Share

Kebetulan yang Ditakdirkan

“Kamu tahu kalau aku sedang mencarimu?” tanya Alo saat mereka berada di atap sekolah, entah apa maksud Quitta membawanya berbicara di tempat yang sedikit anti mainstream.

“Kakek yang memberitahumu?” lanjutnya dengan kesal karena Quitta hanya mengarahkan pandangan ke bawah, menuju rombongan yang sedang berkeliling sekolah. Gadis itu memang sedang mengamati Bobby, laki-laki yang sudah menancapkan luka di balik dada.

Dia tak berpikir kejadian dua malam lalu sebagai sesuatu yang nyata, hanya mimpi buruk. Namun, melihat sikap dingin pria itu, penolakan benar-benar diberikan. Tak ada cinta antar lawan jenis untuknya, hanya tentang kasih sayang ayah serta anak.

“Heh!” bentak Alo merasa diabaikan oleh sang gadis, “Kamu sengaja mengabaikanku?”

“Kalau tahu diabaikan, untuk apa masih berdiri di sini?” Tanggapan yang membuat pria itu meniup napas dengan kesal, jadi ini yang dimaksud oleh dua pemuda tadi. Seseorang langsung pergi setelah tiga detik, memang sangat kasar sikap yang ditunjukkan.

“Baiklah, aku akan pergi setelah kamu menolak perjodohan di antara kita.” Alo mengeluarkan ponsel, dia berencana menghubungi sang kakek sekarang, dan memberikan telepon pada Quitta.

Gadis itu sedikit terpengaruh, dia mengakhiri pantauan terhadap Bobby. Mulai memerhatikan pria yang menghebohkan grup sekolah, tentang laki-laki tampan dengan mobil mewah datang mencari dirinya. Jika selama ini, para lelaki mencoba mendekati bak di adegan manis suatu drama, sekarang justru lebih mengejutkan.

Perjodohan? Apa orang ini datang dengan otaknya? Kenapa dia berbicara tentang hal kuno disertai penampilan parlente sekaligus wajah tampan?

“Siapa yang dijodohkan dengan siapa?” tanya Quitta mulai meladeni ucapan konyol Alo, “Anda terlihat cukup waras untuk bertingkah gila, apa ini trik baru untuk mengajak seorang gadis berkencan?”

Alo tergelak, urung menghubungi sang kakek. Masih saja pintar memainkan kosakata, apa Quitta tak mengenali dirinya? Dia bahkan membongkar rahasia masa lalu, mengenai dirinya bersama Anya.

“Kita,” jawab Alo dengan serius disertai tatap mata lurus tanpa kedipan, “Aku dan kamu, Nona Quitta Jofany.”

Quitta tertawa cukup keras, menjadikan alasan perjodohan sebagai media mendekatinya. Ini metode baru, apa laki-laki di depannya sedang mengalami gangguan mental? Perempuan muda tersebut mengamati wajah Alo dengan saksama.

“Sejak kapan orang tua sehat menumbalkan anak kesayangan mereka untuk umpan duda penuh sensasi?” balasnya semakin berani, menghina Alo sedemikian rupa tanpa ampun.

“Anya Syairani, CEO Diamond Group yang dikenal sebagai wanita karier terbaik tetap bersinar sekalipun pernah gagal berumah tangga. Apa itu benar-benar sebuah pernikahan? Hanya adegan memalukan untuk menutupi kisah menjijikkan sepasang saudara tiri, memanfaatkan bocah SMA yang butuh uang. Apa sekarang Pahlawan Kesiangan itu telah menjelma Pangeran dan mencoba mengusik seorang rakyat jelata untuk ditumbalkan?”

Quitta masih saja mengatakan hal-hal yang menyudutkan, Alo bahkan kehabisan kata. Otaknya mendadak kosong, tak mampu menjangkau nalar gadis di depannya. Jika dia mampu menjabarkan semua kejadian di masa lalu dengan baik, kenapa tak mengenali dirinya?

“Ah, aku tahu!” Gadis itu setengah berseru sekarang, “Apa untuk menggaet wanita kalangan atas sudah tak memiliki akses atau mereka mem-blacklist nama Anda karena video mesum yang masih meninggalkan jejak digital tetap dibiarkan sebagai kenangan menjijikkan?”

“Lalu, bagaimana denganmu?” tukas Alo yang sudah malas mendiamkan sang gadis bersikap sesuka hati, “Apa bertingkah kasar begini adalah keahlianmu untuk menarik perhatian semua orang?”

“Iya, masalah?”

Alo yang menyusun srategi melumpuhkan lawan langsung bengong, kenapa Quitta sangat ahli dalam membuat orang lain gusar? Dia bahkan tak mampu membalasnya, hanya menggerak-gerakkan bibir tanpa suara. Pria itu semakin kewalahan ketika sang gadis bermaksud meninggalkan dirinya seorang diri.

“Kamu tak mengenalku?” tanyanya mencoba menghentikan gerakan kaki Quitta, “Benar-benar lupa padaku?”

“Ini aku!” Alo masih berusaha menahan gadis yang benar-benar di luar ekspektasi, “Kakak Tampan yang menggantikanmu menunggu cinta pertama kembali.”

Quitta langsung berbalik sempurna, dia memandang Alo dengan serius. Raut mukanya berubah, memang benar. Itu anak laki-laki yang ada di rumah lamanya.

Kenapa Quitta baru menyadari semua itu? Dia bahkan sudah menonton video saat Alo melakukan adegan romantis bersama Anya, jejak digital itu masih bisa diakses ketika dirinya menggali informasi terkait wanita tersebut. Alasan Bobby mulai berani mengabaikan karena mereka sudah tertangkap basah saat makan malam.

“Alo Agler?” tanya Quitta yang masih terlihat enggan percaya begitu saja, “Kenapa wajahmu berada di video dua puluh detik Tante Anya? Apa kalian benar-benar pernah menikah?”

“Ho’oh, ini aku. Kamu bahkan bersikap kasar pada orang yang merawat kaktus dengan baik, menunggu cinta pertamamu datang bertahun-tahun, dan balasannya ini? Mempermalukanku di depan semua orang, mengusir tanpa perasaan, lalu ….”

“Takdir kita sangat buruk,” pungkasnya menghentikan kalimat Alo yang terlihat kebingungan, “Jika benar kalian sepasang suami-istri di masa lalu, apa kamu bisa kembali membantuku?”

Wajah Quitta berubah drastis, tidak lagi sedingin es balok. Dia mendekat sembari tersenyum manis, Alo terkesiap. Ekspresi menggemaskan itulah yang terekam dalam benaknya, sosok paling manis di ingatan.

“Membantumu?” tanya Alo yang sedikit curiga dengan perubahan tiba-tiba tersebut, dia merasakan hal kurang nyaman atas tampilan sikap Quitta.

“Iya, membantuku,” jawabnya masih dengan senyum paling memukau yang pernah ada, “Bisakah kalian rujuk?”

“Apa?” Alo terlonjak bukan main, bagaimana ada permintaan macam itu? Dia memutuskan bercerai karena masa kontrak pernikahan usai, bahkan mereka tidak benar-benar melakukan ritual sebagai sepasang suami dan istri.

Sesekali memang Alo akan merindukan Anya, mencoba menjadi cepat dewasa karena memang sangat menginginkan pernikahan yang sesungguhnya. Namun, saat Quitta yang mengatakannya, kenapa terdengar sebagai satu beban berat? Apa karena mereka pernah bersama di masa lalu?

“Iya, kalian harus rujuk.”

“Kenapa aku harus rujuk?”

“Karena masih ada cinta di matamu untuk mantan isri tercinta.” Quitta menyimpulkan dengan tepat, Alo tak bisa mengelak. Pria itu tersenyum getir, mana mungkin tak cinta pada wanita yang membuatnya rela kehilangan citra sempurna di masa muda.

“Sotoy.”

“Kamu kembali ke sini untuk rujuk, kan?” Gadis itu masih mendesak dengan pertanyaan tentang keinginan merenda ulang kebersamaan bersama sang mantan istri, “Rujuk, ya, rujuk!”

Mirip tukang sorak di pinggir lapangan, Quitta begitu antusias mendorong Alo untuk rujuk. Dia bahkan tak peduli dengan perjodohan yang dicetuskan oleh sang pria, menganggap yang terpenting adalah pria di depannya harus kembali ke pelukan sang istri. Dengan demikian, dirinya bisa mendapatkan hati Bobby kembali.

“Kenapa aku harus kembali ketika pernikahan kami hanya sebatas kontrak?” kilah Alo yang enggan menanggapi dengan serius permintaan Quitta, “Justru aku datang untuk meminta bantuanmu.”

“Bantuanku?” ulang Quitta heran dengan perkataan sang pria, dia masih belum sepenuhnya paham terkait perjodohan yang dimaksud.

“Tentu saja, hanya kamu yang bisa menyelamatkanku.”

“Oke, katakan saja. Aku pasti membantu selama saling menguntungkan.”

“Serius akan membantuku?” Alo bertanya untuk memastikan niat Quitta yang langsung mengangguk pasti, “Jangan berubah pikiran ketika kamu sudah menyanggupi untuk membantu.”

“Katakan saja.”

“Hubungi kakek, katakan kalau kamu menolak perjodohan kita.” Alo menyodorkan ponsel pada sang gadis yang langsung mengerutkan kening, tak langsung menerima benda pipih mahal dari tangan si lelaki.

“Emang siapa kakek yang dimaksud?” tanya Quitta kebingungan, dia bahkan tak tahu jika Alo yang ia kenal merupakan sosok dari masa lalu saingannya dalam merebut perhatian Bobby. Bagaimana bisa dirinya mengenal kakek dari pria di depannya?

“Kalau kamu tak mengenal kakekku, kenapa kita dijodohkan?” balas Alo yang tak kalah kebingungan, “Apa ayahmu memiliki proyek dengan Starla?”

“Entah,” jawab Quitta yang ikut berpikir keras tentang kemunculan Alo yang membawa berita mengejutkan, “Enggak mungkin appa menjualku demi kepentingan bisnis, apa kamu yakin jika aku yang dimaksud?”

Alo menggeleng, dia mengeluarkan lipatan kertas dari saku di balik jas. Membukanya dengan hati-hati, lalu menunjukkan gambar beserta catatan identitas lengkap. Gadis itu terbeliak, membekap mulut untuk menahan suara.

“Bahkan, kebiasaan burukku pun tercatat. Siapa kakek cabul ini?” pekiknya sambil mengambil kertas dari tangan Alo, “Ayo, temui kakek aneh itu!”

Alo hanya mengangguk, dia memandang takjub saat tangan mungil itu meremas kuat kertas yang dipegang. Ada aura kesal tak tertandingi, bagus. Quitta akan melawan sang kakek, dirinya hanya perlu menunggu hasil akhir. Perjodohan dijamin gagal!

***

  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status