Share

Baiklah, kita mulai permainannya!

[Terimakasih sayang, rumahnya sangat mem....]

Jantung Anya berdegup kencang, pesan yang hanya tampak sedikit itu mampu menusuk sampai ke lubuk hati terdalam.

Anya mencoba untuk mencerna pesan itu lagi, "Rumah, apa itu artinya mas Heru membelikan rumah untuk wanita itu?" Gumam Anya, yang merasa kurang yakin dengan pemikirannya.

Saat Anya hendak membuka tas milik suaminya, suara air shower tak lagi terdengar. Itu artinya suaminya telah selesai mandi.

Anya mengurungkan niatnya, membawa hati yang terasa panas, ia mengambil posisi duduk manis di atas ranjang.

"Mas, kamu mandinya lama banget," ucap Anya dengan suara manjanya.

"Memangnya kenapa, Sayang. Kangen ya." Heru yang masih memakai handuk ikut duduk disebelahnya, memeluk dan membawa Anya ke dada bidangnya.

Biasanya aroma maskulin Heru sangat membuat Anya tergoda, tetapi kali ini aroma itu membuatnya jijik dan ingin muntah.

Heru yang tidak menerima respon dari Anya pun mulai melakukan aksinya.

'Aku terlalu bodoh, seharusnya tadi aku tidak disini," batin Anya, menerima sentuhan-sentuhan nakal dari suaminya.

Disaat yang sangat kebetulan, perut Anya yang belum terisi sedari tadi pun berbunyi meminta jatahnya.

"Dek, kamu lapar?" tanya Heru yang mendengarnya jelas.

Anya sedikit nyengir, "Iya mas. Emangnya mas tidak lapar?"

"Oh, tentu dek, ayo kita makan nanti kita lanjutkan olahraganya." Heru mengedipkan matanya lalu beranjak mengambil baju kaosnya.

*

"Mas," panggil Anya pada suaminya yang tiba-tiba sibuk dengan laptopnya.

"Hmm," jawab Heru tanpa menoleh.

"Aku mau bicara sesuatu, boleh?" tanya Anya sambil menatap suaminya.

"Ngomong aja dek?" Jawab Heru, masih tetap tidak menoleh.

"Besok kita periksa kedokter ya, masa sudah dua tahun lebih menikah tapi kita belum punya anak, aku ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu."

"Yang sabar aja dek, mungkin belum rezeki kita. Masih banyak di luaran sana yang sudah berpuluh-puluh tahun menikah tetapi mereka belum juga punya anak." Heru menoleh sebentar.

"Tapi tidak ada salahnya kita coba dulu, itu namanya usaha Mas. Apalagi selama ini kita belum perna sekalipun mencoba periksa, siapa tahu ada cara agar kita bisa punya anak."

"Dek, bukan aku tidak mau ke dokter, hanya saja uang yang kamu pegang sudah habis kan. Kita harus lebih berhemat lagi, katanya mau punya rumah sendiri."

"Kan kita cuma periksa aja dulu Mas, walaupun harus ngeluarin uang paling hanya sedikit. Emangnya Mas nggak punya uang sedikitpun?" tanya Anya dengan serius, karena sedari tadi ia mencari cara agar bisa masuk ke obrolan ini.

Tidak ada jawaban, Heru malah merogoh saku celananya mengambil dompet lalu menyerahkannya pada Anya, "Dek, mas tidak perna berbohong padamu, kamu periksa dan lihat sendiri mas tidak punya uang sedikitpun."

Anya membuka dompet itu, kosong. Benar-benar tidak ada isi didalamnya.

'Mas Heru kini sudah sangat pandai bersandiwara, bahkan dompetnya sangat sama dengan dompet yang aku temukan di lemari tadi. Semua itu dia lakukan agar aku tidak curiga dan tidak perna meminta uang padanya. Sikapmu seperti ini semakin menyakinkanku, Mas!' Gumam Anya dalam hatinya.

"Aku tidak perna menuduhmu ataupun tidak percaya terhadapmu, aku hanya bertanya Mas." Anya mengembalikan dompet itu kepada Heru.

"Iya dek, aku tahu itu. Ini hanya sebagai bukti kalau aku tidak berbohong padamu."

"Iya Mas, tapi perlu kamu tahu, seandainya kita terus seperti ini, tidak punya anak, pasti harta almarhum Papa untuk kita hanya sedikit dan posisi kamu di perusahaan akan geser."

Mendengar kata harta dan jabatan mata Heru pun langsung melek, ia segera menutup laptopnya.

"Baiklah dek, besok kita akan periksa dan akan aku usahakan untuk pinjam uang." Heru mengelus pipi Anya dengan pelan.

Anya tersenyum puas mendengar jawaban Heru, bukan karena ia ingin punya anak dari Heru, jika dulu ia sangat berharap tetapi tidak untuk sekarang.

Alasan kenapa Anya mengajak Heru untuk periksa ke dokter, ia ingin tahu apakah suaminya yang bermasalah? Sebeb, Anya sudah dua kali periksa di rumah sakit yang berbeda. Tentunya, tanpa sepengetahuan Heru. Selama ini Heru selalu menolak untuk diajak ke dokter dengan berbagai alasan. Ia sangat yakin kalau dirinya subur.

Dua kali periksa sangat memuaskan, hasil pemeriksaan menyatakan kalau tidak ada masalah dengan kandungannya.

Sebab itulah Anya bersikeras mengajak Heru periksa ke dokter dan kali ini ia berhasil dengan iming-iming harta dan jabatan.

'Kita akan mulai permainannya Mas.'

Anya adalah orang yang terkenal lemah lembut. Namun, ia akan mengerikan jika ketenangannya terusik. Karena itulah Heru berhati-hati dalam menjalankan sesuatu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status