Share

Bab 3 Mencari Mommy

Pagi ini cuaca begitu cerah. Hari kedua Ghea bekerja, membuatnya begitu bersemangat. Apalagi kemarin ada banyak pasien di sore hari. Hal itu membuatnya senang. Bertemu dengan pasien adalah hal yang paling dia suka. Terlebih lagi setelah melihat mereka sembuh setelah memeriksakan diri.

Ghea yang sedang bersiap mendapati ponselnya berdering. Saat dilihat, ternyata sang mommy yang menghubunginya. Sejenak Ghea merutuki kesalahannya karena kemarin seharian tidak menghubungi sang mommy itu. Seharian kemarin, dia begitu sibuk. Hingga membuatnya lupa mengabari sang mommy.

Dengan segera Ghea mengangkat sambungan telepon. Tak mau sampai sang mommy menunggu lama.

“Sayang, kenapa kamu tidak menghubungi kemarin?” Mommy Shea yang kesal langsung mencecar dengan pertanyaan tersebut.

“Kemarin aku sibuk, Mom. Pagi aku ke sekolah TK untuk melakukan pemeriksaan rutin.” Ghea lebih memilih memberikan alasan pada sang mommy.

“Lalu, apa kamu makan dengan teratur? Apa kamu bisa tidur nyenyak di sana?” Mommy Shea begitu khawatir dengan anaknya.

“Aku baik. Mommy tenang saja. Mommy puas-puaskan saja bulan madu setiap hari dengan daddy.” Ghea tertawa menggoda sang mommy.

“Ide bagus itu.” Suara Daddy Bryan terdengar menjawab ucapan Ghea.

“Jangan lupa umur!” Suara Mommy Shea terdengar.

“Aku tidak lupa, Sayang, hanya saja kebutuhan biologi tidak kenal umur.” Daddy Bryan tampak asyik menjawab.

Ghea yang mendengar obrolan mommy dan daddy hanya menggeleng. “Sepertinya ini adalah obrolan orang dewasa,” celetuknya.

“Kamu pikir, kamu belum dewasa? Cepatlah menikah agar obrolan seperti ini kamu mengerti.” Daddy Bryan pun menyindir anaknya.

Ghea memutar bola matanya. Dia paling malas jika membahas tentang pernikahan. Baginya, itu membuatnya pusing. “Mom-Dad, aku harus segera berangkat. Nanti aku akan menghubungi, Da ….” Ghea lebih memilih untuk menghindar. Tak mau obrolan semakin panjang.

Ghea segera mematikan ponselnya, kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas. Bergegas berangkat, karena tidak mau terlambat bekerja. Berharap pasien akan banyak pagi ini.

⭐⭐⭐

Ghea menyandarkan kepalanya ketika akhirnya selesai juga pekerjaannya. Pagi ini cukup banyak pasien, dan didominasi oleh anak-anak. Mungkin karena sedang pancaroba, jadi anak-anak mudah sakit.

Mengingat jam praktiknya sore nanti, akhirnya Ghea bersiap untuk pulang. Melepas jas dokternya dan meraih tasnya yang berada di atas meja.

Mengayunkan langkahnya, dia keluar dari ruangannya. Saat keluar tampak dari kejauhan perawat sedang berkumpul. Dari kaki yang dilihat Ghea, tampak anak kecil di tengah-tengah para perawat. Mungkin perawat sedang melayani pasien anak itu, pikir Ghea.

Tak menghiraukan apa yang dilakukan perawat, Ghea berlalu begitu saja. Menuju ke mobilnya. Segera pulang agar dapat beristirahat.

“Mommy.”

Seketika langkah Ghea terhenti ketika mendengar panggilan itu. Panggilan itu mengingatkannya pada Gemma kemarin. Sebuah pelukan di pinggangnya seketika membuatnya terkejut. Dari tangan yang memeluk, dia yakin itu adalah tangan milik anak kecil. Tepat saat Ghea menoleh, dia mendapati Gemma yang mendongak melihatnya.

“Mommy.”

Ghea melihat ke sekitar. Memerhatikan para perawat yang melihatnya. Mereka sudah tahu jika dirinya belum menikah, jadi pasti mereka terkejut melihat ada anak kecil yang memanggilnya seperti itu. Terlebih lagi Raya tidak ada, jadi tidak ada yang bisa dimintai tolong olehnya untuk menjelaskan pada semua orang.

“Gemma datang dengan siapa?” Ghea memilih mengabaikan pandangan orang. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui bagaimana bisa Gemma datang ke kliniknya.

“Dengan, Bibi.” Gemma menunjuk seseorang.

Melihat dari penampilannya, Ghea yakin itu adalah asisten rumah tangga Gemma.

Asisten rumah tangga menghampiri Ghea. “Maaf, Bu Dokter, tadi Gemma memaksa untuk ke sini,” ucapnya.

“Tidak apa-apa.” Ghea tersenyum. Tak mau menjadi pusat perhatian orang, akhirnya Ghea mengajak Gemma untuk pergi dari Klinik. “Gemma mau es krim?” tanyanya.

“Mau-mau.”

Ghea menggandeng Gemma dan mengajaknya beserta asisten rumah tangga untuk menemani Gemma. Mereka semua masuk ke mobil. Ghea melajukan mobilnya untuk mencari restoran cepat saji.

Di restoran cepat saji Ghea membelikan es krim untuk Gemma. Gadis kecil itu meminta rasa stroberi kesukaannya. Dia terus menempel bak prangko pada Ghea, membuat Ghea merasa lucu. Dia sudah seperti memiliki anak.

“Maaf, Bu Dokter, tadi Non Gemma minta untuk ke klinik terus. Jadi mau tidak mau saya antarkan.” Asisten rumah tangga merasa tidak enak. Dia sendiri tadi bingung ketika Gemma merengek minta untuk menemui sant mommy di klinik. “Apa benar Bu Dokter mommy-nya Gemma?”

Ghea semakin dibikin pusing. Kenapa pertanyaan itu dilontarkan padanya. Niatnya untuk mencari tahu dari asisten rumah tangga seketika kandas begitu saja ketika Asisten rumah tangga itu bertanya seperti itu.

“Memang Bibi sudah berapa lama bekerja di rumah Gemma?” Ghea begitu penasaran dengan keberadaan asisten rumah tangga itu. Karena dia sampai tidak tahu ibu dari majikannya sendiri.

“Saya bekerja di rumah Pak Kavin sejak Gemma umur dua tahun, Bu.”

‘Oh nama daddy-nya Gemma Kavin,’ batin Ghea mengetahui nama ayah Gemma.

Ghea yang mendengar nama itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun, tetap saja masih bingung kenapa bisa Gemma memanggilnya mommy.

‘Apa aku mirip dengan mommy-nya mungkin?’ Itulah yang terpikir dalam hati oleh Ghea.

“Lalu Bibi tidak tahu istri Pak Kavin?” tanya Ghea mengorek lagi.

“Saya tidak pernah tahu istri Pak Kavin. Yang saya tahu istri Beliau di luar negeri, karena Pak Kavin selalu mengatakan itu pada Non Gemma.” Asisten rumah tangga itu berpikir Ghea pulang dari luar negeri dan tidak mau menemui suaminya.

Ghea melihat Gemma. Jika didengar dari cerita gadis kecil yang duduk di sampingnya itu tidak punya ibu sejak kecil. Melihat itu, Ghea merasa iba. Membayangkan bagaimana sedihnya tubuh tanpa ibu.

“Mommy mau?” ucapnya seraya menyuapi Ghea.

Ghea membuka mulutnya. Membiarkan Gemma menyuapinya. Sejenak dia berpikir untuk membiarkan Gemma memanggilnya mommy. Lagi pula hanya sebuah sebutan. Jika panggilan itu membuat anak kecil bahagia, kenapa tidak dia membiarkan saja. Lagi pula Gemma begitu manis dan cantik, jadi pastinya akan sangat senang mendapatkan anak secantik itu.

“Apa kamu suka?” tanya Ghea.

“Iya, tapi daddy bilang, tidak boleh banyak-banyak.”

“Apa yang dibilang Daddy benar, jadi tidak boleh banyak-banyak. Nanti giginya sakit.” Ghea tersenyum seraya membelai lembut rambut Gemma.

Ghea mendengarkan cerita Gemma hanya tersenyum. Gadis cilik itu terus saja berceloteh. Menceritakan banyak hal tentang teman-temannya. Dari cerita Gemma, tampak dia begitu sedih ketika menceritakan jika dia tidak pernah dijemput mamanya. Saat acara sekolah juga ibunya tidak pernah datang. Hal itu membuat Gemma sedih. Mendengar itu Ghea langsung memeluk. Dia merasakan bagaimana rasanya tanpa ibu.

Usai makan, Ghea mengantarkan Gemma ke rumahnya. Dilihatnya rumah Gemma begitu besar membuat Ghea yakin keluarga Gemma adalah orang kaya.

“Apa Mommy tidak pulang?” tanya Gemma.

“Mommy masih harus bekerja, jadi tidak bisa pulang.” Ghea pun memberikan pengertian. Dia mendaratkan kecupan di dahi Gemma.

“Baiklah, sampai bertemu, Mommy.”

Gemma turun dari mobil bersama dengan asisten rumah tangga. Ghea yang melihat Gemma turun langsung melajukan mobilnya. Gemma yang masih di depan gerbang melambaikan tangannya.

“Bi, jangan bilang daddy jika kita bertemu mommy, oke?” Gemma memberikan kelingkingnya. Mengajak asisten rumah tangga untuk mengingat janji.

“Baik, Non.” Asisten rumah tangga juga tidak akan berani jika menyangkut istri tuannya. Dia berpikir jika mungkin majikannya berpisah karena satu alasan.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
siapa kak sosok gemma ini ya ... makin penasaran
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
semakin di buat penasaran sam ceritanya Ghea ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status