Share

Chapter 4: Agreement

"Dengan apa tuan?" tanya Earwen dengan polos

Edmund memiringkan kepalanya, matanya menatap Earwen yang sama sekali tidak ada pergerakan, ia tersenyum smirk dan memajukan kepalanya hingga desiran nafas Earwen mengenai kulit mukanya, ia mulai memajukan sedikit demi sedikit hingga bibir mereka saling bersentuhan. Edmund membelalakkan matanya dan melepaskan bibirnya ia langsung berlalu pergi meninggalkan Earwen.

Ada apa dengan dirinya, bagaimana bisa ia kebablasan? ini semua salah sampanye itu.

Edmund mengguyurkan seluruh badannya dengan air dingin untuk merendamkan pengaruh alkohol tadi. selesai dengan mandinya Edmund berjalan kearah tempat tidurnya. Netranya menatap Earwen yang sudah terlelap tapi masih menggunakan sepatunya. Edmund berjalan dan melepaskan sepatu tersebut dari kaki Earwen, ia kemudian membenarkan posisi tidur Earwen dan menarik selimut hingga menutupi setengah tubuh Earwen.

Edmund merebahkan tubuhnya di samping Earwen, dirinya tidak akan tidur di sofa ataupun kamar lain karena ini adalah tempat tidurnya. Adanya Earwen tidur disampingnya itu tidak akan merusak tidurnya.

Jam berdentang, detik terus berjalan hingga waktu menunjukkan pukul satu. Earwen terbangun dari tidurnya, kepalanya sangat pening mungkin efek sampanye itu. Earwen mengedarkan pandangannya, ini kamar king Edmund, sontak Earwen menutup mulutnya ia shock ditambah sosok yang tengah tidur disampingnya. Apa yang telah dilewatkannya, Earwen mencoba mengingat lagi kejadian sehabis ia pulang di perjamuan tadi tapi hasilnya ia tidak mengingatnya.

Earwen kembali merebahkan tubuhnya, ia melirik ke arah king Edmund yang tengah terlelap. Tangannya menggantung di udara membuat lukisan abstrak di wajah  Raja Hillary tersebut. Earwen tidak percaya ia akan menikah, apalagi menikahi raja. Ia tersenyum menatap dari samping wajah suaminya, Edmund memiliki wajah yang nyaris sempurna dengan alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis kemerahan, kulit putih dan  sorot mata yang tajam menambah kesan bahwa ia sosok Raja yang tegas.

Pergerakan dari Edmund membuat Earwen segera menutup matanya. Ia kemudian mengintip sedikit, Earwen mengernyitkan dahinya melihat pelipis Edmund yang dipenuhi keringat, ia kemudian menyentuh pelan pipi Edmund, "Astaga dingin" gumamnya

Wajah Edmund berubah menjadi gelisah, sepertinya ia mimpi buruk. Earwen mengusap pelan surai hitam milik King Edmund dan menenangkannya dengan nyanyian.

Serasa sudah tenang, Earwen berbaring kembali dengan posisi menghadap Edmund. Ia mulai menutup matanya untuk menggapai mimpinya kembali

👑👑👑

Suara kicauan burung terdengar di balik jendela berwarna putih tersebut, namun, kicauan burung tidak membangunkan kedua pasutri tersebut yang masih terlelap dengan posisi berpelukan.

tok..tok..tok

"Maaf yang mulia raja, hari sudah esok" panggil asisten king Edmund yang bernama Jack

Edmund menyipitkan matanya ketika bertatapan dengan cahaya matahari. Ia hendak bangun tapi terasa berat karena kepala Earwen yang bertangkup di dadanya. Edmund menghentakkan dadanya hingga Earwen terbangun.

"Apa yang kau lakukan bodoh? berani sekali kau menyentuhku hah?!" ucap Edmund dengan sengit

Earwen menundukkan kepalanya tidak berani menatap kilatan marah di mata Edmund.

"Maaf yang mulia, lain kali saya akan berhati-hati lagi"

"Cih, kau itu sudah bodoh tidak punya kekuatan. Bagaimana bisa kau menjaga dirimu sendiri haha" ejek Edmund

Earwen tidak membalasnya karena yang diucapkannya benar, ia hanya benalu.

"Cepat enyah kau dari hadapanku" titahnya

Earwen langsung bangkit dan memberi penghormatan kepada Edmund dan segera berlalu pergi. Didepan pintu ia sempat berpapasan dengan Jack yang menyapanya tapi tidak dipedulikan oleh Earwen, ia ingin cepat-cepat kembali ke kamarnya.

Sesampainya dikamarnya, Earwen langsung mengunci pintu kamarnya, tubuhnya merosot kebawah, air matanya ikut mengalir. Ini baru permulaan hidupnya tapi ia sudah selemah ini, Earwen mengusap air matanya dan berdiri.

"Kamu pasti bisa Earwen, tunggu sampai waktunya kamu bisa bebas dari jeratan neraka ini" gumamnya

Earwen berjalan masuk ke kamar mandi.

👑👑👑

Suara dentingan sendok terdengar, mereka menyantap Creme Brulee dengan khidmat, kecuali Earwen yang hanya memakannya sedikit berbanding terbalik dengan Daisy sudah menghabiskan dua cup dessert tersebut.

"Earwen apakah kau tidak menyukainya?" tanya Belinda

Earwen tersenyum kikuk ketika semua mata melihat kearahnya, apalagi tatapan mata Edmund yang seakan merendahkannya.

"Wajar lah grandma, kakak ipar kan sudah biasa makan-makanan rakyat jelata" cibir Daisy

Belinda menatap sinis Daisy, "Apakah seperti ini caramu menghormati kakak iparmu Daisy? kamu itu keturunan raja tapi attitude-mu nol besar, dibandingkan dengan rakyat jelata yang tadi kau bicarakan, mereka lebih baik" 

"Maaf grandma"

"Jangan meminta maaf kepadaku, meminta maaflah ke kakakmu"

Daisy menunduk, "Maaf kakak ipar"

"Iya tidak apa-apa" Earwen tersenyum kecil, matanya tidak sengaja menatap mata Edmund yang sangat tajam itu, Earwen langsung menundukkan pandangannya.

Edmund bangkit dari tempatnya kemudian berjalan kearah Earwen dan membisikkan sesuatu, "Datanglah keruanganku gadis bodoh" bisik Edmund

Belinda yang melihat Edmund berbisik kearah Earwen, menaikkan alisnya satu, ia tidak akan ikut campur urusan pernikahan orang terkecuali jika itu sudah sangat diambang batas ia akan ikut campur.

Edmund memberi hormat kepada Belinda dan diikuti oleh Earwen.

Earwen mengikuti langkah Edmund, hingga sampailah mereka di tempat kerja milik raja Hillary tersebut. Edmund mempersilahkan Earwen masuk. Earwen mengedarkan pandangannya melihat ruangan ini, aura disini sangat menakutkannya.

Brakk..

Earwen terperanjat kaget, ketika Edmund membanting pintu dengan kasar.

Edmund melemparkan dokumen tepat diwajah Earwen, "Cepat tanda tangani itu" ucapnya sambil duduk di kursi kebesaran miliknya

"Apa ini yang mulia" tanya Earwen dengan was-was

"Surat perjanjian"

Earwen menatap dokumen tersebut dan membukanya, disitu tertulis

1. Pihak 1 (Edmund) berhak melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa harus minta persetujuan pihak 2 (Earwen)

2. Pihak 2 tidak boleh mencampuri urusan pribadi pihak 1

3. Pihak 2 harus selalu meminta izin kepada pihak 1 apabila ingin melakukan sesuatu di luar kerajaan

4. Pihak 1 dan pihak 2 tidur di satu tempat, tetapi, pihak 2 tidur di sofa yang terdapat dikamar

5. Pihak 1 tidak akan mencampuri urusan pribadi pihak 2

Perjanjian ini berlaku sampai pihak 1 menggugat pihak 2.

Earwen tersenyum miris saat membaca kata terakhir di perjanjian tersebut. Ternyata Edmund tidak akan mempertahankannya terlalu lama.

"Yang mulia, kalau boleh saya bertanya apa alasan anda menikahi saya?" tanya Earwen dengan berani

Edmund mendengus dingin, "Agar rakyatku tidak mengecapku seorang homo"

Earwen nyaris tertawa mendengar alasan yang dilontarkan Edmund. Oh astaga ternyata hanya ini ia harus ditukar keluarganya dengan emas dan warior.

"Cepat tanda tangani itu bodoh"

Earwen langsung menandatangani perjanjian tersebut dan berlalu pergi dari ruang kerja Edmund.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status