Share

Part4

Benar apa yang dikatakan Ratna. Jaman sekarang, jadi istri tidak boleh lagi lemah. Harus kuat dan mandiri. Dan yang terpenting harus pintar dan sedikit 'licik'. 

Ini baru awalnya saja, Mas. Tunggu saja sampai semua uangmu berpindah ke tanganku. Aku tidak akan sudi lagi tinggal satu atap denganmu. Bahkan melihat wajahmu saja pun aku tak akan pernah mau. 

"Alta sarapan dulu ya, sayang," ucapku dengan penuh senyuman kepada anak sambungku tersebut. "Bunda sudah siapkan roti bakar coklat kesukaan Alta."

"Terima kasih, Bunda," jawab gadis kecil yang sekarang masih duduk di kelas satu sd tersebut. 

"Soal Alta, biar tetap Mas saja yang mengantar. Tidak usah beli motor. Nanti kalau jatuh lagi bagaimana?" protes Mas Ilham. 

"Memang Bunda mau ngatar Alta naik motor?" tanya Alta sambil mengunyah roti bakarnya. 

"Maunya sih, begitu. Biar Ayah tidak repot bolak-balik mengantar Alta," aku beralasan. 

"Alta mau kok, Bunda. Teman-teman Alta juga banyak yang diantar naik motor sama Mamahnya."

"Alta, Bunda baru jatuh semalam gara-gara belajar naik motor. Nanti kalau di jalan kenapa-napa bagaimana? Boncengan lagi."

"Loh, Bunda jatuh?" Alta bangkit dari tempat duduknya. "Mana yang sakit Bunda?" dia terlihat khawatir padaku. 

Ya, Allah. Aku baru teringat kalau tadi malam Mas Ilham tidak bertanya apakah aku terluka atau tidak. Sudah tidak penting lagikah aku di matanya? Malah anak yang bukan darah dagingku sendiri ini yang terlihat begitu mengkhawatirkan aku. 

"Bunda tidak apa-apa, sayang. Cepat habiskan sarapannya, ya? Biar tidak terlambat ke sekolah."

"Kalau begitu, Alta tidak mau Bunda belajar naik motor lagi. Nanti Bunda jatuh lagi," rengek Alta. "Ayah, belikan Bunda mobil saja. Alta juga kepingin di antar ke sekolah sama Bunda. Masa sama Ayah terus. Teman-teman Alta lebih sering diantar sama Mamanya. Kan Ayah lihat sendiri, cuman Bunda yang tidak pernah hadir di acara perkumpulan orang tua murid."

Wah, ide yang masuk akal dari Alta. Untuk apa juga aku minta motor. Hujan ya kehujanan, panas ya kepanasan. Sementara dia dan wanita murahan itu enak-enakan naik mobilnya Mas Ilham. Lagipula untuk apa nanggung-nanggung minta dibelikan motor, kalau aku tahu Mas Ilham mungkin sanggup membelikanku sebuah mobil. Kulirik sekilas wajah Mas Ilham, dia kembali berpikir. 

"Sudah, yuk. Nanti terlambat," ujarnya tanpa menjawab permintaan Alta. 

Aku pun mengantar mereka sampai ke depan pintu setelah mencium Alta dan juga punggung tangan Mas Ilham. 

Setelah mobil mereka berlalu, dengan cepat kuambil gawai dan langsung menghubungi Ratna. 

Terdengar suara tawa dari seberang sana setelah aku menceritakan soal uang yang dengan mudah diberikan oleh Mas Ilham. 

"Tuh, kan apa kubilang. Kamu itu harus pintar-pintar. Jangan mau kalah sama pelakor itu. Enak saja dia menikmati uang yang seharusnya jadi hak kamu," kelakar Ratna dari kejauhan. 

"iya, Rat. Meskipun aku sedikit kecewa karena ternyata perhatian Mas Ilham sudah tidak ada sama sekali. Bahkan saat aku bilang terjatuh pun dia tidak lagi menanyakan bagaimana keadaanku," keluhku. 

"Sabar, Nay. Orang seperti itu cepat atau lambat pasti akan menerima balasannya. Kamu yang sabar ya. Aku janji pasti bakal bantuin kamu terus buat ngasi pelajaran sama mereka."

"Iya, Rat. Makasih ya."

"Iya, sama-sama. Nah, sekarang kamu harus pergi ke Bank dan buat rekening atas nama pribadi kamu sendiri."

"Memangnya harus ya, Rat?"

"Ya harus dong. Dompet kamu tidak akan lagi cukup untuk menampung jumlah uangnya Mas Ilham. Bisa-bisa robek nanti," ledeknya yang membuatku sedikit terhibur. 

Akupun mengakhiri panggilan. Namun di dalam hati aku masih merasa sedih. Lekaki yang dulunya sangat sayang dan perhatian kepadaku kini berbalik seratus delapan puluh derajat. Tak lagi mau tahu keadaanku. 

Aku jadi penasaran, wanita seperti apa yang kini sedang menjalin hubungan terlarang dengan suamiku. Apakah dia seorang wanita yang jauh lebih cantik dan terpelajar dariku? Foto yang dikirimkan kepadaku tak menunjukkan wajah wanita tersebut dengan jelas. 

Hanya wajah Mas Ilham saja yang terlihat jelas, mungkin si pengirim foto hanya ingin meyakinkan bahwa suamiku berselingkuh, tidak perduli dengan wanita manapun.

Baiklah, Mas. Jika perasaanmu sudah mulai pudar kepadaku, aku pun juga akan bersikap demikian. Akan kupastikan rasa cintaku juga akan memudar dan akan segera hilang tanpa bekas. 

****

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Alfin Ranawijaya
Wah ternyata Alfa bisa melancarkan rencana Naya...tapi nanti apakah tega Naya ninggalin Alfa nantinya?!?
goodnovel comment avatar
Arief Mixagrip
rat rat ratrat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status