Hari yang sangat cerah. Alin, Glen, Ghea, Bimo, Zaki dan Vera tengah berkumpul di Basecamp mereka.
"Ga kerasa ya, kita udah pada dewasa. Kayanya sebentar lagi kita bakalan fokus ngejar mimpi kita masing-masing deh," ucap Vera di tengah kesunyian di antara mereka.
"Iya. Di suatu pertemuan pasti akan selalu ada perpisahan, entah itu karena Impian, kewajiban atau hal yang lain. Yang jelas, kita harus selalu bisa ngerasa ikhlas waktu tiba-tiba kita harus terpisahkan," balas Ghea.
"Guys," panggil Glen.
"Apa?"
"Iya?"
"Apa?"
"Mmm ... gue berat ngomong ini. Tapi mau gimana lagi, ini udah keputusan keluarga gue," ucap Glen.
"Emangnya apa Glen?" tanya Alin.
"Gue mau nerusin kuliah di Jakarta, sekalian nerusin usaha bokap yang udah mulai agak maju," balas Glen.
Jawaban Glen seakan membuat hati mereka sangat sakit. Entahlah, walau Glen hanya pergi ke Jakarta, tapi rasanya sangat berat ketika salah satu dari mereka harus
Beberapa bulan kemudian, Basecamp berupa Saung yang berada di tengah hamparan sawah yang sangat luas, terlihat sangat kotor dan tidak terawat. Bagaimana tidak, orang-orang yang selalu mengisi tempat itu dengan canda, tawa, dan nyanyian telah terpisah karena waktunya untuk mengejar mimpi mereka masing-masing telah tiba.Bimo memilih merantau ke Kalimantan, Zaki bekerja sebagai buruh pabrik di Daerah Bandung, Ghea ikut kepada ayahnya ke Bogor, Alin kuliah dan pindah rumah ke Cirebon bersama kedua orang tuanya, dan Glen, Ia berada di Jakarta, meneruskan usaha orang tuanya dan berkuliah juga. Hanya tersisa Vera di sini."Kalian apa kabar?" tanya Vera sambil duduk di Saung yang memiliki seribu kenangan manis itu.Ia sering kali merasa rindu kepada teman-temannya. Rindu yang sangat amat terasa di dadanya, sering membuat dirinya menangis."Vera kangen sama kalian ..." ucapnya lirih."Vera harap, kalian bahagia, kalian sukses, kalian sehat di s
"Persahabatan bagai kepompong mengubah ulat menjadi kupu-kupu~Persahabatan bagai kepompong hal yang tak mudah berubah jadi indah~Persahabatan bagai kepompong ma'lumi teman hadapi perbedaan~Persahabatan bagai kepompong na na na na na na~"Ke 6 sahabat itu tengah benyanyi riang di sebuah saung ditengah hamparan sawah yang hijau."Wih, jago juga lo main gitar" ucap Vera kepada bimo yang memainkan gitar ketika mereka bernyanyi.Dengan wajah sombong, Bimo menjawab, "Iyalah, siapa dulu dong.""Dih, gitu doang mah gua juga bisa" ucap Glen sambil mengambil alih gitar dari tangan bimo.Gonjreng gonjrang gonjreng (suara gitar)Seketika teman-teman Glen menutup telinga."Ih sumbang banget suaranya, plis berhenti atau kuping gue bakal copot!" teriak Ghea yang terkenal dengan sifat tomboy nya itu."Iya! Makanya kalo gabisa mainin gitar tuh diem aja, mainin aja tuh orang-orangan sawah!" ledek Zaki
Mereka ber 6 telah sampai dirumah alin, rumah sederhana yang dikelilingi tanaman-tanaman indah. Mereka ber 6 hidup di dalam sebuah pedesaan yang masih sangat asri, hari-hari mereka selalu diisi dengan kesederhanaan."Lin, dirumah ada siapa?" tanya Vera"Ada ibu, lagi bikin adonan gorengan buat dijual nanti sore." jawab AlinVera mengangguk-nganggukan kepalanya, "Yaudah ayo kita mulai masaknya."Mereka pun memulai kegiatan liliwetannya itu, yang laki-laki tengah sibuk menyiapkan kayu bakar dan yang perempuan tengah sibuk mengiris bahan-bahan yang akan dimasak.Tiba-tiba terdengar jeritan saat mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing."Aww, panasss!" ucap Glen sambil meniup-niup jari telunjuknya"Dih, dasar orang kota, lebay amat." ucap BimoGlen terlihat kesal, "lebay lebay aja lo, nih coba rasain sendiri."Teman-teman glen hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, karena ya memang mereka memaklumi Glen yan
Keesokan harinya, mereka ber 6 berkumpul di saung. Bisa disebut saung itu adalah basecamp mereka, saung itu milik ayah vera, karena ayahnya lah sang pemilik sawah yang amat luas itu."Nanti malem, kita camping yuk!" ajak Ghea kepada teman-temannya."Camping kemana?" tanya Zaki"Emang disini ada gunung?" tanya Glen"Ada, jaraknya lumayan deket, kita cuman perlu naik angkot 1x aja." jawab Ghea"Tapi aku takut, Ghe" ucap Alin, Alin memang paling penakut diantara ke 5 sahabatnya itu."Ih gaakan ada apa-apa, percaya deh." Ghea berusaha membuat Alin percaya dan tidak takut."Kalo kamu gimana Ver?" tanya Alin kepada Vera yang sedari tadi hanya menyimak."Kalo gue sih ayo-ayo aja, tapi yakin bakalan aman ga nih?"Vera juga sebenarnya agak tidak yakin dengan rencana camping ini, karena gunung yang Ghea maksud adalah gunung yang terkenal dengan cerita mistis, karena banyak orang dari luar kota yang hilang ketika mendak
Sore haripun tiba, sesuai rencana, mereka telah berkumpul di rumah Alin."Jadi kita bakal beneran camping?" tanya Alin, ia masih belum sepenuhnya yakin tentang rencana ini."Iya lah bener, kita udah siap-siap gini kok." balas Glen"Gue juga masih ga yakin, tapi kalo memang kalian udah fix, yaudah gue ikut aja." ucap Vera yang tengah menggandong ransel berwarna abu nya itu."Hai! Maaf telat yaa..." Ghea baru datang dan ia menyapa semua temannya."Gimana sih, lo yang ngajak dan lo juga yang ngaret." ucap Bimo."Ya maaf, tadi gue ngisi ulang dulu gas kecil ini, biar kita bisa masak disana.""Yaudah, semua udah siap kan?" tanya Zaki"Udah" jawab mereka serentak."Gas!"Mereka menuju terminal angkot didepan gardu desa, hanya butuh 4 menit untuk menunggu kedatangan angkot menuju gunung yang mereka maksud.Setelah 30 menit perjalanan, akhirya mereka sampai di tempat tujuan."Yes, akhirnyaaa"
Setelah 3 jam berkumpul diluar tenda, akhirnya mereka memutuskan untuk masuk kedalam tenda dan beristirahat."Selamat malam semuanya, semoga mimpi indah." ucap ZakiGhea membalas, "Malam juga Zak"Mereka pun bersiap-siap untuk tidur, namun tiba-tiba Alin mencolek bahu Ghea yang baru saja memejamkan mata."Ghe, bangun dong, aku pengen pipis..." rintih Alin dengan nada suara yang kecil."Apa Lin?" tanya Ghea setengah sadar"Aku pengen buang air kecil..."Ghea memaksa matanya untuk terbuka, "Yaudah ayo cepetan"Mereka pun keluar dari tenda dan segera mencari semak-semak."Gapapakan kalo buang air kecilnya di semak-semak aja?" tanya GheaAlin menganggukan kepala, "Gapapa Ghe, yang penting bisa pipis"Setelah menemukan tempat yang aman, Alin segera buang air kecil. Namun tiba-tiba..."Gheaaaaa!!! " jerit AlinGhea yang sedang menahan rasa kantuknya itu langsung terkaget-kaget mendengar jeritan Alin.
Setelah selesai membereskan barang-barang dan tenda, mereka berkumpul dan berdo'a terlebih dahulu, agar perjalanan pulang mereka lancar."Alangkah baiknya, kita berdo'a terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan menuju rumah kita, berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing, mulai." Zaki memimpin do'a.Kemudian mereka menunduk dan berdo'a."Berdo'a, selesai.""Yu kita jalan!" ajak Glen.Mereka pun mulai berjalan menelusuri jalanan yang cukup curam, dengan dikelilingi tumbuhan yang lebat dan pohon-pohon yang tinggi."Aduuh, cape banget." keluh Vera"Lebay banget sih, baru aja jalan sebentar" ledek Glen."Ih dasar orang kota ngeselin!" Vera membalas ledekan Glen.Glen hanya membalasnya dengan memeletkan lidah.Setelah sekian lama berjalan, mereka pun sudah sampai di pertengahan. Langit telah berubah menjadi gelap, tandanya hujan akan turun. Mereka segera berjalan agak cepat agar tidak terjebak hujan."Duaarr!" suar
Glen segera menghampiri dokter dan bertanya. "Dok, gimana keadaan temen saya?" "Untuk saat ini, keadaannya sangat kritis, racun ular tersebut sudah menyebar ke separuh bagian tubuhnya." Penjelasan dari dokter itu, membuat teman-teman Alin kembali menangis. "Tapi Alin masih bisa sembuh kan dok???" tanya Glen sambil mengusap air matanya. "Insyaallah bisa, kami akan berusaha sekeras mungkin untuk kesembuhan teman mas. Tapi untuk sekarang, pasien tak dapat dijenguk terlebih dahulu." ucap Dokter itu. Glen menganggukan kepalanya pelan. "Apa ada orang tua pasien?" tanya dokter. "Tidak ada dok," jawab Bimo "Saya meminta untuk bertemu dengan orang tuanya ya, mohon di panggilkan. Mereka semua mengangguk. "Yasudah, saya permisi." ucap dokter itu. Setelah dokter memberi tahukan soal keadaan Alin yang kritis, Vera pun menghubungi nomor telfon Pak Kuncoro, ayahnya Alin.