"Anya mas mohon, beri mas kesempatan lagi. Mas janji akan nurut sama kamu."Belum sempat Anya menjawab, yang ditunggu pun akhirnya tiba. Sepupu Anya datang membawa orang-orang dari pihak kepolisian. Dengan bukti-bukti yang kuat, Heru dinyatakan bersalah."Sayang, kamu tidak mungkin melakukan itu kan."Anya tak menghiraukan ucapan lelaki yang kini sudah menjadi mantan suaminya itu.Heru pun langsung dibawa, dengan sangat terpaksa ia harus menurut. dia tidak punya tanaga dan kuasa untuk melawan.Heru menyesali semua kebodohannya, demi ambisi dia menghancurkan semuanya. Seharusnya ia bersyukur dan berterima kasih derajatnya telah dinaikkan oleh mertuanya. Juga ada istri yang selalu setia dan menghormatinya. Tetapi kini semuanya hanya menjadi kenangan belaka. Nasi telah menjadi bubur.Anya adalah manusia biasa yang juga memiliki perasaan, ia tidak memasukkan Silvia ke penjara karena Silvia sedang hamil."Apalagi yang kamu tunggu? Cepat tinggalkan rumahku.""Tidak, aku tidak mau pergi dar
"Tumben mas Heru nggak bawa dompet," gumam Anya saat melihat sebuah dompet yang terselip rapi di pakaian milik Heru.Anya pun mengambil dan terkejut saat melihat isi dompet itu, ada uang cash dua juta dan ada tiga kartu ATM. Dompet itu jelas-jelas milik Heru karena KTP-nya juga ada di sana."Dari mana mas Heru dapat uang sebanyak ini? Apa kabar dengan kebutuhan rumah yang selama ini Pas-pasan? Jadi, selama ini mas Heru membohongiku?" Anya mencoba mengatur napasnya.Berbagai pertanyaan muncul dibenak Anya, "Apa mungkin mas Heru ingin memberi kejutan untukku? Tapi tidak, mas Heru tidak mungkin seromantis itu, apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku, Mas." Anya menghela napas, mengingat kembali kejadian dua minggu yang lalu."Dek, sepertinya mas tidak bisa lagi kasih jatah bulanan seperti biasanya, mas akui kalau mas menyerah, melihat kondisi yang tidak memungkinkan ini." "Iya Mas, aku akan mencoba untuk lebih berhemat lagi."Heru bilang ia turun gaji, dikarenakan perusahaan tempat
[Terimakasih sayang, rumahnya sangat mem....]Jantung Anya berdegup kencang, pesan yang hanya tampak sedikit itu mampu menusuk sampai ke lubuk hati terdalam.Anya mencoba untuk mencerna pesan itu lagi, "Rumah, apa itu artinya mas Heru membelikan rumah untuk wanita itu?" Gumam Anya, yang merasa kurang yakin dengan pemikirannya.Saat Anya hendak membuka tas milik suaminya, suara air shower tak lagi terdengar. Itu artinya suaminya telah selesai mandi.Anya mengurungkan niatnya, membawa hati yang terasa panas, ia mengambil posisi duduk manis di atas ranjang."Mas, kamu mandinya lama banget," ucap Anya dengan suara manjanya."Memangnya kenapa, Sayang. Kangen ya." Heru yang masih memakai handuk ikut duduk disebelahnya, memeluk dan membawa Anya ke dada bidangnya.Biasanya aroma maskulin Heru sangat membuat Anya tergoda, tetapi kali ini aroma itu membuatnya jijik dan ingin muntah.Heru yang tidak menerima respon dari Anya pun mulai melakukan aksinya.'Aku terlalu bodoh, seharusnya tadi aku ti
Setelah memastikan Heru telah membohonginya, Anya pun meminta Luna untuk menyelidiki semuanya.Tak percaya, namun itu yang terjadi. Lelaki yang sangat ia percaya kini telah mengkhianatinya. Ia rela meninggalkan rumah, keluarganya, dari kehidupan yang mewah untuk ikut bersama suaminya hidup pas-pasan dan sekarang Anya harus menerima balasan seperti ini dari kesetiaannya selama ini. Tentunya, ia tidak akan tinggal diam.Sepulang dari rumah sakit, Anya bertemu dengan Luna di cafe. "Kamu menemukan bukti apa? Secepat itukah?" tanya Anya tak percayalah"Kamu meragukan kemampuanku?" Luna melotot. "Bukan begitu maksudku, jelaskan apa saja yang kamu tahu." Anya tak sabarLuna mengeluarkan map yang dibawakannya."Namanya Silvia, dia anak yatim piatu yang datang dari kampung. Dia tinggal di Jakarta sekitar satu tahun yang lalu dan tinggal dikontrakkan kecil." Luna menjeda ucapannya."Terus.""Dia kenal dengan Heru 4 bulan yang lalu, mereka sama-sama bekerja di perusahaan tempat Heru bekerja. H
Hari-hari pun berlalu, Anya berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, seperti tidak perna terjadi apa-apa. Begitu pula dengan Heru, sekarang ia juga sudah sangat pandai mengatur waktu. Ia selalu pulang kerja tengah hari untuk menemui Silvia. Malam harinya ia bersama Anya. Terkadang izin ke luar kota dengan alasan pekerjaan padahal menghabiskan waktu dengan Silvia.Sertifikat rumah sudah ada ditangan Anya, Heru menyimpannya tidak terlalu tersembunyi. Karena tahu Anya yang polos tidak akan mengetahui semuanya.Sertifikat itu atas nama Heru dan tertara juga disana bahwa Heru membelinya sebulan yang lalu. Perihal dompet yang ia temukan, Anya juga sudah memeriksa ke bank, ia berhasil menebak pin ATM milik Heru, Heru mengunakan tanggal lahir Silvia. Tentunya Anya tahu dari data-data Silvia yang diberikan oleh Luna kemarin. Diantara tiga ATM itu ternyata hanya ada satu ATM yang jumlah saldonya sangat besar dan itu pun sudah diamankan oleh Anya.Masih menyisakan keganjalan di hati Anya, ken
Dengan tergesa-gesa Heru turun dari mobilnya, berlari masuk kedalam rumah dan mencari Silvia.Saat pintu kamar terbuka, Heru menemukan Silvia yang baru saja keluar dari kamar mandi."Sayang, kamu kenapa? Sakit?" tanya Heru khawatir."Cuma sedikit agak pusing Sayang, dan yang penting aku punya sesuatu buat kamu." Silvia memberikan benda pipih yang ada ditangan sejak tadi."Apa ini?" tanya Heru sedikit bingung?"Mas beneran nggak tahu itu apa? Aku hamil Mas," jawab Silvia sumringah.Heru pun membelalakkan matanya, mencoba mencerna ucapan Silvia."Kamu hamil, Sayang." Heru tak dapat menahan rasa bahagianya, kecupan pun mendarat di seluruh wajah Silvia."Aku akan menjadi seorang ayah, akan ada seorang yang memanggil aku ayah," ucapannya terharu. Seharusnya kebahagiaan itu ia rasakan dengan Anya. Tapi, sampai saat ini Anya belum juga hamil.Silvia tersenyum melihat Heru yang terlihat sangat bahagia."Mas, saat hamil muda aku nggak bisa terlalu capek, jadi aku mau mas carikan assiten rumah
"Tidak Bu, saya tidak diberi apa-apa sama bapak, hanya diancam akan di pecat Bu," jelas Siska membela diri, sementara air matanya terus mengalir deras."Jadi kamu lebih takut dipecat oleh suami saya dari pada kak Angga?""Saya minta maaf Bu, beri saya kesempatan. Saya berjanji akan selalu memberi laporan, tolong Bu, saya sangat butuh pekerjaan ini.""Minta pak Irwan kesini dan bawa semua laporan keuangan," pintah Anya dengan tegas. Siska langsung bergegas menuruti.Tak lama kemudian, seorang pria setengah baya masuk kedalam ruangan dengan beberapa map ditanganinya."Silahkan duduk, Pak Irwan." Pak Irwan pun duduk setelah dipersilahkan."Ada apa Bu, apa ada masalah?" tanya Pak Irwan tak mengerti."Saya ingin melihat data keuangan." "Ini Bu." Pak Irwan menyodorkan map kepada Anya.Walaupun Anya tidak terlalu mengerti masalah perusahaan, tetapi ia juga tidak terlalu bodoh, setelah meneliti beberapa saat Anya bisa melihat kecurangan itu. Beberapa transferan masuk ke rekening milik suami
"Suamiku so sweet banget mau belikan aku berlian."'Nyatakah ini? Atau halusinasi?''Mengapa suaranya berbeda?'Tatapan mata Heru bertemu dengan mata Silvia yang juga menatapnya dari kejauhan membuatnya sadar jika itu bukan halusinasi.Heru memutuskan pandangannya, ia perlahan memutar tubuhnya dan terlihat jelas wajah istrinya yang tengah sumringah.Beberapa pelayan toko yang tadi melihat kemesraannya bersama Silvia mengernyit heran."K—kok, kamu disini Sayang.""Iya, Mas." Anya mengembangkan senyumnya. Ia tahu Heru pasti sangat kaget dengan kehadirannya yang tak terduga.'Untung saja aku sudah menyiapkan orang untuk menggantikan Luna memantau gerak-gerik pengkhianat ini, kalau tidak wanita ular itu akan berbangga hati.'"Aku tadi nggak sengaja melihat mobil mas terparkir didepan, jadi aku langsung masuk aja. Ternyata Mas mau kasih surprise buat aku? Maaf ya Mas kejutannya gagal gara-gara akunya udah tahu duluan kek gini." Ucapan Anya benar. Rencana Heru untuk membelikan Silvia berli