Share

BAB 5. ISTRI BAYANGAN

Sementara Kemal pergi, Farhana pun bergegas masuk ke kamar dengan pikiran bertanya-tanya. “Dia menyindir siapa?” gumamnya mengingat ucapan Kayshan tadi.

Kegusaran hati membuatnya langsung menarik hijab dan melempar asal ke lantai. Dia tak menyadari bahwa pintu biliknya belum menutup sempurna.

Saat tengah mengatur napasnya yang cepat karena emosi sembari mencoba melucuti gamis panjangnya, Farhana kemudian dikagetkan dengan pantulan diri Kayshan yang dia lihat di cermin.

Perempuan itu berbalik setelah cepat-cepat menarik kembali resletingnya.

"Jangan mendekat!" titah Farhana sembari berusaha meraih hijabnya lagi.

Namun, Kayshan seolah terpaku dan merangsek masuk, menabrak tubuhnya hingga terdorong ke arah ranjang dan jatuh melentang di sana.

"A-abang. Ini aku," cicit Farhana dilanda gugup melihat tatapan Kayshan yang tidak biasanya.

Farhana memang istrinya. Dia juga tidak akan menolak apabila sang suami meminta hak tersebut. Namun, dia takut Kayshan menganggap dirinya Elea ketika mereka melakukan itu.

Mata Farhana memejam ketika tangan besar Kayshan membingkai wajahnya. Dia tidak memungkiri, jika degup jantung ikut memacu cepat hingga membuat pipinya bersemu karena perlakuan lelaki itu.

Namun, ketika dia kembali mengingat akan ketakutannya dijadikan bayangan Elea, mata Farhana seketika berembun. Kesedihan perlahan terasa.

“A-abang, sadar!” Farhana berteriak dengan mata memejam. “A-aku bukan Elea!”

Seketika itu, tiba-tiba Kayshan berhenti. Dia kembali memandang wajah ayu tanpa make up itu. Tak lama, sang CEO langsung bangun berdiri sambil mengusap wajahnya kasar, dan menatap Farhana dengan ekspresi ketidakpercayaan serta kekecewaan.

Matanya memerah disertai amarah yang meluap-luap. "Kamu sengaja merayuku, 'kan?" tuduh pria itu.

Farhana tersentak bangun. Hatinya tersayat oleh tuduhan Kayshan.

"Siapa merayu siapa!" teriaknya sambil menahan tangis dan membenarkan hijab yang belum terpasang. "Bagaimana bisa aku merayumu, kalau Abang yang mulai!"

Kay mendengus dengan geram, dan menunjuk ke arah pintu, “Kamu sengaja membuka pintu dan melucuti pakaianmu supaya aku tergoda." Pandangannya semakin menggelap dengan rahang mengetat. “Lagipula, aku tidak bodoh untuk membedakanmu dengan Elea! Tidak ada yang bisa menyamakan istriku, sekalipun itu kamu!”

"Aku tidak bermaksud menyamai Elea.” Hana menggelengkan kepala penuh kesedihan. Dia berkaca-kaca, air mata itu hampir tumpah dari sudut mata. “Abang yang terus membawa-bawa Elea dan membandingkannya denganku. Dia sudah pergi, Bang. Terimalah kenyataan itu!"

"Wanita licik. Aku benci padamu." Kayshan tak lagi melihat rupa Farhana, melengos pergi keluar kamar dan menutup kencang pintunya.

Brak!

Sementara di dalam kamar, keheningan menyakitkan melingkupi ruangan itu. Farhana terduduk lesu, bersandar pada pangkal ranjang. Perasaannya berkecamuk malam ini.

**

Keesokan pagi, suasana di rumah itu terasa tegang. Suasana ruang makan menjadi hening dan kaku. Jarak di antara Kayshan dan Farhana pagi ini, kian membentang lebar.

Kay meraih cangkir kopi dan menghindari tatapan Farhana. Sementara Farhana mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk memulai pembicaraan, tetapi suara dalam kepalanya seperti berteriak keras.

Dia tahu perdebatan semalam juga menyakitkan Kay. Tetapi, dirinya merasa tidak pantas menerima tuduhan itu.

Setelah beberapa saat yang terasa dalam keabadian, Hana memulai percakapan.

"Abang tahu, aku dilecehkan oleh temanmu semalam?" ucap Farhana pelan dengan suara serak. "Andai Abang bilang ada party, aku akan mengunci pintu kamar rapat-rapat," imbuhnya seiring bulir bening menuruni pipi.

Kayshan mengangkat kepalanya. Ada gurat kekagetan yang tersirat di sana.

Melihat respon sang pria, Farhana melanjutkan menyampaikan unek-unek. "Aku bahkan terusir oleh mereka yang bercumbu di atas ranjangku. Satu-satunya tempat ternyaman."

Farhana tidak bisa menahan diri untuk meluapkan frustasi, agar Kay tahu perasaannya, bahkan jika itu harus melukai hati.

Sebuah senyum miris terbit di wajah Farhana, "Ah, tapi Abang bahkan nggak peduli," lanjutnya, dengan nada ketus. "Mungkin aku yang ngarep berlebihan."

Si gadis ayu seakan memiliki kesempatan untuk mengutarakan banyak hal atas diamnya Kayshan. Dia pun melayangkan tuduhan sebagai balasan semalam.

"Cuti kuliahku, itu ulah Abang, 'kan?" Farhana mendecih lalu melirik Kayshan sebelum menyesap teh lemon. "Kenapa nggak minta baik-baik? Abang segitunya pengen ngurung aku.”

Di bawah meja, tangan Kayshan mengepal kuat. Bersamaan dengan itu, dering ponsel Hana berbunyi. Ekspresi nyonya muda pun langsung semringah saat suara ibunya mengudara.

Percakapan hangat itu berlangsung beberapa lama. Senyum Farhana tidak berhenti tersemat bahkan ketika panggilannya dengan sang ibu telah berakhir.

Harinya yang kemarin buruk seketika berubah cerah usai mendengar suara dan perhatian ibunya. Namun, kejadian tak terduga kemudian meluluhlantakkan semua.

Handphone yang baru saja diletakkan di atas meja, direbut Kayshan dan langsung dimatikan olehnya.

Farhana terkesiap, dia berusaha merebut benda itu dari tangan Kay. "Balikin! Apa-apaan ini?!"

Kayshan menatapnya dengan wajah serius. "Ponselmu bakal jadi sumber masalah di antara kita. Jadi, aku akan menyitanya."

Hana terperangah. Tetapi dia tidak kehilangan akal untuk merebut kembali ponselnya. "Justru ibu akan makin curiga dengan kita!"

"Tugasmu membuat semua terlihat normal. Aku beri pengganti, tapi kamu hanya boleh menggunakannya untuk berkomunikasi denganku." Kayshan melenggang pergi.

Perasaan Farhana campur aduk. Di satu sisi, dia tak suka oleh tindakan kasar Kayshan.

Tapi, tiba-tiba dia merasa suaminya over protektif. Dengan cepat, suasana hati gadis itu berubah, dari yang semula kesal menjadi sedikit tersanjung.

Hana bahkan senyam-senyum sendiri, "Apa dia mulai perhatian sama aku, ya?"

.

.

Comments (8)
goodnovel comment avatar
QIEV
Ngekek kemekel Mak
goodnovel comment avatar
Eghun
Han jgn cpt luluh Yo,Kay rodok edyaaannn
goodnovel comment avatar
QIEV
Banget sakitnya huwaaaaaaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status