Sore haripun tiba, sesuai rencana, mereka telah berkumpul di rumah Alin.
"Jadi kita bakal beneran camping?" tanya Alin, ia masih belum sepenuhnya yakin tentang rencana ini.
"Iya lah bener, kita udah siap-siap gini kok." balas Glen
"Gue juga masih ga yakin, tapi kalo memang kalian udah fix, yaudah gue ikut aja." ucap Vera yang tengah menggandong ransel berwarna abu nya itu.
"Hai! Maaf telat yaa..." Ghea baru datang dan ia menyapa semua temannya.
"Gimana sih, lo yang ngajak dan lo juga yang ngaret." ucap Bimo.
"Ya maaf, tadi gue ngisi ulang dulu gas kecil ini, biar kita bisa masak disana."
"Yaudah, semua udah siap kan?" tanya Zaki
"Udah" jawab mereka serentak.
"Gas!"
Mereka menuju terminal angkot didepan gardu desa, hanya butuh 4 menit untuk menunggu kedatangan angkot menuju gunung yang mereka maksud.
Setelah 30 menit perjalanan, akhirya mereka sampai di tempat tujuan.
"Yes, akhirnyaaa" ucap Ghea lega
"Ini belum akhirnya yaa..." balas Vera.
"Iya bener, kita masih perlu ngedaki gunung, masang tenda, masak, dan lain-lain." susul Zaki
"Yaudah sih, gue cuman bilang akhirnya aja, ribet amat deh"
🦋🦋🦋
Setelah turun dari angkot, mereka memulai perjalanan untuk mendaki ke atas gunung. Langit sudah menggelap, dikarenakan saat itu telah menunjukan pukul setengah 6 sore, suasana seram mulai terasa di sekeliling mereka.
"Aku pengen pulang lagi..." ucap Alin pelan.
"Syuuutt, kita udah setengah jalan loh" balas Zaki
"Iya tapi aku takut, suasana nya serem bangett"
Alin memang sangat penakut sekali
"Yaudah sini Lin, lo sama gue aja" ajak Vera.
Akhirnya mereka berjalan dengan membentuk 2 barisan, di barisan pertama ada Zaki, Glen dan Ghea. Di barisan kedua ada Bimo, Alin, dan Vera.
Mereka terus menempuh jalan, setapak demi setapak. Dan setelah 20 menit berlalu, mereka telah sampai di puncak gunung.
Bimo, Glen dan Zaki tengah sibuk memasang tenda, sedangkan Vera, Ghea dan Alin sedang beristirahat.
"Guys, ini tendanya udah jadi, cewe sama cowo dipisah yaa..." ucap Bimo
"Siap, makasih Bimo" ucap Vera
"Lah? Bimo aja yang disebutin? Terus daritadi Gue sama Zaki ga dianggap gitu?" tanya Glen tidak terima.
"Iya iya, makasih kalian semua." ucap Vera
Mereka pun masuk kedalam tenda masing-masing, dan mulai menyimpan barang-barang.
"Gue udah lapar banget nih" ucap Ghea.
"Yaudah, masak aja yu. Kita bikin api unggun di luar" ajak Vera
"Ayo"
Mereka pun memasang kompor kecil dan mulai memasak makanan seadanya, kali ini mereka hanya memasak mie instan.
Setelah selesai makan, mereka mulai duduk mengelilingi api unggun.
"Persahabatan bagai kepompong mengubah ulat menjadi kupu-kupu~
Persahabatan bagai kepomping hal yang tak mudah berubah jadi indah~ Persahabatan bagai kepompong ma'lumi teman hadapi perbedaan~ Persahabatan bagai kepompong na na na na na na~"Seperti biasa, dimanapun mereka berkumpul dan ada gitar, maka mereka akan bernyanyi lagu favoritnya itu.
Setelah 3 jam berkumpul diluar tenda, akhirnya mereka memutuskan untuk masuk kedalam tenda dan beristirahat."Selamat malam semuanya, semoga mimpi indah." ucap ZakiGhea membalas, "Malam juga Zak"Mereka pun bersiap-siap untuk tidur, namun tiba-tiba Alin mencolek bahu Ghea yang baru saja memejamkan mata."Ghe, bangun dong, aku pengen pipis..." rintih Alin dengan nada suara yang kecil."Apa Lin?" tanya Ghea setengah sadar"Aku pengen buang air kecil..."Ghea memaksa matanya untuk terbuka, "Yaudah ayo cepetan"Mereka pun keluar dari tenda dan segera mencari semak-semak."Gapapakan kalo buang air kecilnya di semak-semak aja?" tanya GheaAlin menganggukan kepala, "Gapapa Ghe, yang penting bisa pipis"Setelah menemukan tempat yang aman, Alin segera buang air kecil. Namun tiba-tiba..."Gheaaaaa!!! " jerit AlinGhea yang sedang menahan rasa kantuknya itu langsung terkaget-kaget mendengar jeritan Alin.
Setelah selesai membereskan barang-barang dan tenda, mereka berkumpul dan berdo'a terlebih dahulu, agar perjalanan pulang mereka lancar."Alangkah baiknya, kita berdo'a terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan menuju rumah kita, berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing, mulai." Zaki memimpin do'a.Kemudian mereka menunduk dan berdo'a."Berdo'a, selesai.""Yu kita jalan!" ajak Glen.Mereka pun mulai berjalan menelusuri jalanan yang cukup curam, dengan dikelilingi tumbuhan yang lebat dan pohon-pohon yang tinggi."Aduuh, cape banget." keluh Vera"Lebay banget sih, baru aja jalan sebentar" ledek Glen."Ih dasar orang kota ngeselin!" Vera membalas ledekan Glen.Glen hanya membalasnya dengan memeletkan lidah.Setelah sekian lama berjalan, mereka pun sudah sampai di pertengahan. Langit telah berubah menjadi gelap, tandanya hujan akan turun. Mereka segera berjalan agak cepat agar tidak terjebak hujan."Duaarr!" suar
Glen segera menghampiri dokter dan bertanya. "Dok, gimana keadaan temen saya?" "Untuk saat ini, keadaannya sangat kritis, racun ular tersebut sudah menyebar ke separuh bagian tubuhnya." Penjelasan dari dokter itu, membuat teman-teman Alin kembali menangis. "Tapi Alin masih bisa sembuh kan dok???" tanya Glen sambil mengusap air matanya. "Insyaallah bisa, kami akan berusaha sekeras mungkin untuk kesembuhan teman mas. Tapi untuk sekarang, pasien tak dapat dijenguk terlebih dahulu." ucap Dokter itu. Glen menganggukan kepalanya pelan. "Apa ada orang tua pasien?" tanya dokter. "Tidak ada dok," jawab Bimo "Saya meminta untuk bertemu dengan orang tuanya ya, mohon di panggilkan. Mereka semua mengangguk. "Yasudah, saya permisi." ucap dokter itu. Setelah dokter memberi tahukan soal keadaan Alin yang kritis, Vera pun menghubungi nomor telfon Pak Kuncoro, ayahnya Alin.
Ghea maju kehadapan Pak Kuncoro dengan kepala tertunduk."Saya yang merencanakan, bahkan memaksa untuk camping Pak." ucap Ghea sambil berusaha menahan suara tangis."Oh, jadi kamu yang mengajak Alin untuk ikut acara tidak jelas yang kamu rencanakan?! Yang membuat anak saya teh jadi Kritis kaya gini!" Pak Kuncoro terus menerus meluapkan amarahnya."Dia ga salah Pak! Stop bentak dia, disini kami semua memang menyetujui ini, dan kami semua minta maaf atas musibah yang menimpa Alin. Ini diluar dugaan kami Pak." Glen berusaha membela Ghea dan teman-temannya."Bagaimanapun ceritanya, kalian semua tetap salah! Gara-gara kalian anak saya harus terbaring lemah diatas kasur sana!" ucap Pak Kuncoro sambil menunjuk Alin yang sedang terbaring tak sadarkan diri diatas kasur Rumah sakit."Saya tidak akan pernah lagi membiarkan Alin bermain lagi dengan Kalian!" lanjut Pak Kuncoro."Pak udah pak... Ini rumah sakit, jangan berisik..." ucap Bu ningsih sambil m
Di bawah atap saung yang terbuat dari daung pisang, ke 5 Sahabat itu sedang duduk sambil memikirkan keadaan Sahabat mereka yang 1 lagi, yang tengah menelusuri alam bawah sadar."Kalo dipikir-pikir, sepi juga ya gaada Alin." ucap Zaki tiba-tiba."Iya bener, ya walaupun dia ga seheboh kita, tapi rasanya hambar banget kita kumpul tanpa ada dia disini." Glen juga ikut berbicara tentang Alin.Mereka semua kembali kedalam lamunannya masing-masing."Pengen banget deh gue nengokin dia" ucap Bimo"Sama euy, cuman ya kalian tau lah Pak Kuncoro segimana marahnya kemarin."Mereka mengangguk"Yaudah, ayo kita coba ke Rumah sakit, terus minta izin sama Pak Kuncoro buat nengokin Alin." usul Vera"Boleh juga tuh" balas Zaki"Tapi gue..." ucap Ghea pelan."Gapapa Ghe, kita hadapin semua ini sama-sama ya" Vera memegang tangan Ghea."Yaudah ayo sekarang kita berangkat" ajak Bimo"Yuk!!" ucap Mereka bersamaa
Namun, saat mereka sedang bersalaman, tiba-tiba mesin EKG yang berada di sisi brankar Alin berbunyi. Tiit tiit tiit Bu ningsih langsung menghampiri brankar Alin, ia sangat panik. "Panggil dokter, panggil dokter!" Bu ningsih berteriak kepasa teman-teman Alin. Bimo segera berlari menuju ruangan dokter. Beberapa saat kemudian, dokter datang beserta kedua suster. Dengan langkah yang cepat, dokter langsung masuk kedalam ruangan itu. "Bu, ibu tunggu di luar ya," ucap Suster Bu ningsih menangis, karena keadaan anaknya yang mengkhawatirkan. Vera tak henti-hentinya berdo'a, ia tak kuasa menahan air matanya. Bimo, Zaki, Glen, Vera dan Ghea mengurungkan niatnya untuk pulang ke rumah, mereka memilih diam di Rumah sakit untuk menemani Bu ningsih. Beberapa menit kemudian, Dokter keluar dan memberikan kabar tentang keadaan Alin. "Dok, gimana keadaan anak saya dok, Alin semakin membaik kan dok?" tanya Bu ningsih
Ternyata itu semua hanya mimpi, Ghea bermimpi tengah bertemu Alin. Ghea sangat merindukan temannya itu. Ia melihat ke tempat Alin berbaring, ternyata gadis polos itu masih enggan untuk membuka matanya. "Lin, cepet sadar ya. Gue kangen banget" ucap Ghea lirih." Keesokan harinya Vera, Ghea, Bimo, Glen, dan Zaki memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Karena mereka sudah 1 malam menginap di Rumah sakit. "Kalian ngerasa ga sih, kalo Alin itu berpengaruh banget dalam lingkaran pertemanan kita?" ucap Glen saat sedang di perjalanan pulang. "Itumah pasti, Kita kurang lengkap kalo ga ada alin, kalo diibaratin, alin itu kaya jantungnya pertemanan kita tau ga." balas Vera. Mereka semua mengangguk pelan. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah nya masing-masing. Mereka mulai membersihkan badan, sarapan, dan sedikit merenggangkan otot-otot mereka yang sepertinya sudah sangat kelelahan. Di lain tempat, Gh
Keesokan harinya, Alin sudah diperbolehkan untuk pulang ke Rumah. Karena keadaannya yang kian membaik, Alin sangat senang, begitu juga ibu dan bapaknya. "Bu, Alin udah ga sabar pengen pulang, pengen kumpul lagi sama temen-temen Alin." ucap Alin kepada bu Ningsih yang sedang membenahi brankar Alin. Bu ningsih tersenyum, "Iya nak, mereka teman-teman yang baik. Selama kamu tidak sadarkan diri, mereka selalu menengok kamu setiap hari, mereka selalu ngedo'ain kamu. Kehadiran kamu sangat mereka harapkan, kamu beruntung punya temen kaya mereka..." ucap Bu ningsih "Iya bu, Alin bersyukur punya sahabat kaya mereka, Hidup Alin rasanya bahagia kalo lagi sama mereka. Mereka orang-orang baik..." balas Alin Beberapa menit kemudian, Bu ningsih sudah selesai membenahi barang-barang milik Alin. Dan mereka menuju kasir untuk membayar biaya perawatan dan membeli obat yang dibutuhkan Alin, Mereka pulang menaiki kendaraan angkutan umum menuju ke rumah. Setelah sam