Share

BAB 3 KERJA

"Bapak mau kerja ke kota Mak, kalian berdua di rumah tidak apa 'kan kalau aku tinggal?" tanya Kang Tarjo saat selesai makan malam.

"Mau kemana Pak?" tanya Yu Mini balik.

"Mau ke kota, diajak kerja, sama Kang Badi, biar buat nambah-nambah uang jajannya Reni, Mak."

"Nggak apa Pak, nanti juga kalau ada orang hajatan, Emak kan kerja. Bisa juga buat nambah-nambah tabungan kita. Amin." Reni hanya tersenyum sambil berbisik kata Amin, mendengar semua ucapan kedua orang tuanya.

Kang Tarjo memang bekerja serabutan, siapapun yang mengajak pasti mau bekerja, asal halal. Dari kerja di sawah orang satu ke orang yang lain, ikut menebang tebu dan juga memperbaiki jalan. Upahnya selalu dikumpulkan oleh Yu Mini demi memenuhi kebutuhan mereka dan biaya sekolah sang anak.

Dari merantau ke ibu kota, hingga ke pulau seberang pun dilakukan asal semua masih bisa dilakukan dengan tenaganya, Kang Tarjo tidak pernah menolak. Biar hidupnya jauh lebih baik, begitu alasannya.

"Hati-hati ya Pak, jaga diri dengan baik sebab jauh dari keluarga," pesan sang istri sambil mengelus pelan lengan Kang Tarjo.

"Nanti, kalau banyak duit, beli televisi ya, Pak?" pinta sang putri sambil mendekap bapaknya.

"Amin." Serempak mereka bersuara laksana koor dalam paduan suara.

❤️❤️❤️❤️❤️

"Percuma saja kerja sampai jauh, pasti ujung-ujungnya tetap saja, MISKIN." Yu Sarni menekan suaranya saat bicara dengan Yu Surti ketika sedang mengambil air di sumur belakang rumahnya, lebih tepatnya rumah bapaknya, Pak Sugi.

Yu Mini yang sedang menunggu antrian untuk mengambil air seketika hendak pergi, tetapi suara Yu Sarni semakin meninggi. Seolah mengejek atau ingin menyakinkan bahwa suaranya sangat merdu untuk didengar.

"Orang miskin tidak akan pernah bisa menjadi kaya, sampai kapanpun," ucapnya, lebih tepatnya berteriak.

Yu Mini enggan menanggapi semua perkataan adik iparnya itu, mengalah jauh lebih baik daripada ikut-ikutan bersuara yang tidak akan pernah ada ujungnya.

Yu Sarni, sebenarnya sudah memiliki anak dan suami. Suami Yu Sarni memilih mengalah dan pergi jauh meninggalkan dia dan sang putri yang berusia kurang lebih 3 tahun, karena tidak sanggup untuk hidup bersama seorang wanita yang selalu saja tidak pernah menghargai jerih payah suaminya.

Sedang Yu Surti, memiliki dua orang anak lelaki, yang pertama hampir seumuran dengan Rina, anak Kang Tarjo. Suaminya kerja di pulau seberang, kadang setahun sekali pulang demi menengok keluarga kecil mereka.

Belum mempunyai rumah, sebab uangnya belum cukup. Begitu untaian kalimat yang sekaligus saja keluar dari bibir Yu Surti. Akan tetapi, sang suami Kang Paimin selalu bekerja keras agar segera mempunyai rumah sendiri.

"Kalau mau mandi, itu masih ada air Ren, nggak usah ambil air lagi. Nanti sore saja, cepat mandi, nanti terlambat sekolah!" titahnya pada sang putri.

Reni hanya mengangguk, menjawab perintah ibunya. Meski Reni masih bisa mendengar apa yang dikatakan oleh buleknya, akan tetapi dia enggan untuk bertanya lebih jauh.

Usia Reni memang belum terlalu dewasa, namun, dituntut untuk menjadi dewasa karena mengalami sikap yang kurang adil dari kakek serta neneknya dari pihak bapak, yaitu Pak Sugi dan Mak Siti.

Reni yang saat ini menjadi remaja, seringkali saat kecil melihat anak-anaknya Yu Surti makan dengan sayur dari warung yang terasa nikmat menurut anak di usia seperti itu.

"Mak, kok sayurku warnanya hijau sedangkan sayur milik Purwo dan Tyo warnanya kuning?" Begitulah jika Reni melihat makanan mereka berbeda.

Pak Sugi sering ke warung untuk membelikan sayur buat cucunya kecuali Reni, dengan lahap mereka makan dan saling melihat makanan satu sama lain.

Itu salah satunya alasan yang membuat Yu Mini, ingin segera memiliki rumah sendiri dan tidak lagi satu atap dengan mertua dan ipar-iparnya.

Ingin hidup mandiri agar pula tidak ada kesalahpahaman antara keluarga.

Untung saja keberuntungan ada dipihak mereka, sehingga bisa segera mempunyai istana yang terbuat dari bambu dan berlantai tanah, namun bahagia tiada terkira.

❤️❤️❤️❤️❤️

Dua Minggu sudah Kang Tarjo merantau di ibu kota, uang gajian dikirim dengan dibawa oleh tetangganya yang pulang.

"Buat beli televisi, begitu pesan dari Kang Tarjo, Yu," kata Lek Arman saat bertandang ke rumah Kang Tarjo.

"Alhamdulillah, tapi listriknya masih nyambung. Takutnya nanti dimatikan, jangan beli televisi dulu ya, Nduk!" Dengan raut wajah yang sedikit masam, Yu Mini bicara kepada sang putri saat Lek Arman pulang.

"Lho, kenapa kalau masih nyambung, Yu?" tanya Lek Arman dengan menautkan kedua alisnya.

"Tidak ada, takutnya nanti tiba-tiba mati karena nggak kuat dayanya Lek," jawab Yu Mini berbohong.

"Lha terus, Mak?"

"Kita beliin kambing saja, bagaimana? Nanti kalau sudah banyak, baru kita jual, terus kita pasang listrik dan … bisa beli apa saja, ya …" Tawa sumringah menghiasi bibir Reni, lalu mengangguk tanda setuju.

Lek Arman yang mendengar mereka bicara hanya tersenyum dan mengangguk-angguk. Setelah berbasa-basi, Lek Arman mengundurkan diri pamit pulang.

Sepulangnya Lek Arman, Yu Mini menghitung kiriman uang yang baru saja diterimanya. Tidak banyak, namun cukup bila dibelikan seekor kambing.

"Terus kambingnya nanti di taruh mana, Mak?" tanya Reni dengan sedikit berteriak karena berada di dapur.

"Dekat dapur situ saja!" jawab Yu Mini dengan sedikit teriak juga.

Uang yang diterima langsung disimpan di kamar, syukur Alhamdulillah tidak henti-hentinya diucapkan oleh Yu Mini. Bahagia Yu Mini mempunyai rezeki yang datang dari dan suami.

Ehem.

Sontak Yu Mini mendongak setelah ada suara deheman dari pintu utama, Yu Surti datang dengan mata tajam menelisik dengan wajah seakan ingin memakan mangsanya.

"Listrik dibayar, jangan pura-pura lupa. Kalau sudah tanggalnya kok seperti seorang yang hilang ingatan, bayar!" Dengan tangan terulur Yu Surti bicara seolah dia adalah Ratu yang sedang memarahi pelayanannya.

"Kemarin 'kan baru dibayar, Dik," kata Yu Mini dengan lembut dan menyimpan uangnya di saku daster yang dipakai.

"Mana? Jangan kamu berbohong sama aku ya, kamu tahu 'kan apa akibatnya kalau sampai bohong?" hardiknya masih dengan mata tajam.

Terpaksa Yu Mini memberikan lagi uang dua puluh ribu kepada adik iparnya itu. Setelah menerima uang di tangannya lalu berlalu pulang menuju rumah Pak Sugi.

"Astaghfirullah," lirih Yu Mini dengan menyeka air matanya yang mulai mengalir ke pipi.

❤️❤️❤️

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status