Share

ISTRIKU BOCAH
ISTRIKU BOCAH
Author: A.jay

Bab 1

"Gimana malam pertamanya, Dan?"

Dari dapur rumah mertuaku ini, bisa kudengar dengan jelas suamiku yang masih duduk dimeja makan bersama mamanya, tersedak.

Mungkin dia bingung mau cari alasan apa sama mamanya karena malam tadi tidak terjadi apa-apa diantara kami. Bagaimana mau terjadi apa-apa orang ngeliat aku aja kayaknya dia ogah. sudah melihat seperti taik cicak saja dia. Kadang bergidik, kadang meletin lidah. Persis lagi melototin najis.

Astaghfirullah!

"Masih aman."

"Maksudnya, Dan?" jelas sekali mama mertuaku penasaran dengan jawaban singkat anaknya.

"Masih segel."

Aku meneguk ludah. Rupanya selain menyamakan aku dengan taik cicak, suamiku juga menyamakan diriku dengan tutup galon Aqua?

"Hah? kenapa ga dibuka segelnya, sih Dan?" dari sini terdengar, suara mertuaku ingin mengintrogasi anak sulungnya yang sok kegantengan itu.

Ya,  bisa dimaklumi kalau mertuaku sedikit kepo dan usil tentang malam pertama anaknya. Karena katanya, beliau sudah sangat menginginkan cucu, tapi, ya...

gimana, ya, calon bapaknya aja belum siap. Aku mah sebenarnya pasrah aja, ehh!

"Geli, ma." suamiku menyahut dengan sangat ringan pertanyaan sang mama. Membuat ku menajamkan pendengaran, lagi dan lagi.

Gimana nggak, bukankah mereka sedang ghibah? ngomongin aku?

"Kenapa geli?"

What's? apa dia bilang barusan? geli dia bilang? memang nya ulet bulu?

"Masih bau kencur begitu."

Deg!!!

Perasaan aku wangi, cuma kalau didapur begini aja kadang bau bawang. Tapi kalo di kehidupan sehari hari aku wangi kok. Deodorant dan pewangi pakaian selalu menemani hari hariku. Bagaimana mungkin dia mengatakan aku bau kencur. Kayaknya dia perlu dites swab hidungnya biar penciuman tajam.

Aku melintir jemari dengan kaku, duh jadi pendengar yang setia sekaligus jadi bahan ghibah ternyata rasanya kayak gini ya?

Susah untuk dijelaskan pakai kata-kata.

Aku yang sedari bangun tidur belum mandi, memaksa diri untuk meninggalkan dapur dan berjalan cepat menuju kamar. Melewati dua orang  yang tengah membicarakan diriku sedari tadi.

"Tuh liat, tuh bocah nggak punya sopan santun. Gimana Mama bisa nyuruh aku bercocok tanam sama dia?"

Apalagi itu yang dibahas? bercocok tanam? memangnya aku tumbuh-tumbuhan? atau aku bibit unggul benih jagung hibrida? aku cuma manusia biasa yang memerlukan kasih sayang.

"Eh, ngomong apa sih?"

"Sabar, Daniel... sekarang dia sudah jadi tanggung jawab mu."

Mas Daniel menghela napas berat, seolah menikah dengan ku adalah kutukan Malin Kundang yang menyiksa diri nya.

****

"Pokoknya malam ini harus berhasil ya,

put."

"Insyaallah ya, ma."

Aku meraih dengan wajah pasrah lingerie seksi yang di ulurkan mertuaku sore ini. Saat Mas Daniel sedang sibuk memancing, mengisi waktu cuti dengan pekerjaan yang membosankan itu.

Padahal istri butuh kasih sayang di rumah, eh malah milih ngurusin pancing dan kail.

Parah!

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya malam mendebarkan pun tiba.

Aku buru-buru mengambil lingerie dari dalam lemari pakaian begitu Mas Daniel memasuki kamar mandi. Membasuh tubuhnya setelah dari aktivitas memancing yang membuat nya seperti lupa waktu dan lupa kalau dirumah punya istri.

Benarkah dia lupa? ah entah lah, rasanya akan lebih tepat, kalau aku menyebut diriku sebagai istri yang tak dianggap.

Menyedihkan bukan!

Menyadari pintu kamar mandi hampir terbuka, membuat jantung ku berolahraga dengan cepat, bagaimana tidak. Saat ini aku sudah memakai pakaian yang lebih parah dari penyanyi dangdut.

Duh, seharusnya aku lari bersembunyi, atau diam saja menunggu respon nya?

Sumpah aku nggak pede berhadapan kali ini. Ya Tuhan bantu aku.

"Astaga! Putri!" Mas Daniel berseru lantang dengan mata membulat sempurna begitu dirinya keluar dari kamar mandi.

Kalau dia terkejut, aku pun tak kalah terkejutnya, bagaimana tidak handuk nya ikut terjatuh saat dia berteriak barusan.

Ya, ampun mataku sudah ternoda sekarang, hilang semua kepolosan aku jadinya.

Kalau sudah begini apakah akan terjadi peperangan selanjutnya?

Sebenarnya kalau sudah basah harusnya sekalian nyebur ya, kan? tapi enggak tau deh ini nasib kami kedepannya gimana.

Jadi malam pertama nya nggak ya, kira-kira?

Dengan perasaan yang tak karuan dan hati yang makin deg-deg an, aku buru-buru memalingkan wajah dan membalikkan badan berharap Mas Daniel tak melihatku. Begitu melihat sesuatu yang berbeda dari dalam Mas Daniel.

Iya, sesuatu yang berbeda, tanpa aku jelaskan pun kalian sudah apa itu ya, kan?

Eh, tunggu-tunggu apa tindakan ku tepat? bukannya itu rezeki nomplok ya kalau kita melihat itu?

Ya salam, kok jadi galau begini sih? kira-kira dia lagi ngapain sih sekarang? intip dikit boleh?

Dengan hati berdebar aku sedikit memicingkan mata saat menoleh pada dirinya yang tampil apa adanya.

Iya.... ada apanya! Ya Allah, ini pertama kali nya aku melihat bentukan aneh seperti itu.

Awas... jangan traveling lagi otak aku ini!

"Jangan coba-coba balik badan! Atau...?"

Aku mendengus pelan, rasa nya dia yang salah, kok jadi dia yang marah, aneh bukan?

Siapa yang suruh dia jatuhin handuk, nggak ada kan?

Apa maksudnya .... Dia ngancam mau bikin aku hamil dan punya dedek bayi? Lah...kan memang itu tujuan awal ku. Eh, salah tujuan Mama mertuaku.

Aku mengurungkan niat untuk curi-curi pandang begitu kena semprot, serem juga dia kalau marah bikin naik bulu kuduk merinding.

"Sudah belum?"

"Belum, berdiri aja disitu!"

Loh, kok kayak main petak umpet? kalau begini ceritanya kapan main perang-perangan coba?

Aku berdiam diri cukup lama dengan posisi membelakangi suamiku, tak berani  menoleh takut diamuk, kalau ngamuknya dalam bentuk lain nggak apa-apa. Nah, kan kalau ngamuk beneran dan terjadi adu jotos, nggak mau... ogah ah, takut.....

"Sudah!"

Tuh, kan persis lagi main petak umpet?

Aku membalik badan pelan pelan

What's?

Ya ampun! Kenapa dia sudah pakai baju?

"Mas, kok kamu? Lidahku mendadak kayak keseleo

"Apaan?"

Aku menggeleng pelan

"Kamu tuh, ngapain pakai baju begitu? Beli dimana?" Suamiku memandangku dengan tatapan menyepelekan, padahal dalam hati siapa yang tau. Bisa jadi dia tergoda kan? Nyatanya tadi dia sampai salah tingkah begitu.

"Beli di---?

Ya Allah harus kah aku berkata jujur?

"Eh udah, nggak penting beli dimana?" Mas Daniel memotong cepat ucapan ku sebelum merebahkan diri diatas ranjang yang menjadi saksi sepasang pengantin baru cuma tidur bersama tanpa melakukan apa-apa.

"Mas, umur kamu kan sudah 35?" Aku menyusul dirinya berjalan menuju ranjang dengan langkah ragu.

"So!" Suamiku menaikkan sebelah alisnya seraya menarik selimut setelah tubuh gagahnya dibaringkan di tempat tidur berukuran king size ini.

"Kamu nggak pengen gitu punya?" Aku menjatuhkan diriku dibibir ranjang dengan canggung.

"Apa?"

"Baby!"

Mas Daniel tertawa lebar, gigi nya yang putih dan rapi membuatku resah dan meleleh.

"Belum ketemu calon ibu yang cocok."

Aku membelalakkan lebar lebar, menatapnya lekat-lekat.

Jadi, selama ini kamu menganggap aku apa Mas? Calon pembantu? Aku ini calon dari anak-anak mu Mas, calon ibu lebih tepatnya. Eh... apa jangan-jangan dia nggak normal ya?hmmmm, aneh nggak sih...

"Eh... udah lah yuk tidur! Udah malam"

"Langsung tidur gitu?"

"Iyalah, emang mau ngapain kamu?"

"Ya.....ngapain gitu kek."Aku membalas pertanyaan yang sebenarnya retorika sambil memilin jari yang kaku, takut salah sih sebenarnya.

"Bikin baby? Ngimpi?" Dia tergelak tanpa perasaan.

Sudah seperti jablay saja aku kan, padahal bukan aku yang pengen punya baby, tapi mama mertua. Tapi kenapa aku yang nyesek ditolak seperti ini?

"Satu lagi, ganti baju mu sana! Geli aku liatnya, ntar kalau masuk angin aku yang repot." Mas Daniel memperingatkan aku sebelum benar-benar tidur.

"Kenapa kamu yang repot mas?"

Mas Daniel berdecak sebal.

"Pake nanyak lagi! ya aku yang disalahin sama mama kalau kamu sakit, nanti dibilang suami nggak pinter jaga istri!"

Huh! Dasar, rupanya itu alasannya.

*********

Hai... bantu support dan follow ya para pembaca dan pemirsa. terimakasih

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status