Share

BAB 6. BUJUKAN

Kayshan menggenggam erat benda pipih itu saat keluar dari apartemen. Selintas dia melihat isi didalamnya lalu dimatikan lagi. Dia kemudian meminta pada asistennya untuk membelikan ponsel.

Sepanjang hari dilalui sang pria seperti biasa. Tapi, hatinya merasakan sebuah ganjalan menyesakkan dan kekosongan mendalam. Dia menghela nafas dalam-dalam saat menatap langit yang mulai gelap, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya.

Kayshan memutuskan ke klub malam favoritnya. Tak lama setelah memasuki tempat itu, sang CEO memesan minuman lalu duduk di sudut ruangan. Dia tenggelam dalam alunan musik yang menggelegar, berharap suasana gelap dan gemerlap klub menjadi pelipur lara baginya.

"Bodohnya aku!" Kayshan terkekeh menertawai sikapnya kemarin malam.

Kayshan teringat, telah menyalahkan Farhana atas kesalahpahaman tragisnya, mengira bahwa dia adalah Elea. Namun, pada kenyataannya Farhana memiliki pesona tersendiri dan sempat membuat Kay terpana.

Lelaki itu duduk menegak, sejenak merenung sebelum memutuskan keluar dari tempat itu. Ada dorongan yang memaksanya segera pulang.

Sementara di apartemen. Sejak Kayshan pergi, Farhana sibuk belajar bagaimana cara memasak hidangan sederhana melalui channel televisi.

Ini adalah cara dirinya bertahan hidup dalam sangkar emas Kayshan. Dia tak henti memasak hingga rasa makanan itu sesuai dengan seleranya.

Bada maghrib, Farhana ketiduran karena lelah. Dia sama sekali belum menyantap hidangan tadi, sengaja menunggu suaminya pulang.

"Jam berapa ini?" gumamnya serak ketika terbangun. "Lah, jam sebelas malam," pekik Hana membola.

Wanita ayu itu lantas mengambil wudhu dan salat isya. Setelah itu, dia menuju ruang makan karena perutnya sangat perih. Namun, alangkah terkejut Farhana ketika melihat seseorang di sana.

Kayshan berdiri di depan sink-bak cucian piring, sedang memuntahkan sesuatu. "Hoek!"

Farhana gegas menghampiri lalu memijat lembut tengkuk suaminya. Kali ini, tiada penolakan seperti yang lalu membuat Hana sedikit lega dan bahagia.

"Masuk angin?"

Kayshan hanya menjawab dengan bergumam, "He em."

Wanita ayu itu mengambil obat gosok dan dibalurkan ke tengkuk suaminya sampai mual Kayshan mereda.

"Thanks," lirih Kayshan, mencegah tangan Farhana ketika akan menarik kemejanya untuk mengoleskan sesuatu ke punggung. "Jangan."

Farhana kikuk, dia lalu menarik kursi dan menyilakan Kayshan duduk, sementara dirinya membuat wedang jahe hangat dari kemasan sachet.

Kayshan melihat beberapa menu tersaji di meja makan. Dia menduga, Farhana yang membuat semua ini dan tergugah untuk mencicipinya.

"A-aku yang masak. Maaf kalau tidak enak," cicit Farhana sambil menarik kursi disamping Kayshan.

Kayshan tak melihat ke arah istrinya. Dia mulai mencecapi satu per satu hidangan. Bahkan tak menolak ketika Farhana menyuguhkan satu pinggan untuknya.

Keduanya bersantap dalam hening, hingga semua tandas. Namun, lagi-lagi Kayshan didera mual, rupanya efek minuman tadi sangat kuat meski aromanya tidak kentara. Dia kembali memuntahkan apa yang barusan dimakan sampai mengenai pakaian Farhana.

"Ya ampun." Farhana mulai panik sebab Kayshan terlihat pucat dan suhu tubuhnya mulai menghangat. "Abang demam lagi," ujarnya pelan sembari melepas kemeja Kayshan yang terkena percikan muntahan.

"Aku bisa," balas Kay pelan, berusaha menahan agar Farhana tak terlalu jauh menjamah badannya.

"Bisa apanya? Jangan sok jagoan!" omel Hana. Dia memapah Kayshan menuju kamar dan mulai menyiapkan pakaian ganti sang suami.

Kayshan merasa sekelilingnya berputar hebat sehingga dia memilih memejamkan mata dan hanya pasrah ketika Farhana mulai mengurusinya.

Setelah semua selesai, Farhana meninggalkan kamar Kayshan dan gegas menuju dapur untuk membersihkan kekacauan di sana. Setelah itu, dia membersihkan diri.

Satu jam kemudian, Farhana membawa satu wadah berisi air hangat dan handuk untuk mengompres Kayshan.

Namun, dia terkejut saat membuka pintu, melihat suaminya sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Lelaki itu tersenyum samar ketika Farhana berdiri terpaku di sana.

"Sini, duduk di sini," ucap Kayshan lembut sambil menepuk sisi ranjangnya.

Farhana jadi gugup sendiri, dia melangkah dengan menundukkan kepala. Sejenak diam di sisi ranjang Kayshan, mendadak bingung harus bagaimana.

Kayshan lalu menarik pergelangan tangan Farhana pelan agar duduk berhadapan dengannya. Tanpa melepas genggaman, dia berucap, "Maaf." Tatapannya melembut saat memandang paras ayu Farhana.

Farhana menengadah melihat wajah Kayshan. "Ma-af? Untuk?"

"Kemarin. Aku banyak menyakitimu," ujar Kayshan dengan suara serak.

Farhana masih diam mendengarkan apa yang bakal Kayshan utarakan.

"Maaf membuatmu mengalami semua ini. Aku hanya ingin Elea tenang tapi malah menjadikanmu pelampiasan kekesalan dan menerima segala makian," sambung Kayshan sambil menunduk memainkan jemari Hana.

"Kamu gadis baik, pasti sangat menderita karena sikapku." Kayshan melihat paras Farhana. "Mau 'kan, maafin aku?" imbuhnya dengan tatapan memohon.

Glek! Farhana terpaku, dia mulai terpesona dengan pandangan teduh Kayshan.

"Engghhh-"

"Kamu boleh minta sesuatu untuk menebus semua kesalahanku," sambung Kayshan.

Sejenak Farhana berpikir seraya menelisik manik mata suaminya, berusaha mencari ketulusan pada binar di sana.

Hening.

Hatinya berbunga-bunga saat ini karena Kayshan mulai luluh, tapi Farhana berusaha bersikap wajar. Bagaimanapun, Kayshan adalah lelaki dewasa yang terbiasa berinteraksi dengan wanita.

"Ada syaratnya," jawab Hana dengan wajah datar.

Kayshan mengangguk. "Iya, apa?"

"Mulai dari nol, pacaran halal gitu," balas Farhana semringah. "Dengan begitu, Abang bisa belajar mencintaiku."

Kayshan menghela napas, senyum menawan itu muncul membuat Farhana makin dilanda gugup. Tapi, sebisa mungkin gadis itu tetap tenang.

"Aku sudah memaafkan Abang dan berharap Abang pun belajar memaafkan diri sendiri. Kepergian Elea murni takdir, bukan salah siapapun," pungkasnya membalas genggaman Kayshan.

"He em. Bantu aku, ya," sahutnya masih menatap lekat Farhana.

Farhana mengangguk beberapa kali, lalu meminta Kayshan kembali berbaring. Dia pun mengompres dahi sang pria agar demamnya turun.

Kayshan merasakan getaran kehangatan dari sentuhan Farhana. Meski kepalanya terasa berdenyut, dia masih bisa merenung betapa beruntung memiliki seseorang sepertinya.

Lelaki itu rupanya sedikit lega karena malam ini interaksi dengan Farhana lebih baik dari kemarin. Ketika pandangan mereka bersirobok, Kayshan merasa denyut jantungnya berdebar lebih kencang. Terlebih ketika bayangan siluet Hana kemarin melintas lagi.

Sang CEO itu ikut bangun ketika Farhana bangkit ingin mengganti air untuk mengompresnya. Meski langkahnya tergopoh, dia berhasil menahan Farhana saat akan membuka pintu kamar.

"Abang!" Farhana terkesiap saat Kayshan memeluknya dari belakang. "Kok bangun lagi? Istirahat dulu, masih demam," pintanya pelan.

Kayshan mengabaikan permintaan sang istri. Dia malah mengalihkan lengan kanannya melingkari pinggang Farhana dan meletakkan wajah di bahu wanitanya.

Sang wanita pun lantas memejam, jantungnya ikut berdebar-debar saat bibir sensual Kayshan membisikkan sesuatu di telinga Farhana. Terlebih ketika telapak tangan itu mulai menyusuri lekuk tubuhnya.

Farhana berbalik badan, dia menatap manik mata suaminya. Sekadar memastikan kejadian semalam takkan terulang lagi.

"Hana, aku--" sebut Kayshan, napasnya mulai memburu.

"Ini aku," cicit Hana getir, menelan ludah susah payah. Bola matanya bergerak-gerak menyelami sorot mata Kayshan, tak ingin sang suami terpaksa melakukan itu.

"Ehmm." Suara Kayshan berubah menjadi sangat berat. "Bo-leh?"

.

.

Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
QIEV
Tarik aja tarik biar nyadar si babang hihi
goodnovel comment avatar
QIEV
Aamiin sing banter
goodnovel comment avatar
Eghun
Aq yo ra prcya kay lah
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status