Share

Part10

"Ngomong-ngomong, Mas Rafi ngapain pagi-pagi ke sini? Siapa yang sakit?" tanyaku memecah keheningan.

"Mama, darah tingginya kambuh lagi. Jadi hari ini Mas tidak masuk ke kantor. Jagain Mama," sahutnya.

"Oh, begitu. Mas Rafi anak yang baik, ya," pujiku "Kalau ada riwayat darah tinggi, Mamanya jangab dikasi mikir yang berat-berat, Mas. Kasi berita baik saja setiap hari."

"Gimana tidak banyak pikiran, Nay. Anak laki-laki satu-satunya belum menikah sampai sekarang," keluhnya.

"Lho, nikah yang tinggal nikah to, Mas. Masa Mas Rafi belum punya calon."

"Memang belum. Calon yang Mas mau, dulu sudah di gondol maling," ujarnya.

"Kok bisa? Bodoh sekali wanita yang menolak Mas Rafi demi laki-laki lain."

"iya, Nay. Dia memang bodoh," imbuh Mas Rafi. Kamipun tertawa, seolah ketegangan dan ketakutanku tadi berangsur hilang.

Mas Rafi mengeluarkan gawai dari kantong celananya, kemudian ada notifikasi pesan whatsapp dari gawaiku.

"Itu nomornya Mas. Simpan ya, kalau Mas hubungi harus diangkat. Janga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
nikmati kebodohan kau naya. utk apa kau nangis, makanya jd orang jgn dungu dan kampungan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status