Share

FEMININ
FEMININ
Penulis: putrynaufal

1. Namaku Feminin

"Tolong jangan hancurkan dagangan saya" Pinta seorang pria tua kepada bodygoard yang tengah ngobrak Abrik meja dagangannya.

"Makanya bayar hutangmu, kalau gak bisa bayar. Kami hancurkan sekalian rumahmu"

Pak Budi, nama pria itu. Dengan tubuh gemetaran, akhirnya pulang kerumah seorang diri dengan wajah babak belur.

"Nduk, Femi. Ini ayah nak!!" Panggil Pak Budi, sembari mengetok pintu rumahnya meski tertatih.

"Ya Allah bapak.. Bapak kenapa?"

Meski susah payah, Femi membopong tubuh Ayahnya itu. Bergegas mengambil kotak obat, lalu mengobati setiap luka di wajah.

"Nduk, tolong ambilkan tas yang berisi dokumen itu. Bapak nyerah. Bapak ingin menyerahkan sertifikat itu ke Tuan Jee" perintah Pak Budi

"Tidak pak!! Bapak tidak boleh memberikan sertifikat itu. Ini rumah kenangan kita"

"Bapak hanya ingin tenang. Masalah tempat tinggal, biar kita cari jalan keluarnya nanti"

Femi menengguk ludahnya, kasar. Bagaimana bisa rumah kenangan bersama mendiang ibunya di serahkan pada orang lain.

'Aku harus melakukan sesuatu. Rumah ini gak boleh mereka ambil'.

Setelah menyuapi dan mengobati luka Ayahnya, ayahnya memilih istirahat. Femi nekat menuju rumah Tuan Jee. Meski tidak yakin, apa rencananya kali ini akan berhasil

**

Tok tok

Pintu dibuka oleh seorang laki laki berbadan besar, dan di belakangnya berdiri tiga orang dengan penampilan yang sama

"Saya ingin bertemu dengan Tuan Jeremy Nicholas" pinta Femi

"Apa kamu sudah buat janji?" tanyanya

Femi menggeleng kepala lemah

"Kamu anak Budi?"

"iya"

"Silahkan masuk"

Dengan wajah sumringah, akhirnya Femi masuk ke dalam rumah mewah tersebut. Femi melihat sekelilingnya, berdecak kagum. Banyak interior mewah dan terlihat mahal

ehemm!!

Mendengar deheman seseorang, Femi mencari sumber suara

"Kamu siapa?" pria itu menghampiri Femi

'Apa itu yang bernama Tuan Jee, ya?' tanya Femi dalam hati

"Namaku Feminin, Tuan. Anak Pak Budi"

"Saya David, Asisten Pribadinya Jee. Jee ada di belakang, sedang renang. Mari saya antarkan" ajak David

Melihat senyuman David, pipi Femi menghangat. Tidak salah bila Femi mengira bahwa Jee itu David. Penampilannya sangat rapi, terutama David sangat tampan dengan kulit sawo matangnya

"Jee, ada yang pengen ketemu Lo" panggil David kepada laki-laki yang sedang duduk di tepi kolam renang.

Laki laki itu menoleh, dan berjalan menghadap Femi

"Anak, Pak Budi?" Tanya Jee

Femi mengangguk ragu

"Mana sertifikatnya?"

"Maa.. Maaf Tuan. Saya tidak bawa sertifikatnya. Bagaimana kalau saya kasih Tuan sebuah penawaran?"

"Tawaran? Tawaran apa?"

"Saya kerja disini, tanpa dibayar sesuai ketentuan dari Tuan"

Rahang Jee mulai mengeras, dadanya dipenuhi dengan emosi mendengar tuturan dari Femi. Di dorongnya gadis itu sampai jatuh tersungkur

"Dengar yah, cewe kampungan. Gue gak butuh penawaran murahan dari lo"

Jee mencengkeram kedua pipi Femi, sampai Femi menangis ketakutan

"Santai Jee, dia itu cewek" kata David berusaha menenangkan Jee

"Diem, Lo nggak usah ikut campur. Ini urusan gue"

David diam mendengar perintah atasan sekaligus sahabat karibnya itu. 

"Tapi itu rumah kenangan saya bersama mendiang ibu saya, Tuan. Hanya itu yang kami punya" pinta Femi mengiba

Hati Jee mulai melunak mendengar kata Ibu. Cengkeramannya dilepas.

Melihat Femi dari atas kepala sampai bawah ujung kaki. Tubuh Femi proposional dengan lekukan tubuh yang menambah gairah. Kulitnya putih bersih dan rambutnya lurus terurai

"Ok, kalau gitu Lo jadi cewe pemuas nafsu gue. Lo tinggal disini, sampai gue bosan. Apa Lo mau?" Kali ini Jee yang memberikan Femi penawaran

Femi tercengang, bagaimana bisa Femii jadi pemuas nafsu sedangkan dirinya sangat tertutup kepada pria manapun. Namun Femi tak punya pilihan lain, dia harus menyelamatkan rumah dan ayahnya. Dengan perasaan bimbang, Femi mempermantap pilihannya. Kali ini, dia harus berkorban

"Baiklah, saya terima tawaran dari tuan"

Jee menyeringai sinis, mendengar jawaban Femi. Baginya semua wanita sama saja, tidak bisa menjaga harga diri dan martabatnya

"Biar pengawal gue yang anterin Lo ambil barang barang"

Jee mengambil handuknya untuk menutupi bagian bawah dirinya. Meninggalkan Femi dan David

"Kamu yang sabar, tidak ada pengorbanan yang sia sia" hibur David

Femi hanya mengangguk. Kepalanya terasa mau pecah, mencari alasan apa yang bisa dia gunakan untuk pergi dari rumahnya. Mengingat Femi akan pergi lama meninggalkan sang ayah.

***

"Kita sudah sampai, Fem." Kata David yang duduk di mobil samping Femi

"Iya, Tuan David. Saya turun diri temui Ayah saya"

"Panggil David saja" pinta David dengan senyuman

Femi mulai turun dari mobil. Terlihat sang ayah yang terkejut mendapati putrinya yang ternyata turun dari mobil

"Gusti, kamu dari mana saja nduk?"

"Dari rumah Tuan Jee, pak!"

Dengan langkah gontai, Femi memasuki kamarnya. Mengemasi segala pakaiannya, kedalam tas.

"Kamu mau kemana, nak?" Tanya Pak Budi 

"Mulai sekarang Femi kerja dirumah Tuan Jee. Bapak jaga diri dirumah. Ini ada gawai, bapak pakailah untuk telefon Femi. Bapak bisa kan?"

Femi menyerahkan gawai jadul kesayangannya buat Pak Budi, jaga jaga bila ada sesuatu atau Femi rindu pada ayahnya.

Pak Budi, menerima pemberia anaknya

Saat ingin bertanya lebih jelas lagi, buru buru Femi meninggalkannya tidak lupa diberi pelukan

"Femi sayang bapak. Bapak jaga kesehatan. Nanti Femi bakal sering telefon bapak"

Femi berlari meninggalkan rumah itu, karna dia tak ingin ada pertanyaan lagi yang akan diucapkan ayahnya

'maafin, Femi. Maaf udah bohongin Bapak' batin Femi

Merasa heran dengan wajah Femi yang basah karena air mata, David mencoba bertanya saat Femi mulai duduk disampingnya

"Apa kamu baik baik saja?"

Femi mengangguk

"Kalau ada hal sesuatu, bilang ke saya. Siapa tau saya bisa bantu"

Femi menatap nanar, David. Andai saja, Tuan Jee itu adalah David. Betapa bahagianya Femi.

Setelah sampai dirumah Jee, Femi bergerak masuk kedalam sembari menenteng tas besar miliknya.

Dia celingak celinguk mencari kamar Jee. 'mungkin ada diatas' fikir Femi

Tapi dirinya bingung, tak didapatkannya tangga satupun. Bagaimana Femi mau naik keatas?

"Cari apa Fem?" Tanya David

"Ini kalau mau naik ke lantai atas, gimana caranya yah?"

David terkekeh kecil, lalu menggandeng tangan Femi menuju ruangan kecil. Ditekannya tombol, lalu pintunya menutup tiba tiba

"Loh loh Dav, ini kok pintunya nutup sih?" Tanya Femi dengan panik

"Katanya mau naik ke lantai atas. Ayok!"

"Aku tidak paham, semacam pintu Doraemonkah ini?

Lagi lagi, David hanya tertawa kecil. Betapa polosnya Femi, tidak tau lift.

Pintupun terbuka, tiba tiba membuat Femi tercengang. 

"Canggih yah, vid. Langsung di tempat yang berbeda"

Dengan semangat, Femi keluar dari lift.

"Kamu cari apa sih, Fem?

"Kamar Tuan Jee"

David penasaran, untuk apa dirinya mencari kamar Jee sambil membawa tas besarnya?

"Ini kamarnya Jee" sembari menunjuk sebuah kamar dengan hiasan kepala rusa di daun pintu

"Terima kasih, David"

"Ya sudah kalau gitu, kalau kamu perlu apa apa telfon saja pakai nomor telfon rumah. Ketik nomor 3. Itu langsung tersambung ke HP saya"

"Terima kasih, banyak, David. Beruntung saya bisa bertemu dengan David. Kamu baik sekali sudah banyak membantu saya"

"Tidak masalah, saya pergi dulu yah. Ada perlu dikantor"

Femi mengangguk patuh.

Seperginya David, Femi masuk kedalam kamar milik Jee. Kamarnya sangat luas. 5 kali lebih luas daripada rumahnya sendiri.

Sembari menunggu kedatangan Jee, Femi memilih berkeliling melihat isi kamarnya. Sangat mewah dan glamor. Terdengar sayup sayup di kamar mandi yang hanya ditutupi tirai putih. Menampilkan bayangan lekaki yang sedang bermain di bathub.

"I.. itu Tuan Jee"

Karna panik, Femi berlari menuju kasir size King milik Jee.

"Ebuset, luas banget ini kasur. Bisa dipakai orang sekelurahan ini mah"

"Eh Lo, ngapain Lo masuk dikamar gue?"

Femi menoleh, dan yang muncul hanya Jee yang menggunakan handuk putih di daerah pinggang ke bawah. Refleks Femi berteriak sambil menutup wajah dengan kedua tangan

Aaaaaakkkkkkkkkkkk!!

"Lo kenapa sih? Ngapain Lo masuk dikamar gue? Keluar gak Lo?" Perintah Jee

Perlahan Femi menurunkan tangan diwajahnya lalu membuka mata

"Kata Tuan, saya hanya pemuas nafsu. Jadi saya tidur di kamar tuan"

"Apa? Berani banget Lo"

Jee menngambil Tas milik Femi lalu melemparkannya keluar kamar

"Dengar yah cewek udik. Lo emang mempermainkan gue, tapi bukan berarti Lo boleh tidur di kamar gue. Paham gak sih Lo perempuan gembel."

Femi mengangguk paham, lalu berjalan lemah keluar kamar.

"Tunggu, nama Lo siapa?"

"Femi, Tuan. Namaku Feminin"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status