Share

BAB 5 PINDAHAN

Semua barang milik Yu Surti dimuat dalam sebuah truk besar, dari kasur dan perkakas dapur yang menjadi andalannya pun di angkut satu persatu oleh para warga yang membantu.

Tak lupa juga rumah yang menjadi bagiannya yang diminta saat pertama ingin memisahkan diri dari orang tua mereka dibawa serta. Pak Sugi dan Mak Siti tidak ikut serta, mereka hanya mendoakan dari jauh, sebab terlalu ringkih raganya untuk di bawa pergi jauh.

Perjalanan memakan waktu sekitar lima belas menit, semua warga yang ikut membantu membawa satu persatu barang-barang itu turun dari truk.

"Hati-hati nanti pecah, itu barang mahal!" ucap Yu Surti pada salah satu pemuda yang membawa barang pecah belah.

"Iya, Yu," balasnya.

"Kerja kok sambil bercanda, nanti kalau ada apa-apa memang mau tanggung jawab?" ocehnya yang membuat para pemuda saling melirik satu dan yang lainnya.

Setelah semua diturunkan, sejenak mereka beristirahat dengan dijamu minuman dan gorengan sebagai balas jasa atas bantuan yang diberikan.

"Kalau di depan mau di tembok, terus yang ini mau ditaruh mana Kang?" tanya Lek Pri dengan mimik serius menunjuk rumah yang di bawa dari orang tuanya.

"Dapur lah, barang seperti itu ya cocoknya di belakang, itu kalau Bapak nggak maksa, aku juga nggak mau bawa kok," jawab Kang Paimin dengan senyum mengejek.

Wajah Lek Pri memerah menahan amarah, namun setelah melihat banyaknya orang yang memandang mereka, dihembuskannya nafasnya kasar.

Kang Paimin memang suka berbicara yang bertolak belakang, di depan baik lalu di belakang super tidak baik. Namun demi menjaga nama baik keluarga, Lek Pri terpaksa diam tidak mau membuka mulutnya untuk berdebat.

"Akhirnya, rumah yang aku impi-impikan terwujud ya, Kang," ujar Yu Surti kepada suaminya yang sedang memeriksa bahan-bahan untuk membuat rumah.

"Iya, nanti kamu di rumah saja sama anak-anak, aku mau ke pulau seberang lagi, biar nanti rumah kita bertambah megah. Lihat samping kiri kanan kita! Rumahnya sudah bagus-bagus semua Bu," kata Kang Paimin bersemangat.

Memang keadaan di kampung Kang Paimin berbeda dengan kampung asli Yu Surti, kebanyakan para penduduk bekerja di pulau seberang demi kesuksesan yang diimpikan. Rumah bagus, kendaraan banyak dan punya hewan ternak.

"Mau pergi lagi, Kang?" tanya Yu Surti dengan dahi mengkerut.

Kang Paimin hanya mengangguk pertanda jawabannya 'iya'.

"Kenapa ini pecah? Inikan barang mahal sekali, kalian sungguh tidak becus mengangkatnya?" teriak Yu Surti histeris karena kedapatan piring istimewanya pecah menjadi dua bagian.

Semua berlarian menuju sumber suara, alhasil Lek Pri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dari sang kakak. Tanpa bicara, pecahan piring itu di lempar ke tempat sampah oleh Lek Pri, yang membuat kedua mata Yu Surti terbelalak.

"Kamu gila, Pri?" Dengan sedikit tenaga, Yu Surti mendorong pundak sang adik yang jauh lebih tinggi darinya itu dan mengambil lagi pecahan piring.

"Inikan mahal, aku belinya saat masih bekerja di pulau seberang. Dari gaji pertama saat kerja dulu, nggak pantas kamu perlakukan seperti ini!" tegasnya dengan intonasi yang tinggi.

"Seharusnya kamu bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada para pemuda itu karena telah dengan suka rela membantumu pindahan rumah, Yu, bukannya marah-marah dengan hal yang nggak jelas. Piring seperti itu bisa kamu beli lagi di toko gerabah. Jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan orang lain!" Tegas Lek Pri yang disetujui oleh Kang Paimin suaminya.

Meninggalkan kerumunan itu dengan mulut tak hentinya diam, Yu Surti melihat lagi benda-benda miliknya yang baru turun dari mobil pengangkut. Satu persatu di lihatnya dengan seksama, takut kalau kejadian barusan terulang lagi.

"Mereka tidak tahu betapa berharganya barang-barang ini yang aku beli dari hasil jerih payah sendiri, bisa-bisanya si Pri juga memarahiku di depan orang banyak," lirih Yu Surti dengan melirik sang adik yang masih sibuk mengambil barang bawaan dari truk.

"Sudah semuanya, Kang … kami balik, ya?" Teriak Lek Pri saat semua barang telah berpindah posisi. Para warga yang membantu menganggukkan kepala pertanda setuju akan ucapan Lek Pri.

"Terima kasih semuanya, terima kasih banyak. Maaf ya, tidak di suguhi makanan. Sebab di sini jauh dari warung," kata Kang Paimin dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.

Semua orang-orang yang membantu menjawab iya, dan kembali naik truk untuk pulang.

❤️❤️❤️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status