Share

IBU PALSU MAHAMERU
IBU PALSU MAHAMERU
Penulis: Adinasya Mahila

Bab 1 : Tidak Punya Istri

~ Happy Reading ~

“Maha sudah berapa kali Papa bilang, tante Bening itu istri Om Glass. Tidak boleh bilang begitu lagi ya, Nak!”

Pria bernama lengkap Lintang Gutama itu entah sudah berapa kali membujuk putranya yang beberapa minggu lagi berumur lima tahun. Bukan tanpa alasan Gama melakukan ini. Ia hampir saja terlibat adu jotos dengan Glassio, suami dari wanita bernama Bening yang ingin dijadikan ibu oleh Mahameru – putranya.

“Mama itu bukan mainan Maha, tidak bisa diminta sembarangan,” imbuhnya.

“Semua temanku punya mama, tapi kenapa aku tidak punya? Mereka selalu diantar dan dijemput mama sama papa, bahkan Olla juga dijemput mommy dan daddy-nya, tapi kenapa aku selalu tidak? Aku mau tante Bening, aku mau dia jadi mamaku!”

Maha, bocah itu memalingkan badan dan bersedekap dada. Dia demam dan tidak mau sedikitpun makan dan minum. Pembantunya yang biasa mengurus hanya bisa diam melihat pemandangan itu dari dekat pintu kamar.

“Maha, Papa tidak tahu dari mana diturunkannya sifat keras kepalamu ini,” ucap Gama sedikit menekan suaranya lalu berdiri.

Bik Mun, pembantu sekaligus orang yang biasa mengurus Maha sampai kaget. Wanita itu mendekat takut jika sampai tuannya membentak dan malah membuat Maha menangis dan kondisinya lebih parah dari ini. Ia mendekat dan duduk di tepian ranjang, hatinya merasa prihatin melihat kondisi bocah yang dua tahun ini dia asuh. Bibir Maha sudah kering karena tak mau minum sejak bangun tidur. Bik Mun pun menoleh Gama, dia tatap pria itu dengan netra yang berkaca-kaca, seolah memohon ‘tolong berikan apa yang Mas Maha mau’.

Gama membuang napas kasar, dia dilema tapi tetap tak bisa melakukan apa-apa. Akhirnya dia memilih keluar dan menutup pintu, berharap Bik Mun bisa membujuk putranya sementara dia akan menghubungi Bening. Wanita yang begitu diidamkan oleh Maha menjadi ibunya. Mau tidak mau Gama harus meminta bantuan wanita itu, dia berharap Maha mau memasukkan air dan makanan ke dalam mulut saat Bening yang membujuk.

_

“Terima kasih Be, Glass,” ucap Gama setelah Bening mau datang ke rumahnya untuk membujuk sang putra makan dan minum. Meski dia harus menahan rasa tak enak ke Glass yang sejak tadi menyindir dan ketus padanya.

Glass suami Bening sedikit pecemburu, meski dia sadar bahwa tidak mungkin juga istrinya akan direbut dan menjadi ibu Maha, tapi tetap saja Glass merasa tidak suka. Ia takut Gama pada akhirnya menaruh hati ke sang istri dan berniat menjadi pebinor.

Setelah pasangan suami istri itu pergi, Gama menaiki anak tangga menuju kamar Maha dengan perasaan bersalah ke Glass. Bagaimana pun permintaan Maha memang sangat bertentangan dengan hatinya, mencari wanita sebagai ibu anak itu belum terpikirkan oleh Gama. Ia melirik Glass yang tadi sudah berbicara banyak kepadanya, salah satunya dia diminta untuk segera mencari pendamping hidup.

“Mas Maha sudah tidur Pak, saya mau beres-beres sebentar setelah itu pulang,” ucap Bik Mun saat berpapasan dengan sang majikan di pertengahan anak tangga. Wanita paruh baya itu tinggal tak jauh dari komplek perumahan Gama. Dia akan datang saat Maha pulang sekolah setiap hari Senin sampai Jumat, dan pada akhir pekan seperti ini Bik Mun juga akan datang untuk membersihkan rumah.

Gama mengangguk, dia mengucapkan terima kasih sebelum melangkah kembali menuju kamar putranya. Pria berumur tiga puluh tahun itu tidak pernah menyangka hidupnya akan jadi seperti ini. Sekitar lima tahun yang lalu, dia membuat kedua orangtuanya frustrasi. Bahkan sang ibunda – Felisya sampai jatuh pingsan, saat dia membawa pulang bayi merah dan mengakui bahwa itu adalah putranya. Tama – Papanya juga tak habis pikir. Namun, Gama berlutut di depan mereka, mengakui kesalahannya dan berkata tidak ingin membuat dosa yang lainnya dengan menelantarkan anak itu.

“Siapa wanita itu? kenapa bisa kamu melakukan perbuatan bejat, Ga?” Ingatan tentang pertanyaan Felisya dulu membuat Gama terbeku.

Menjadi model yang digilai kaum hawa memang sempat membuat Gama jemawa, tapi untuk melakukan cinta satu malam jelas tak pernah terbayangkan dalam benaknya, dia bahkan tidak ingat sudah melakukan perbuatan itu dengan seorang putri pejabat ternama yang tak lain adalah temannya sendiri bernama Naura.

“Kalau kamu tidak percaya dia anakmu, kamu bisa melakukan tes DNA! Tapi kamu tahu dengan jelas kita memang melakukannya,” ucap Naura yang membuat Gama tak bisa berkata-kata. “Aku menghilang selama ini karena mempertahankan dia, karena aku tidak mau terkena lebih banyak dosa. Jadi rawat dia, aku bisa saja membuangnya ke panti asuhan tapi jelas papaku pasti akan menemukan dan melenyapkannya.”

Gama membuka pintu kamar Maha sambil mengingat setiap ucapan Naura, perlahan dia masuk ke dalam sambil terus menatap putranya yang sudah terlelap.

“Akan sangat mudah menemukan wanita yang mau menerimaku, tapi akankah dia akan menerima Maha jika tahu statusnya?”

_

_

“Diterima!”

Suara lantang dari seorang gadis menggema. Dia yang baru saja menerima hasil tes terakhir yang diikutinya sukses mengangetkan seorang wanita dan dua pekerja cucian. Mirna berdiri, dia tahu bahwa putrinya yang jago bela diri itu beberapa minggu lalu mengikuti seleksi untuk menjadi asisten artis di sebuah agensi ternama.

“Benarkah?” Mirna girang bukan kepalang, dia peluk putri tunggalnya sambil berputar-putar bak baru saja memenangkan undian berhadiah miliaran. Pekerjanya pun ikut tertawa. Bukan tanpa alasan, semenjak sang suami meninggal mereka tahu bagaimana perjuangan Mirna membesarkan Sabrina sampai bisa menjadi seperti sekarang.

“Lalu kapan kamu mulai bekerja?”

“Lusa, aku akan mulai bekerja lusa, dan aku akan menjadi asisten Gama,”jawab Sabrina dengan mimik wajah jenaka.

Mirna semakin girang saja, di negara ini siapa yang tak tahu sosok bernama Lintang Gutama alias Gama. Selain menjadi model saat masih berusia remaja, pria itu kini juga menjadi direktur di sebuah perusahaan milik keluarganya.

“Alangkah bahagianya jika kamu berjodoh dengan pria itu,” ucap Mirna sekata-kata, dia pukul lengan putrinya yang terbengong mendengar pengharapannya.

“Dia sudah punya anak,” sembur Sabrina.

“Tapi tidak punya istri,” jawab Mirna dengan ekspresi menggoda. Wanita itu sukses membuat putrinya terdiam cukup lama. 

“Sudahlah! yang penting kamu mendapat pekerjaan dan tidak menjadi pengacara lagi – pengangguran banyak acara,” ucap Mirna. Ia lingkarkan tangan ke lengan Sabrina, menuntun putrinya itu masuk ke dalam rumah yang pelatarannya dia pakai untuk membuka jasa cuci motor, mobil dan karpet.

“Gajimu gede ‘kan?” tanya Mirna lagi.

“Gede donk Bu, jadi ibu hubungi Mas Dodot, aku pokoknya mau kredit mobil biar ibu nggak perlu kepanasan dan kehujanan kalau pergi ke pasar.” Sabrina mulai sombong, belum juga mulai bekerja dia sudah berniat mengambil kreditan mobil ratusan juta.

“Asyik, biar mata tetangga julid copot lihat kamu beli mobil buka bungkus.”

Komen (16)
goodnovel comment avatar
Ria Rifantiani
penasaran sama critannya gama dan maha. akhirnya sampe sini juga
goodnovel comment avatar
Aguss Anto
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
......... Sabrina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status