma melihat Earwen memanah?"

Earwen mengangguk. "Boleh Grandma," ucapnya dengan sumringah.

Earwen menggelung tinggi rambutnya agar tidak menutupi penglihatannya, salah satu prajurit menyerahkan busur dan panah ke Earwen.

"Terimakasih," ucap Earwen.

"Terimakasih kembali yang mulia," ucap prajurit tersebut dan undur diri.

Earwen menatap tajam kearah apel yang ada dia atas pohon. Ia kemudian menarik busur tersebut dan–

Srett..

Apel tersebut menggelinding dengan panah yang menancap di dagingnya.

Belinda bertepuk tangan girang menatap aksi Earwen. Benar-benar dirinya seperti merasakan dejavu, melihat Earwen seperti melihat dirinya sewaktu muda dulu. Ah!

"Wah Earwen, kamu sangat hebat," ucap Belinda dan menghampiri Earwen.

"Kau sering berlatih?" tanyanya.

"Iya Grandma saya sering melakukannya hampir setiap hari."

Belinda tersenyum lebar. "Kalau begitu kau boleh menggunakan ruangan khusus berlatihku saja dahulu."

"Kebetulan ruangan itu tidak digunakan lagi, Edmund tidak mau menggunakannya sedangkan Daisy dia juga tidak mau dengan alasan ada sihir." lanjut Belinda dengan lesu.

"Suatu kehormatan bagi saya grandma, terimakasih."

Belinda mengangguk. "Oh kau ingin melihat sesuatu yang indah?"

Earwen mengerjapkan matanya lucu. "Apa itu?"

Belinda mengambil satu anak panah dan menggerakkan tangannya membentuk pola aneh, percikan orange keluar dari tangannya.

Earwen yang melihat Belinda bermain sihir hanya bisa menatap kagum, pasalnya ini pertama kalinya Earwen melihat seseorang menggunakan sihir dihadapannya langsung, sebelumnya ia hanya melihatnya dari jauh.

"Sudah siap, nih coba kamu tembakan ke atas." perintah Belinda.

Earwen menatap anak panah tersebut yang ujungnya berwarna seperti glitter orange.

"Tidak Grandma, itu mungkin bisa melukai seseorang," tolaknya halus.

Belinda tertawa. "Haha kau lucu sekali Earwen, percaya kepadaku jika kau menarik panah ini keatas sesuatu yang indah akan muncul."

Awalnya Earwen ragu, ia kemudian menarik busurnya keatas dan betapa terkejutnya panah tersebut berubah menjadi bunga primrose yang jatuh seperti air hujan. Earwen tersenyum lebar hingga kedua lesungnya terlihat, Belinda yang melihatnya ikut tersenyum. Tanpa mereka sadari sedari Edmund mengamati gerak gerik yang Earwen dan Belinda lakukan tadi, dengan sorot mata yang tajam ia melihat Earwen yang tengah menengadahkan tangannya agar bunga primrose tersebut jatuh ke tangannya, Earwen kemudian mencium aroma harum bunga tersebut. Belinda menyelipkan bunga primrose tersebut di telinga Earwen. Adegan tersebut tidak luput dari pandangan Edmund.

"Yang mulia, anda harus bertemu seseorang," ucap Jack dengan hati-hati.

"5 menit lagi Jack."

Jack mengangguk mengerti ia kemudian ikut serta melihat apa yang tengah dilihat Raja Hillary tersebut.

Sudut bibir Edmund hendak menarik keatas tetapi.

Prangg..

Percikan silver mengenai pohon palem yang ada disamping Earwen dan Belinda berdiri tadi. Sontak, Edmund langsung berlari dan merengkuh tubuh milik Earwen kearahnya. Jack juga ikut serta melindungi Belinda dan membawanya pergi, para prajurit sudah mengambil ancang-ancangnya masing-masing.

Edmund kemudian membawa pergi Earwen dari sana, dengan bantuan sihir Edmund mereka sudah sampai dikamar milik Edmund.

Earwen menatap bingung bola mata Edmund, Edmund memiliki bola mata hitam pekat tapi yang ia lihat sekarang bola mata tersebut berganti warna menjadi merah menyala.

"Yang mulia, mata anda?" ucap Earwen.

Edmund menatap tajam netra milik Earwen dan meninggalkan begitu saja tanpa membalas pertanyaan Earwen.

Earwen menatap bingung, ada apa ini? bukan karena percikan silver tadi karena Earwen tahu itu pasti milik Galadriel. Tapi yang membuatnya bingung bola mata milik Edmund yang berubah.

"Lady!" ucap Briana dengan histeris.

"Anda tidak apa-apa? anda tidak terkena sihir milik Galadriel bukan?"

"Aku baik-baik saja Briana," ucap Earwen sambil tersenyum.

"Ah ya Briana, apa tadi kau melihat yang mulia raja selepas keluar dari sini?"

"Tidak lady, kenapa?"

"Tidak apa-apa, yasudah kamu boleh kembali menyelesaikan tugasmu Briana dan jangan takutkan tentang tadi."

Briana mengangguk dan memberi penghormatan kepada Earwen dan berlalu pergi.

Earwen menatap pintu ruangan yang tertutup tersebut. Ia kemudian berjalan kearah balkon kamarnya, netranya menatap kearah Edmund yang tengah berbicara dengan Jack dengan wajah dinginnya. Sebenarnya apa masalalu Edmund?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status