Share

Sandiwara yang Gagal

“Quitta, hentikan!” sentak Bimby ketika sang anak berada di dua anak tangga pertama, “Amma menahan diri untuk tak menentangmu di depan semua orang, tapi apa yang sudah kamu lakukan? Jangan bermain-main dengan kebersamaan!”

Gadis itu tersenyum getir, dia menunggu teguran ini. Tubuh tersebut berbalik, di depannya berdiri dua orang yang sangat ia kasihi. Sang ibu terlihat marah, sementara ayahnya meniup napas dengan tatap teduh yang menenangkan.

“Kenapa kalian boleh bermain-main dengan pernikahan dan aku tidak?” balasnya telak memaksa sang ibu semakin emosi, “Amma, bukankah aku dan Bobby Alexander tak boleh bersama, lalu kenapa dengan Alo Pratama pun dilarang?”

“Kami tak mau kamu terluka lebih dalam, waktumu masih panjang untuk mengerti tentang kebersamaan antara sepasang manusia yang mengikat diri dalam pernikahan.” Jofan mengambil alih untuk menanggapi, “Cukup appa yang pernah melakukan kesalahan di masa lalu, biarkan hanya amma yang merasakan penyesalan sepanjang hidup. Kamu harus bisa lebih bijak dalam memilih langkah, itu saja keinginan kami.”

“Apa aku salah jatuh cinta pada Bob Appa?”

“Tak salah,” jawab Jofan cepat disertai senyuman, “Namun, itu bukan jalur tepat. Appa tahu, ini egois. Kami memutuskan menyalahkan cinta kalian karena alasan masa lalu, tapi apa kamu mau hidup berdampingan dengan rasa tak nyaman seumur hidup?”

“Oppa,” cegah Bimby dengan kepala menggeleng ketika sang suami mulai berkata tentang hal yang belum saatnya Quitta dengar, “Jangan, aku mohon.”

“Kamu tahu alasan perempuan ini menerimaku kembali setelah kutinggal selama lima tahun?” lanjutnya masih mengabaikan permohonan sang istri, “Kemarilah, duduk bersama kami. Sudah saatnya kamu tahu tentang kebenaran yang paling menyakitkan.”

“Oppa ….” Bimby kesulitan mengeluarkan kata-kata, dia hanya menggelengkan kepala. Hal yang sangat mencurigakan bagi Quitta, apa yang sedang mereka sembunyikan? Dia harus mengetahuinya sekarang juga.

Gadis itu mendekat, memilih duduk berseberangan dengan kedua orang tuanya. Dia melihat ketakutan di wajah sang ibu, tetapi pria di sisinya dengan lembut menguatkan melalui genggaman. Apa mereka tengah berakting untuk mellow drama?

“Dalam kehidupan ini, selalu ada dua tipikal manusia. Jahat dan baik, yang jahat menyakiti dan baik akan mengasihi. Ketika satu orang hanya mengalirkan air mata, satu lagi datang untuk menyembuhkan luka. Kita akan menyebut Si Jahat dan Si Baik mulai sekarang.” Jofan membuka kembali percakapannya dengan sang buah hati, “Appa adalah Si Jahat, sementara Bob Appa itu Si Baik. Kebetulan kami datang dalam kehidupan seorang Bimby, makhluk super ajaib yang mengacaukan dunia Jofan Dastarasta.”

Quitta bosan mendengarnya, ini kisah yang sudah diulang-ulang sepanjang hidup.  Kisah cinta segitiga antara kedua orang tuanya beserta pria yang saat ini berkuasa penuh atas hidupnya, Bobby Alexander. Apa yang salah jika dia jatuh hati terhadap laki-laki yang sama?

“Alasan appa mengajak menikah saat itu karena keegoisan, ambisi, dan putus asa. Mungkin amma sama, menerima kekonyolan tersebut dengan harapan semua masalah teratasi. Nyatanya, ketika satu konflik berakhir, akan muncul kendala lain yang lebih kompleks. Jika saja kala itu, appa memilih jujur dengan kondisi berbeda dalam diri, mungkin amma tak perlu merasa bertanggung jawab atas kelumpuhan appa di masa depan.” Cerita ini baru pertama kali ia dengar sehingga mengangkat wajah Quitta untuk memandang Jofan, “Iya, amma memilih appa bukan karena masih cinta. Namun, bentuk tanggung jawab atas semua kemalangan yang menimpa pria ini. Apa dia sudah mati? Bagaimana kalau hidupnya menderita karena aku? Pertanyaan-pertanyaan itu tersamarkan sebagai cinta, padahal bukan.”

“Apa kamu pikir kami mau pindah hanya karena keinginanmu?” Bimby pun angkat suara dengan bibir bergetar, “Jika kamu merasa dua belas tahunmu tanpa bahagia, apa kami bisa melanjutkan hidup tanpa luka?”

“Bobby Alexander, dia pria terbaik sepanjang Tuhan menciptakan manusia. Bahkan, appa selalu iri setiap kali melihat senyumnya yang begitu ringan untuk kita bertiga. Laki-laki itu bukan second lead menyedihkan seperti anggapan semua orang, justru dialah pemenang sejati dari kisah ini. Si Jahat akan selalu kalah dan Si Baik memenangkan hati kalian.”

“Apa yang sedang coba Appa katakan?”

“Quitta, pria yang ada di hati amma bukan Jofan Dastarasta dan wanita di pikiran Bobby pun kemungkinan bukan Bimby. Apa yang harus amma lakukan sekarang?” Bimby menguatkan hati untuk memberikan pengakuan, air matanya mengalir disertai senyum tipis yang cukup menyedihkan.

Quitta menggeleng, bagaimana bisa ibunya mencintai pria itu? Dia bahkan melihat kehidupan rumah tangga harmonis dengan kasih sayang luar biasa di mata kedunya, kebohongan macam apa yang sedang mereka ciptakan? Sangat tak masuk akal.

“Cinta tumbuh bukan karena kebersamaan, tetapi muncul berkat keberanian. Berani mengakui perasaan, bukan hanya memanipulasi kenyataan. Manusia akan sulit membedakan rasa bersalah dan kasih sayang, tapi selama salah satu dari mereka sanggup menerimanya dengan cara keliru maka kebersamaan tak butuh penyebutan.” Jofan menegaskan mengenai semuanya, tentang mereka yang berupaya membangun kembali perasaan terbaik di hati masing-masing.

“Kalau Appa tahu tentang perasaan amma, kenapa masih bertahan dengan kepalsuan?” bentak Quitta yang tak habis pikir dengan kedua orang itu, mereka menunjukkan sisi tak normal yang sulit dimengerti sekarang. Apa yang harus dia percaya ketika pernikahan berjalan belasan tahun tanpa cinta di satu pihak?

“Karena appa mencintai amma dengan segala kekurangan yang ada dalam dirinya.”

“Apa Bob Appa tahu tentang kenyataan itu?” selidik Quitta yang merasa kecewa atas kenyataan yang sesungguhnya, mengenai perasaan sang ibu terhadap pria bernama Bobby Alexander.

“Kalau dia tahu, apa kamu yakin masih bisa menemukannya?” Balik Bimby bertanya dengan senyum getir yang menunjukkan kesedihan paling menyayat hati, “Bobby adalah manusia langka, dia akan memilih menderita demi orang-orang yang disayang. Sekalipun amma tak memilih Jo Appa, laki-laki itu pun tak akan mau menerima kebersamaan.”

“Bodoh sekali, kalian gila!” seru Quitta meradang dengan air mata berlinang, tetapi kedua orang tuanya menggeleng kompak seraya tersenyum bijak.

“Ini cinta, Sayang.” Bimby berujar lembut untuk pertama kalinya untuk Quitta, “Kami memiliki cara unik dalam mengungkapkan perasaan, mencintai dengan menyakiti. Apa kamu pikir hanya satu orang yang sedang terluka?”

Quitta tertawa halus, sedangkan air matanya masih mengalir. Kenyataan konyol apa lagi yang sedang mereka katakan? Tentang cinta tak masuk akal, sangat mengada-ada. Namun, mendapati kecewa di wajah Jofan, ia merasakan sesak seketika.

Laki-laki yang dia anggap satu-satunya pria paling beruntung karena mendapatkan cinta sejati, untuk pertama kalinya manunjukkan kekalahan. Jadi, mereka sedang tidak bersandiwara sekarang? Apa ibunya memang mencintai pria lain, lalu kenapa keduanya bisa saling terlihat mengasihi selama ini?

“Dalam cinta, bukan hanya tentang memiliki dan dimiliki. Masih akan ada perjalanan lain lagi, ketakutan untuk bertahan bersama tanpa saling menyakiti. Jo Appa mengajarkan semua itu, tentang cinta tanpa syarat. Apa amma masih butuh pria lain untuk dicintai?”

“Bukankah hidup bahagia dengan saling mencintai itu jauh lebih baik daripada membohongi hati dan bersikap munafik?” kecam Quitta masih tak bisa memaklumi sikap para orang dewasa, bagaimana mereka bisa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta yang benar?

“Tak ada yang dibohongi, appa sudah mengetahuinya dan menerima fakta itu.”

“Kalian merasa semua baik-baik saja bukan dengan cara aneh tersebut?” tukasnya menatap satu persatu wajah kedua orang tua di depan mata, “Bagaimana dengan Bob Appa, apa dia tahu tentang perasaan cinta pertamanya?”

Jofan terkesiap, pria itu tertunduk. Quitta benar, mereka hanya berpikir tentang kelangsungan pernikahan. Tidak lagi mengingat perasaan Bobby.

“Justru Bob Appa yang menyerahkan amma untuk Jo Appa, dia melepas cinta pertamanya untuk sahabat terbaik di dunia. Bahkan, meminta amma untuk tidak pernah meninggalkan atau menyakiti laki-laki ini. Mungkin kebersamaan kami hanya kemunafikan bagimu, tapi amma sangat mencintai Si Baik sehingga harus mengabdikan hidup untuk Si Jahat.”

“Termasuk berpura-pura mencintainya?”

“Iya, itu bagian dari bentuk pembuktian cintanya yang paling sulit.” Jawaban ini meluncur dari mulut Jofan, Quitta hanya menggeleng-geleng tak mengerti. Bagaimana bisa mereka menjadi sangat kompak untuk hal rumit nan aneh tersebut?

“Kalian pikir, aku akan percaya?” tanyanya sambil berdiri, “Dongeng hanya untuk balita, aku bahkan lupa kapan terakhir kali percaya pada kisah tak masuk akal. Berhenti menciptakan kekonyolan hanya untuk membuat cintaku berubah.”

Quitta mengentakkan kaki sebelum pergi, memaksa Bimby menyeka cepat air matanya. Dia menoleh pada Jofan yang langsung angkat bahu, lalu kompak menghela napas. Gagal!

“Padahal aku sudah berakting maksimal, anak itu memang keras kepala.” Bimby menggerutu sembari mengelap ingus, meletakkan kepala di dada sang suami tercinta.

“Kenapa aku tiba-tiba jadi tokoh antagonis?” protes Jofan mengingat kalimat yang dikarang oleh istrinya, dia tak menyangka jika akan mengalir cerita ajaib dengan sangat serius.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang, apa lebih baik merestuinya saja?” balas Bimby dengan wajah kesal, “Temui Bob Ahjussi, diskusikan perjodohan ini dengannya.”

Jofan mengangguk setuju, satu-satunya manusia di dunia yang mampu mengendalikan Quitta hanya Bobby. Pria itu tentu sanggup mengubah kekerasan hati sang gadis, menggiring putri tercinta pada hal normal. Namun, ada sedikit keraguan dalam dirinya, apa kemungkinan memisahkan mereka berhasil dengan pengalihan perjodohan?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status