Share

8. Rasa bersalah

Mobil melaju, mengarah ke rumah Jee. Sedangkan Femi samar samar mulai membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, pandangannya sedikit berputar. Saat sadar dia sudah berada di dalam mobil, dengan David sebagai sopir

"Sudah bangun?" tanya David menyadari Femi sudah tersadar.

Femi mengangguk pelan, memperbaiki posisi tidurnya. 

"Aku tadi kenapa?"

"Kamu hampir diperkosa"

Mata Femi membulat, bagaimana bisa dia hampir di perkosa sedangkan seingatnya dia terakhir bersama Monica?

"Lain kali, kalau diajak Monica harus hati hati. Monica punya ide licik buat nyakitin kamu"

"Maaf. Terima kasih, sudah berkali kali kamu nolongin aku"

"Tak masalah" senyum David, menoleh sebentar kearah Femi

***

Di tempat lain, Jee mengamuk buru buru pulang setelah mendapatkan beberapa foto Femi dengan seorang Pria tak dikenal dari Monica

"Dimana gadis bodoh itu?"

"Tenang Jee, wanita jalang itu pasti sedang bersenang senang sama laki laki lain. Kamu lagian, kenapa mau sih nikahin perempuan itu. Sudah ada Monica yang cantik dan cerdas nungguin kamu, malah milih perempuan miskin"

"Saya tidak minta pendapat anda!"

"Terakhir aku liat , dia ada di Caffe X3. Coba telfon, kalau masih gak di angkat. Berarti dia tertidur sudah layanin laki laki itu" timpal Monica sengaja mengompori Jee.

Jee tak mengindahkan perkataan Monica, karna dia yakin Femi tak seburuk itu. Tapi ada rasa nyeri saat Femi di sentuh oleh laki laki lain.

Waktu sudah menunjukkan jam 1 malam, Femi baru pulang di dampingi David. Sedangkan Jee sudah dari tadi menunggunya di sofa ruang santai

"Baru pulang Lo?" Sindir Jee sinis

"Mobil tadi mogok Jee, lama baru bisa nyala. Itu lagi di dorong sampai ke pinggir jalan"

Jee mengabaikan alasan yang diberi David. Matanya fokus ke arah Femi yang sedang tertunduk.

Pakaian minim dengan belahan yang rendah sekali, punggungnya terekpos bebas dan pahanya terlihat jelas. Benar kata Ibu Widya , penampilan Femi mirip wanita jalang

Jee berjalan mengarah Femi, dengan penuh emosi, di cengkeramnya kedua pipi Femi

"Dibayar berapa Lo sama pria tadi? Hah?"

"Pria? Tidak ada pria Jee"

"Setelah ada bukti, lo masih bisa mengelak?"

Di lemparkannya Wajah Femi. Tangan Jee mengarah ke tangan Femi, di tariknya tangan itu kedalam kamarnya.

Tak sampai disitu, Femi mendapatkan tamparan keras dengan rambut yang ditarik Jee.

"Lo gak lebih dari murahan"

Femi ingin berlari, sayangnya tangannya di pegang kuat oleh Jee. Dan satu tarikkan

Kreekkkkk!!

Gaun Femi terobek, Jee pun membuka celananya. Mendorong Femi jatuh ke ranjang. 

Femi sudah berusaha keras minta tolong dan minta di hentikan, tapi Jee tak mengindahkannya. Tanpa pemanasan ataupun penetrasi, Senjata Jee masuk kedalam punya Femi yang dijaganya berharga

Femi pun meringis kesakitan, ada darah mengalir di bawahnya. Tapi Jee tak perduli. Jee tetap menuntaskan hasratnya, sampai akhirnya mereka lelah dan tertidur bersama

***

Sinar matahari mulai mengintip dari bilik gorden putih jendela kamar, menyiramkan cahayanya pada seorang pria tampan bermata sipit dengan bentuk alis dan bulu mata tebal.

Jee terbangun, menengok ke arah kirinya. Femi, masih tertidur lelap dengan mata yang sembab. Demi memberikan kesadaran lebih terlepas dari tidurnya, Jee mengusap wajahnya kasar. Saat hendak bangun, Jee menemukan bercak darah di sebuah seprai berwarna putih polos tersebut.

Jee tertegun sejenak, sampai akhirnya ia sadar bahwa semalam Jee memerawani Femi. Itu berarti foto yang diberi Monica palsu. Hatinya begitu nyeri mengingat semalam bagaimana Femi memohon untuk dihentikan sambil mengerang kesakitan. Seharusnya saat seseorang bercinta dalam keadaan tersegel, dilakukan dengan lembut. Bukan kasar seperti tadi malam.

Femi pun menggeliat, mencoba terbangun dari tidurnya. Terkejut saat Jee sudah bangun sedari tadi, di sampingnya.

"Jee, semalam aku..."

"Tak usah dibahas" potong Jee berlalu meninggalkan Femi sendiri.

Selesai mandi, Jee mengajak Femi untuk turun sarapan. Kebetulan, orang yang dimaksud Jee sudah berkumpul

Yah, Monica dengan wajah biasa saja tanpa perasaan bersalah, memfitnah Femi

"Dari mana Lo dapat foto Femi?" tanya Jee tiba tiba, dihadapan Monica yang sedang makan

Monica menyeringai tipis, hendak membuat laporan palsu lagi. 

"Aku semalam bertemu dengannya di hotel, dan dia...."

"Aagghhhhrrrrrr"

Jee melempar piring Monica, membuat semua orang terkejut di pagi hari.

"Apa apaan kamu Jee!!" tanya Oma kaget

"Oma ga usah ikut campur"

Oma terdiam setelah mendapat tatapan tak suka dari Jee.

"Ada apa sih Jee? kok kamu marah sama aku?"

"Semua yang Lo omongin itu bohong kan?"

"Aku gak bohong Jee, aku memang ketemu dengannya semalam" tutur Monica dengan ekpresi santai dibuat sebaik mungkin

"Lo bisa jamin?"

"Sorry Jee gue telat, ini cowo susah dibawa kesini!" kata David tiba tiba sambil membawa pria yang hampir memperkosa Femi

Kedua bola mata Monica membelalak, tatkala melihat pria itu masuk kedalam rumah Jee

'bagaimana bisa Dave tau soal ini?' batin monica

"Sekarang, Lo jelasin yang sebenarnya!" perintah David

Sesekali pria itu melirik Monica, memberi kode untuk minta di tolong. Tapi Monica bisa apa? dirinya juga sudah terpojok.

"Maaf tuan, saya hanya di suruh Monica"

Jee tertawa miris, setelah sebelumnya sudah percaya dengan  apa yang dikatakan Monica

"Gue bakal laporin kalian ke polisi!!" ancam Jee

"Gak bisa begitu Jee, Monica sudah banyak membantu perusahaan kita" bela ibu Widya.

Jee hanya menarik satu bibirnya, seolah apa yang dikatakan ibu Widya hanya halusinasi

"Jee, gak bisa gitu. Tanpa keluargaku, kalian bukan apa apa" kali ini Monica membela dirinya sendiri

"Lo fikir, gue takut kehilangan Lo?" desis Jee.

"Jadi Lo bela dia?" tunjuk Monica pada Femi yang baru turun dari tangga.

"Kalau iya kenapa? Lo ngancam gue buat berhenti kerjasama dengan bokap Lo?"

"Sudah sudah, kalian kenapa jadi ribut begini. Kamu, cepat pulang sana" perintah ibu Widya pada pria itu. Yang hanya dijawab anggukan kepala, sambil berlari pergi.

"Oma kenapa dilepaskan?"

"Ini hanya sebuah salah paham David, tak apa".

Femi hanya kebingungan, dengan apa yang terjadi. Mengapa mereka berkumpul diruang makan sambil ribut? Biasanya di ruang santai

Jee menatap lekat Femi, timbul rasa bersalah yang teramat sangat. Sebenarnya Jee tau, kalau baju yang dibelinya sudah di bakar Monica. Namun dia hanya diam saja, karna sebenarnya Jee sudah menyiapkan baju baru dilemarinya tanpa sepengetahuan Femi.

"Kamu kenapa turun sih?" Tanya David pada Femi

"Aku penasaran, apa sih yang terjadi?"

"Femi, naik ke kamar? Mandi. Setelah ini aku ajak kamu keluar" perintah Jee meninggalkan Ibu Widya, Monica, Femi dan David.

Femi berjalan lesu menuju kamarnya. Dia tak punya pakaian apapun lagi, baju lamanya disimpan oleh para pelayan entah dimana

"kenapa Lo? Mandi sono!!" Suruh Jee pada Femi yang duduk di pinggir ranjang.

Femi mengangguk, lalu segera mandi. Setelah mandi, Femi membuka lemari pakaiannya yang sebesar rumahnya dikampung. Matanya membuka sempurna, dengan mulut yang menganga. 

Ada banyak baju, dress, kaos, celana, rok yang bergantung dan tertata rapi disana. Baunya khas pakaian baru.

Femi memicingkan matanya, mungkin dia salah lemari. Tapi disini hanya ada dua lemari, satu milik Jee satu miliknya. Tapi ini punya siapa?

"Jee ini baju...."

"punya lo!" Potong Jee cepat.

Femi tersenyum kikuk, padahal baru kemarin dia galau memikirkan baju apa yang akan dipakai besok. Ternyata Tuhan menjawab, apa yang dipertanyakan Femi

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status