Share

7. Rencana Monica

"Hooaaaamm" Femi terbangun dari tidurnya, setelah kecapaian dari jalan jalan dengan Jee semalam

"Ini bau apa?" tanya Femi mengendus enduskan hidungnya.

Penasaran dengan bau terbakar yang menyengat, Femi melangkahkan kakinya ke balkon belakang. Matanya membelalak, Ada Monica sedang membakar sesuatu yang tidak asing dimatanya, dihalaman rumah. Dengan bergegas, Femi segera turun ke bawah.

Benar saja, Monica membakar semua pakaian  yang dibelinya tadi malam bersama Jee. Termasuk baju batik untuk ayahnya.

"Monica, ini masih baru!" kata Femi, seolah mengerti kalau Monica mengira itu hanyalah baju bekas yang sengaja dibakarnya

"Gue tau"

"Kenapa kamu bakar, Monica?"

"Mending baju Lo, daripada diri Lo yang gue bakar." jawab Monica santai

Femi tertegun, selama ini emang benar benar Monica membencinya. Tapi, kenapa dia harus membakar baju baju miliknya?

"Dengar ya cewek udik, Lo gak pantas jadi istrinya Jeremy. Lo miskin, cupu, norak, jelek. Gue peringatan yah sekali lagi, berhenti Lo deketin Jee, atau Lo bakal bernasib sama dengan semua pakaian murahan itu?" tunjuk Monica pada kobaran api yang sedikit membesar.

Femi hanya terdiam, takut untuk menjawabnya.

"Gue yang udah lama suka sama Jee, gue yang dari dulu perjuangin rasa gue? Kenapa Jee lebih memilih Lo? Pakai dukun mana Lo?"

Femi terkejut, atas perkataan Monica. Bagaimana bisa orang orang mengira kalau Femi memelet Jee? Kalau bisa memilih, Femi tidak mau menikah dengannya.

"Saya tidak pernah melakukan hal sekeji itu, Monica"

"Halah, gadis kampung kayak Lo andelannya kan asap dupa"

"Bukan saya yang memaksa Jee, tapi Jee yang mau menikah dengan saya. Lalu dimana letak kesalahan saya?"

Monica tertegun atas pernyataan Femi, dengan perasaan gemas di tariknya tubuh Femi sampai Femi terjatuh hampir dekat dengan api. Tidak hanya sampai disitu, Monica juga menarik rambut Femi dan berjongkok di dekatnya.

"Berani Lo sama gue? Berani Lo nantang gue? Bukannya cuman diri Lo aja yang gue bakar. Ingat, bokap Lo yang tinggal dirumah kumuh itu, gak bakal lepas dari ancaman gue"

Monica melepas paksa jambakan rambutnya Femi. Dan dengan tidak ada rasa kasihan, Monica yang sedang memakai wedges pun menginjak badan Femi.

Femi menangis tersedu sedu, meratapi kemeja batik yang khusus dia beli untuk ayahnya. Terbakar hangus dimakan api. Terbayang senyum sumringah Ayahnya yang menerima batik, musnah sudah.

Femi mencoba bangkit berdiri. Sakit hatinya menerima perlakuan Monica. Padahal Femi berniat kerumah Ayahnya nanti siang, setelah berpamitan pada Jee. Namun ia urungkan. 

Dengan langkah tertatih menuju tangga atas, terdengar sindiran dari Ina dan Sumi yang sedang membersihkan.

"Makanya jadi perempuan biasa saja itu gak usah gaya"

"Iya tuh berlagak jadi bos"

Langkah Femi sempat terhenti, tapi dia lanjutkan lagi perjalanannya. Toh percuma, mau sebaik apapun dirinya, jika dibenci. Yah tetap tidak akan disuka.

Sesampainya dikamar, dia memperhatikan tangannya yang mulai agak membaik setelah di obati Jee.

Ting!

Pesan dari Jee

Jee [Sedang apa?]

[bersantai]

Terpaksa Femi berbohong saat membalas pesannya. Daripada jadi tambah masalah lagi, fikir Femi.

Sambil merebahkan diri, teringat kenangan tadi saat bersama Monica. Ternyata Monica sangat menyukai Jee, tapi seandainya Monica tau kalau tidak ada cinta diantara mereka.

Setelah bersih bersih badan, Femi turun ke lantai bawah. Rencananya untuk pergi ke taman.

"Mau kemana? Pakaian numpuk bukannya di cuci malah kelayapan. Kamu bukan nyonya disini" hardik ibu Widya.

Femi mendengkus kesal mendengar sindiran nenek sihir itu. Dengan terpaksa, Femi berjalan ke arah belakang mengambil pakaian kotor yang telah di pisah Lili.

"Sedang apa non?"

"Aku mau mencuci"

"Jangan, itu pekerjaanku nona. Tugasku mencuci pakaian" 

"Terus aku harus bagaimana?"

"disini saja, toh Nyonya besar sedang di depan" saran Lili yang dijawab anggukan senang oleh Femi.

Mereka saling asyik mengobrol, hingga tidak terasa sudah matahari sudah terik

 

"Hahaha,, jadi gimana Li?"

"Yah saya mah diam saja, Lah non'

Sedang asyiknya mereka ngobrol, ponsel Femi pun berdering.

"Gue lagi ada di meja makan"

Telefon dimatikan sepihak, dan pelakunya adalah Jee.

Femi menghela nafasnya lemah, malas sekali menemui keluarga aneh' itu. Namun tidak mungkin jika dia tidak kesana sekarang.

"pergilah non, daripada kena damprat Tuan Jee lagi" Saran Lili.

Akhirnya Femi pun memantapkan hatinya menghampiri Jee.

"Lo dari mana? Semua orang nungguin tadi" tanya Jee kesal.

Femi hendak berkata jujur kalau dirinya ada di belakang, membantu Lili mencuci. Tapi dia urungkan kembali melihat ibu Widya menatap tajam ke arahnya.

"Di taman" jawab Femi.

Setelah mereka menyelesaikan makan siang mereka, Jee pun kembali ke tempat kerjanya.

"Monica, sini deh!" panggil Ibu Widya 

"Ada apa sih Oma?"

"Oma punya rencana, biar Femi di usir dari rumah ini"

"Oh iya, rencana apa Oma?"

Ibu Widya pun membisikkan kalimat rahasia itu kepada Monica. Mendengar ide yang di lontarkan Oma, Monica sangat menyetujuinya. "Tak sangka, otak tua Oma itu sangat berfungsi baik" batin Monica.

***

"Femi, sini" panggil Monica tatkala melihat Femi lewat dihadapannya.

"Gue ada party di bar. Temenin gue ya?" ajak Monica.

"Tapi Mon,,," ucapan Femi menggantung

"Gak usah pamit sama Jee kalau gak mau Jee tau. Ya sudah sini, gue dandanin Lo biar gue gak malu bawa Lo kesana"

Satu jam kemudian setelah Monica dan Femi siap, mereka pun berangkat dengan mobil sport milik Monica

"Tumben kamu ngajak aku?"

"Gue tebus rasa bersalah gue tadi siang"

Femi mengangguk paham. Dia merasa tak nyaman dengan gaun yang dipakainya saat ini. Sangat begitu minim, dengan belahan dada terlalu rendah. Apalagi, gaun tersebut sangatlah pendek

Monica sangat menikmati perjalanannya, sampai tidak sadar. Mereka sudah sampai di alamat tujuan

"Duduk sini, biar gue ambil minuman" perintah Monica, di warnai dengan dentuman music yang begitu menggendangkan telinga.

Mengangguk pasrah, Femi hanya bisa menunggu Monica di sebuah sofa.

Namun tak diketahui Femi, ternyata minumannya dimasukkan bubuk obat tidur. Tidak hanya itu, Monica juga menelfon seseorang untuk melancarkan serangannya malam ini

"Nih minum dulu" titah Monica membawakan segesal kecil wine di hadapan Femi.

Meski ragu ragu, Femi pun menghabiskan minumannya. Tak lama pandangan Femi berputar dan rabun, dengan gelora ngantuk berat yang tak bisa ditahan. Akhirnya Femi pun tertidur di sofa.

Monicapun memanggil orang sewaannya, dan membawanya ke sebuah hotel dekat tempat dugem.

Dengan telaten, Monica mengambil gambar Femi yang tengah tertidur lelap bersama seorang pria yang bertelanjang dada.

Setelah puas memfoto, Monica pun pergi.

Laki.laki itu mengamati lekuk tubuh Femi yang tertidur pulas. Hingga hasratnya tak tertahankan lagi, dinaikkinya tubuh Femi. Mencium setiap inci kulit lehernya. Sangat begitu harum. Bibirnya tak lupa dicicipi

Bugh!!!!

Pria itu terpental, menerima Bogeman mentah dari David. Ternyata, David sudah tau rencana busuk Monica. Makanya rela mengikuti mereka berdua meski awalnya nyasar terlebih dahulu.

"Pergi Lo!!" Usir David

Pria itupun ketakutan, diambilnya pakaian yang sempat tercecer dan segera kabur

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status