Share

Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir
Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir
Penulis: Luisana Zaffya

1. Tak Berdaya

Plaakkk…

Satu tamparan mendarat dengan keras di pipi Anne. Yang sudah dipoles riasan pengantin dengan sempurna. Rasa panas menjalar di seluruh permukaan pipinya. Wajahnya terputar ke samping, saking kuatnya dorongan dari tamparan tersebut hingga tubuhnya tersungkur ke lantai dan testpack berwarna merah muda dengan dua garis biru yang saling bersilang itu meluncur jatuh ke lantai dan berhenti tepat di sepasang kaki yang mengenakan sepatu putih. Yang baru saja muncul.

Pandangan nanar Anne mengikuti benda pipih itu hingga berhenti. Air mata yang menggenang di kedua kelopak mata membuat pandangannya mengabur, tetapi saat wajahnya bergerak naik ke atas dan tatapannya bersirobok dengan kedua mata hijau gelap tersebut. Air mata Anne jatuh. Bukan karena betapa ia sudah menyakiti pria itu, tetapi karena betapa puasnya ia telah mengecewakan pria itu. Kebencian di dadanya bergemuruh terhadap sosok yang saat ini mengenakan setelan putih dengan setangkai bunga mawar dan saputangan merah di saku jas pria itu, yang berdiri di ambang pintu.

Pria itu membungkuk, mengambil benda pipih tersebut dan tampak terkejut menemukan dua garis biru sebagai hasilnya. Ya, ia positif hamil. Dan betapa sempurnanya kejutan ini datang di waktu yang tepat. Tepat di hari pernikahannya dengan pria itu, dan hanya beberapa menit sebelum upcara pernikahan dimulai.

Ia telah berhasil memberikan tamparan telak terhadap pria itu. Kali ini, pria itu akan menyerah dan menerima kenyataan. Bahwa tidak semua hal yang diinginkan pria serakah itu akan didapatkan. Pelajaran besar dan cukup mengejutkan.

"Kau benar-benar mengecewakan dan mempermalukan keluarga kami, Anne." Kemarahan Johnny Lucas terhadap sang putri benar-benar tak mampu ditahannya. Kekecewaan yang memucatkan wajah pria paruh baya tersebut berhasil mengalihkan perhatian Anne. Sungguh, dalam hatinya ia tak berhenti meminta maaf dan merasa bersalah terhadap ayah, juga ibunya yang terduduk lemah di pinggiran kasur tempat tidurnya. Dengan wajah penuh air mata.

Anne sama sekali tak berniat menyakiti kedua orang tuanya yang begitu baik. Tetapi ia benar-benar sudah kehilangan cara untuk menolak pernikahan ini. Ia benar-benar sudah putus asa untuk membuktikan bahwa Luciano Enzio, calon suaminya adalah pria kejam yang telah menggunakan cara licik untuk masuk ke dalam keluarga mereka. Pria itu tak lebih dari pria tua mesum yang berengsek. Semua topeng kebaikan yang ditampilkan pada mereka semua adalah kedok untuk niat dan tujuan yang tidak baik. Yang setengah mati berusaha Anne buktikan pada kedua orang tuanya.

Semua rencana ini terjadi bukan karena betapa bodohnya kedua orang tuanya, melainkan betapa baiknya mereka sehingga tak pernah mengetahui taring tajam yang tersimpan di balik bibir Luciano.

"Tuan Enzio," panggil Johnny dengan penuh sesal pada Luciano yang berdiri terpaku dengan testpack milik putrinya berada di tangannya. "Kami sungguh-sungguh minta maaf untuk peristiwa tidak terduga ini. Kami akan menjelaskan pada para tamu undangan bahwa pembatalan pernikahan ini, sepenuhnya kesalahan dari pihak kami. Maafkan kami telah mempermalukan Anda dan keluarga Anda."

Kedua mata Anne membelalak tak percaya akan ide konyol papanya. Dengan gaun pengantin yang begitu besar, Anne bersusah payah bangkit berdiri dari lantai dan menggeleng dengan keras. "Tidak, Pa. Ini bukan kesalahan …"

"Cukup, Anne!" raut wajah penuh penyesalan Johnny seketika berubah gelap dan dipenuhi kemurkaan ketika berhadapan dengan wajah putrinya. Seumur hidup, belum pernah Anne mendapatkan kemarahan yang begitu besar dari sang papa. Yang tentu saja membuat wanita itu tercengang dengan keras. Sudah cukup mengejutkan tamparan yang diberikan papanya yang masih terasa memanas di pipinya sekarang. "Kau sama sekali tidak berhak mengucapkan satu patah kata pun," geramnya dengan menunjukkan jari ke arah wajah sang putri.

"Siapakah pria itu?" Suara Luciano bergetar oleh kecewa yang teramat besar. Keterkejutan yang besar terpasang di raut wajahnya dengan begitu sempurna. "Siapakah pria yang menjadi ayahnya?"

"Siapa pun itu, dia telah menodai putri saya dan saya akan memastikan bahwa dia tidak akan diterima di keluarga ini," sumpah Johnny dengan tatapan tajamnya yang menusuk tepat di kedua mata sang putri.

Keheningan yang begitu menegangkan membentang di seluruh ruangan kamar Anne. Satu-satunya suara hanyalah isak tangis Julia Lucas, ibu Anne.

"Pa…"

"Cukup, Anne!" penggal Johnny bahkan sebelum satu kata berhasil terlepas dari ujung lidah sang putri. "Setelah mengurus acara pernikahan ini, kita akan berbicara mengenai masalah ini lebih lanjut," pungkasnya sebelum kemudian melangkah ke ambang pintu kamar, tempat Luciano masih berdiri dengan testpack di tangan kanan.

"Saya mencintai putri Anda dengan tulus, Tuan Lucas," pengakuan yang diucapkan dengan begitu lirih tersebut berhasil membekukan langkah Johnny.

Luciano mengangguk meyakinkan ketika tatapannya bertemu dengan Johnny Lucas. Memasukkan testpack di tangannya ke dalam saku celana dan melanjutkan, "Saya akan menerima putri Anda, apa pun keadaannya. Jika Anda masih merestui pernikahan kami, pernikahan ini akan tetap berlangsung."

Kedua mata Johnny membelalak lebar oleh ketidak percayaan, berikut isak tangis Julia yang seketika terhenti. Pasangan paruh baya tersebut menatap Luciano dengan penuh keheranan. Mempertanyakan kesungguhan Luciano.

Dan sungguh, Anne bersumpah melihat seringai gelap Luciano ketika tatapan mereka sempat bertemu. Untuk sepersekian detik.

"Omong kosong!" sembur Anne. Kepanikan segera menyerangnya dengan keras. "Tidak, pernikahan ini tidak akan…"

"Diam, Anne!" Sekali lagi Johnny membentak putrinya. "Melihat penolakanmu, hanya semakin meyakinkan papa untuk memenuhi keinginan Luciano."

Anne menggelengkan kepalanya dengan isakan yang lebih dalam. Air mata membanjir memenuhi seluruh permukaan wajahnya dan tak menyangka balasan serangan Luciano akan segila ini. Anne benar-benar tak berdaya ketika papanya beralih menatap Luciano dan mengatakan bahwa keputusan sepenuhnya berada di tangan pria itu.

Anne belum pernah merasa tak berdaya sebanyak ini. Tubuhnya jatuh meluruh di lantai dan isakannya semakin keras dan menyayat hati. Kedua orang tuanya berjalan keluar dari kamarnya.

Luciano menatap punggung Anne yang bergerak naik turun dengan seringai yang tertarik di salah satu ujung bibirnya. Sebelum menarik pintu kamar wanita itu tertutup dan menyuruh perias untuk mengurus persiapan dalam sepuluh menit.

Semua berjalan dengan begitu cepat. Dengan digandeng oleh Johnny, Anne berjalan menuju altar pernikahan dan Luciano yang menunggu dirinya di hadapan pendeta. Sumpah pernikahan, pengesahan pendeta, pertukaran cincin, dan Luciano menyempurnakan jeratannya dengan ciuman di bibirnya.

"Sekarang. Sepenuhnya kau menjadi milikku, istriku," bisik Luciano di telinga Anne.

Seluruh tubuh Anne merinding oleh kebencian yang begitu mendalam. Hingga rasanya merasuk ke dalam tulang sumsum nya. Dan ia bisa merasakan seringai pria itu menempel di kulit lehernya.

Senyum bahagia yang dipenuhi kepuasan tertampil dengan sempurna apik di wajah Luciano ketika pria itu bergerak menjauhkan wajah darinya. Menyusul tepuk riuh para tamu undangan.

Semua berjalan begitu singkat dan Anne hanya membiarkan semua terjadi begitu saja dengan tanpa daya. Acara resepsi, hingga Luciano membawanya ke salah satu hotel mewah untuk keduanya bermalam.

"Apakah sekarang kau mengerti posisimu?" Pertanyaan Luciano akhirnya memecah kebisuan yang berusaha keduanya pertahankan ketika keduanya sudah masuk ke dalam ruangan presiden suite hotel dengan dekorasi yang dikhususkan untuk pasangan pengantin baru. Meja yang diatur di samping dinding kaca. Dengan botol anggur dan dua gelas kosong. Anne bersumpah tak akan meminum cairan itu.

Anne benar-benar dibuat tak berkutik oleh kekuasaan Luciano Enzio, bahkan menghadapi kendali pria itu terhadap kedua orang tuanya. Dan yang membuat Anne semakin mendendam adalah dirinya yang tak mampu menghadapi ketakutannya, seberapa keras pun ia mencoba bersikap berani.

Luciano melangkah mendekat dengan perlahan. Dengan seringai yang semakin gelap.

"Hamil anak pria lain? Kaupikir itu akan menghalangiku untuk memilikimu?" Luciano menyentuhkan ujung jemarinya di dagu Anne. Sedikit mendongakkannya sehingga tatapan tajam dan kejinya mengunci manik ketakutan wanita itu yang bergetar hebat. "Well, bahkan aku sudah memikirkan cara yang terburuk hanya demi kau menjadi milikku, Annie sayang. Termasuk mematahkan kedua kaki dan tanganmu, sehingga tak ada siapa pun yang menginginkanmu, bahkan jika itu demi rasa iba mereka."

"Dan satu-satunya hal yang tersisa darimu hanyalah jatuh ke dalam kepasrahan untuk membutuhkanku, istriku." Luciano memungkasi ancaman kejinya dengan menjatuhkan tubuh Anne di tengah tempat tidur. Kemudian mengoyak gaun merah muda yang dikenakan Anne dan membiarkan kain itu teronggok di lantai dengan menyedihkan.

"Untuk jatuh di bawah kakiku," bisik Luciano dengan seringai gelap ketika berhasil menindih tubuh Anne di bawahnya.

****

Lanjutttt?

Silahkan komen dan bintangnya, ya.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Mila Mila
bagus banget ...
goodnovel comment avatar
Yepi Widia
penasaran aja
goodnovel comment avatar
Lini Aquariah
keren..bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status