Share

Part7

Malam ini aku akan melancarkan aksiku selanjutnya. Setelah menemani Alta belajar dan bermain sebentar, aku mengantarkan Alta untuk tidur di kamarnya. 

Jam sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Tak lama lagi Mas Ilham akan pulang sesuai dengan pesan w******p nya tadi. Malam ini aku juga harus melancarkan aksiku lagi. Sudah tidak tahan rasanya menghadapi hal seperti ini terus menerus.

Baru tadi siang mereka asik-asikan indehoy di mobil, sekarangpun serasa tidak puas hingga sampai malam baru pulang. Ternyata Mas Ilham benar-benar sudah kepincut sama wanita murahan tersebut. Sampai-sampai tidak ingat lagi sama anak dan istri di rumah. 

Tunggu saja Mas, tunggu sampai aku tahu siapa sebenarnya wanita itu. Tak lama terdengar suara mobil dari halaman depan. Itu pasti Mas Ilham. 

Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit kesabaran, akhirnya aku membukakan pintu dengan senyuman termanisku. Dengan takzim aku mencium punggung tangannya, seolah-olah dia masih pantas untuk diperlakukan dengan hormat seperti itu. 

"Ini Mas, Nay buatin kopi," aku menyuguhkan secangkir kopi setelah melihatnya selesai mandi.

"Iya, terima kasih," jawabnya tenang. "Alta sudah tidur?"

"Ya sudah dari tadi lah, Mas. Mas saja yang pulangnya selalu terlambat. Makanya jarang sekali ketemu," aku mulai sewot.

Ada perasaan heran di wajah Mas Ilham. Mungkin dia tahu dulunya kalau aku tak pernah sesewot ini. Selalu maklum kalau dia lembur sampai larut malam.

Tapi ya itu dulu. Sebelum aku tahu bahwa dia punya wanita simpanan di luar sana. 

"Ya maklum lah, Nay. Mas kan lembur hampir setiap malam juga buat kamu dan Alta. Kalau kerja Mas bagus, siapa tahu nantinya di promosikan naik jabatan, kan kalian juga yang bangga," Mas Ilham beralasan sambil menyeruput kopinya. 

Buat aku dan Alta? Ndas mu itu, Mas. Kalau benar kamu lembur ya tidak apa-apa. Selain kerjamu dapat promosi, otomatis uang lembur bisa nambah-nambah tabungan. La kalau lemburnya hanya buat nabur bibit sana sini, ya buat apa? Buat jijik iya. 

Tak lama kulihat Mas Ilham sudah berbaring di ranjang. Matanya terpejam dan nafasnya juga teratur. Kulirik cangkir kopinya juga sudah kosong. Cepat juga obatnya bereaksi. 

Tidak sia-sia Ratna memberikanku obat tidur tadi siang. Dengan begini aku bisa bebas mengobrak abrik isi gawainya Mas Ilham.

"Mas. Mas sudah tidur?" aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, untuk meyakinkan bahwa dia benar-benar sudah tertidur dengan lelap. 

Tak ada respon. Bergerakpun tidak. Baguslah, setidaknya dadanya masih naik turun menandakan bahwasanya dia masih hidup. 

Dengan cepat kuambil gawainya. Berkali-kali kucoba dengan nomor sandi yang lama. Ternyata gagal. Berarti Mas Ilham sudah mulai takut kalau aku akan mencoba membuka pesan darinya. Sejak kapan rupanya dia mulai sembunyi-sembunyi dariku. Sudah main rahasi-rahasian rupanya dia. Dasar laki-laki licik. 

Tapi kemudian aku teringat. Sandinya bisa saja diganti. Tapikan anunya tidak. 

Akhirnya kunci gawai terbuka setelah aku menempelkan anu, maksudnya ibu jarinya Mas Ilham. Selicik-liciknya kamu, ternyata masih ada juga sisi bloon nya. Dia menggunakan perlindungan ganda sekaligus. Tanpa dia sadari kalau hal itu yang membuatnya jadi semakin mudah diketahui. 

Kubuka satu persatu aplikasinya. Ternyata mereka jarang berinteraksi di aplikasi w******p. Apa karena chat mereka langsung dihapus begitu Mas Ilham sampai ke rumah? Mungkin memang seperti itulah adanya. Kalau tidak dari w******p, dari mana lagi mereka berkomunikasi?

Setelah itu kulanjutkan dengan membuka aplikasi mesenger. Ya Allah, rasanya jantung ini mau copot saat membaca percakapan demi percakapan mereka. Banyak sekali obrolan-obrolan mesum yang membuatku jijik. Belum lagi foto-foto tidak pantas yang dikirimkan oleh wanita itu. Astagfirullah alaziim. 

Sakit sekali rasanya hatiku melihat ini semua. Aku sama sekali tidak menyangka kalau lelaki baik yang sudah empat tahun hidup bersamaku ini bisa menjadi pria mesum dan mampu mengeluarkan kata-kata menjijikkan seperti itu.

'Mas, kapan kamu menceraikan istri kampungmu itu,' isi salah satu dari ratusan bahkan ribuan chat mereka. 

'Jangan buru-buru sayang, nanti siapa yang mau mengurus Alta? Memangnya kamu mau?'

'Kalau ngurus Mas sih aku mau-mau saja.' itulah beberapa hal yang membuatku semakin membenci Mas Ilham. 

Viona Cantika. Itu nama akun sosial media wanita tersebut. Ku telusuri akunnya satu persatu. Banyak sekali foto-foto yang tidak pantas dia pajang di akunnya. Wanita seperti inikah yang membuat Mas Ilham berpaling dariku? 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fahri Zal
lu punya duit lu punya kuasa tapi buat gua ga nyet
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau simpanlah semua bukti itu nyet. gunakan otak sampah mu buat mikir. jgn cuman bisa ngangkang dan ngebabu aja
goodnovel comment avatar
Arief Mixagrip
Viona cantika
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status