Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)

Duda Ganteng Meresahkan (Dugem)

Oleh:  Rizu Key  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
98Bab
5.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dugem bukan sembarang dugem. Ini hanyalah sebutan untuk seorang duda ganteng yang meresahkan. Diniyati Basuki adalah seorang gadis kuliahan. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang pria dewasa yang memiliki wajah dan tubuh sempurna. Tanpa malu, Dini memperkenalkan dirinya sendiri. Ternyata pria tampan itu merupakan tetangga baru Dini yang tinggal persis di sebelah rumahnya. Namanya Alex Dixon Normansyah, seorang pria blasteran Indo-Amerika dan merupakan seorang duda beranak satu. Sayangnya, cinta Dini tidak direstui oleh Xena, putri semata wayang Alex. Namun, hal itu tak menyurutkan semangatnya. Apalagi Dini bisa menjadi lebih dekat dengan Alex yang ternyata adalah dosen di kampusnya. Perbedaan usia dan status mereka juga ditentang oleh orang-orang terdekat. Lantas, apakah perjalanan cinta mereka akan berlanjut saat mereka akhirnya memiliki perasaan ingin saling memiliki satu sama lain?

Lihat lebih banyak
Duda Ganteng Meresahkan (Dugem) Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
98 Bab
1. Kesan Pertama
Kedua mata beriris cokelat gelap itu tak mengerjap saat menangkap sosok pria sempurna yang berdiri di depan kasir. Gadis itu menatapi secara terus menerus pria dewasa itu dari tempatnya berdiri. Sungguh tampan dan sempurna. Lihatlah dagu tegas yang ditumbuhi bulu-bulu itu. Alisnya yang tebal dan bulu mata lentik. Lalu jangan lupa dengan iris matanya yang sedikit kehijauan. Berbeda dengan orang Indonesia kebanyakan.“Semuanya jadi tiga puluh dua ribu, Mas,” ujar seorang karyawan toko kelontong.“Ini.”“Oke. Kembaliannya tiga ribu, ya, Mas.”“Makasih, Mbak,” balas pria tampan tersebut kemudian segera berjalan keluar toko.Gadis muda yang berdiri di tempatnya pun langsung bergegas memberikan uang pas pada karyawan tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih, dia langsung berlari menyusul pria tampan yang baru saja dia temui.“Tunggu, Mas!” serunya.Pria tadi menghentikan langkahn
Baca selengkapnya
2. Dia Duda
Malam itu, Dini dan kedua orang tuanya makan malam bersama. Mereka duduk saling berhadapan. Dini sangat suka dengan menu malam ini. Yakni mi goreng dengan telur. Bahkan dia bisa membuatnya sendiri dengan mudah.“Oh iya, Bu. Itu tetangga kita yang tinggal di sebelah rumah, baru tadi pagi ya pindahnya?” tanya Budiono, ayah Dini.Minarti menatap sang suami untuk menjawab. “Iya, Pak. Baru tadi pagi.”Gadis berusia sembilan belas tahun itu pun diam menyimak obrolan sembari menikmati mi goreng di hadapannya.“Bapak tahu, nggak?” tanya sang ibu sembari memberikan jeda sebentar. “Pria yang tinggal di sebelah kita itu duda loh,” sambungnya.Dini langsung tersedak mi goreng yang dia santap. Dia kaget mendengarnya.“Pelan dong makannya! Bisa sampai keselek gitu.” Minarti mendelik ke arah putrinya.Segera saja Dini berlari menuju kulkas dan langsung meminum air putih dari botol. Setelah
Baca selengkapnya
3. Cuci Motor, Cuci Mata
Dini masih libur sebelum ia mulai kegiatan kuliahnya. Gadis itu kini mencoba bangun lebih pagi dari biasanya. Malu dong jika ketahuan gebetan dirinya tidur seperti pingsan.Sehari sebelumnya Dini mendapatkan tantangan dari putri kecil sang duda ganteng. Xena menolaknya mentah-mentah dan tak menginginkannya sebagai pengganti sang ibu yang telah tiada.“Aku nggak suka sama Mbak Dini. Mbak Dini jelek, nakal! Papi jangan mau ya sama dia,” rengek anak kecil itu sembari memeluk kedua kaki ayahnya.Alex menahan keseimbangan. Dia kini tengah membawa semangkuk sop dan lauk. Jika dia jatuh, maka makanan lezat itu akan menjadi mubazir. Dini yang melihat tingkah sang bocah itu pun harus menahan kekesalannya.“Mbak Dini cuma bercanda kok, Xen,” ujar Alex mencoba menenangkan putrinya.“Saya serius kok, Pak. Ya udah. Yang penting Bapak tahu aja sama perasaan saya. Dah, Pak. Dah, Xena!” serunya sembari berlalu pergi.Kini
Baca selengkapnya
4. Eh, Si Bapak
Hari itu Dini mempersiapkan untuk kuliahnya. Dia akan mulai kuliah. Setelah ospek dirinya hanya rebahan saja di rumah. Namun, kegiatan rebahannya itu mulai berganti dengan menggoda sang duda tampan tetannga di sebelah rumahnya. Apa lagi dia harus berdebat tak penting dengan si bocil centil yang merupakan anak kesayangan sang duda.“Bu. Aku berangkat dulu, ya,” ujar gadis itu.“Ya. Hati-hati. Sekolah yang pinter.”“Sekarang sudah kuliah, Bu.”“Oh iya. Ya udah. Kuliah yang pinter,” ralat sang ibu.Dini pun mencium punggung tangan wanita itu dan kemudian berali mencium punggung tangan ayahnya.“Pak. Dini berangkat dulu, ya.”“Ya. Hati-hati.”“Assalamu’alaikum.”“Wa’alaikumussalam.”Dini keluar bersama helm berwarna merah muda. Gadis itu pun melajukan motornya yang sudah selesai dipanasi. Saat melewati depan rum
Baca selengkapnya
5. Ciye Dicuekin
Setelah pertemuan tak terduga antara sang duda meresahkan dan Dini, gadis itu pun kembali menemui kawannya. Wajahnya menjadi lebih ceria dari pada sebelum dia pergi bertemu dosen pembimbing akademiknya.“Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Dapat uang jajan tambahan buat beli cilok dari Pak Dosen?” tanya Sinta heran.Dini masih tersenyum-senyum sendiri. “Hehe. Enggak. Cuma ada yang buat aku seneng banget hari ini,” ujarnya.“Seneng kenapa makanya? Gak jelas,” cibir gadis berkerudung salem.“Sini aku ceritain,” bisik Dini. Gadis itu pun segera menghenyakkan diri di sebelah Sinta.“Barusan aku ketemu sama cowok idamanku,” sambung Dini kemudian.Seolah tak percaya, Sinta menatap wajah sahabatnya itu untuk meminta penjelasan. Bukankah Dini menemui dosen pembimbing akademik? Bukan pergi ke fakultas lain untuk mencari cowok?“Kamu nggak jadi ke kantor?” tanya Sinta.&
Baca selengkapnya
6. Dosen Killer
Dini kembali kuliah di kampusnya. Gadis itu sangat bersemangat karena hendak bertemu dengan tetangga baru sebelah rumahnya yang meresahkan di kampus sebagai dosen. Penampilan Alex memang sangat berwibawa saat mengenakan kemeja dan celana panjang. Dini sangat suka dengan sosok dewasa yang seperti itu.Gadis itu pun memperbaiki penampilannya. Kali ini Dini mengenakan dress biru muda sepanjang betis. Tak lupa gadis itu menyisir rambutnya yang panjang sebahu lalu mengenakan jepit rambut. Ia dengan sengaja tak mengikat rambutnya kali ini.Polesan bedak halus menutupi wajah cantiknya. Tak lupa lip tint merah muda dia tambahkan pada bibirnya yang ranum dan tipis. Penampilan Dini begitu sempurna hanya dengan dua benda itu. Segera setelahnya, ia langsung berangkat ke kampus.Saat melewati rumah Alex, ia sudah tak melihat mobil milik pria itu. Menandakan bahwa sang duda meresahkan sudah berangkat lebih dahulu.Kini Dini sudah berada di gedung faku
Baca selengkapnya
7. Cewek Ganjen
“Duh. Tumben anak Ibu cantik banget,” puji Minarti pada putrinya.Dini mengerucutkan bibirnya. “Biasanya Dini juga cantik, Bu,” sungutnya.“Eh. Gimana menurut Ibu sama lipmate yang baru Dini beli?” tanya gadis itu kemudian sembari tersenyum manis.Minarti mengamati warna lipmate yang sudah menempel sempurna pada bibir ranum putrinya. Wanita itu mengangguk-angguk. “Cakep kok. Nanti Ibu minta, ya?” ujarnya.“Boleh-boleh.”“Ibu nggak usah ikutan pakai,” celetuk suami Narti, Budi.“Kok nggak usah, Pak?”Budi menghentikan aktivitas sarapannya. Sedangkan Dini baru saja mulai menyendok nasi ke dalam mulutnya. Budi menatap wajah istrinya.“Ibu udah cantik walau pun nggak pakai lipstik begituan,” ujar pria paruh baya itu. Dini tersedak karena mendengarkan gombalan sang ayah. Namun nampaknya kedua orang tua Dini tidak peduli.
Baca selengkapnya
8. Doi
Kini Dini mendapatkan julukan baru dari sang duda ganteng. Gadis itu tak merasa keberatan saat dirinya dipanggil cewek ganjen oleh sang dosen. Karena baginya panggilan dari Alex merupakan panggilan sayang untuknya.Pagi itu pun Dini kembali mengganggu sang dosen yang hendak berangkat kerja dari kamarnya. “Selamat pagi, Pak Alex,” sapanya sembari tersenyum manis dengan rambut yang masih basah.Alex mendongak ke atas untuk melihat penampakan dari tetangganya itu. Wajah pria itu datar saat menatap wajah ceria Dini. Tanpa memberikan jawaban, Alex langsung membopong putri kecilnya ke dalam mobil. Saat itu juga, Xena menjulurkan lidahnya untuk meledek Dini.“Selamat pagi, Xena yang cantik dan manis!” seru Dini lagi. Kali ini anak kecil seusia taman kanak-kanak yang menjadi sasarannya.Xena kembali mendongak pada sang tetangga. Wajahnya bersemu malu-malu. Dini pun tersenyum karena tahu apa yang membuat gadis kecil itu senang.Matah
Baca selengkapnya
9. Pijit-Pijit
Pagi itu hari Sabtu. Dini dan Alex libur dengan kegiatan perkuliahan mereka. Namun, kedua orang tua Dini tetap masuk kerja sesuai dengan peraturan di daerah mereka dan instansi mereka.Gadis itu pun mendapat mandat dari sang ibu untuk mengepel lantai seperti biasanya. Dengan rasa malas Dini melaksanakan tugasnya. Gadis itu mengambil peralatan pelnya dan segera mengepel dari teras.Saat dia sudah sampai ke ruang tengah dan pintu sampingnya terbuka, Dini melihat Alex yang tengah memotong rumput. Gadis itu langsung bersemangat ingin menggoda sang duda ganteng meresahkan itu lagi. Apa lagi sekarang Alex mengenakan kaos berwarna putih polos yang digulung kedua lengannya dan celana training. Dini dapat dengan jelas melihat otot-otot lengan sang tetangga.“Pagi, Pak Alex. Lagi motong rumput, nih?” tanya Dini basa-basi sembari keluar membawa ember dan pel. Gadis itu hendak mengepel teras di samping rumah sambil bercengkerama dengan sang duda.“U
Baca selengkapnya
10. Si Tukang Gombal
Dini kembali mendesah saat tangan besar Alex memijit kaki kanannya. Pria itu pun segera melepaskan kaki Dini dan beranjak dari duduknya. Tak biasanya pria dingin itu merasa gugup. Pasalnya ini kali pertamanya menyentuh seorang perempuan setelah sekian lama selain anak dan ibunya.“Nanti harus tetap minta diurut sama tukang pijit biar nggak parah,” ujar pria itu. “Sudah ya. Saya mau pulang.”“Makasih, Pak.” Dini membalas dengan tersenyum manis. Gadis itu benar-benar senang saat sang dosen idolanya memijit kakinya yang cidera.“Ya udah. Saya pamit,” ucap Alex sembari berbalik.“Aw, aw, aw!” seru Dini yang mampu menghentikan langkah sang duda tampan itu.Alex menoleh dan kembali menghampiri Dini. Pria itu merasa cemas. “Ada apa?”Gadis itu pun menatap pria tampan di hadapannya sembari menaikkan kaki kanannya yang sebenarnya sudah tak terlalu sakit. “Ini ... masih saki
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status