Share

Hampir ketahuan

Sekarang kita panggil Anastasya dengan nama barunya yaitu Alina. 

Alina sedang berada di pesawat menuju Bali. Alina akan mengadakan jumpa fans di sana setelah Novel terbarunya mencapai 500.000 pembelian. Alina terlihat tidak fokus, entah apa yang ia pikirkan saat ini. Ethan menatap Alian dengan penuh kecemasan karena Alina tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Ethan meraih tangan Alina dan sedikit mengelus lalu bertanya, "Apa semua baik-baik saja Alina?"

Alina yang lemas mencoba tersenyum ceria. Seraya menatap kedua mata Ethan ia menjawab, "Aku baik-baik saja, mungkin karena sedikit lelah, dan sebaiknya kamu lepaskan tanganku atau aku akan memukulmu Ethan."

Ethan sontak melepaskan tangan Alina, karena Alina tidak main-main dengan perkataannya jika sudah seperti itu. Alina tidak suka disentuh oleh Ethan, karena khawatir ada salah paham nanti di perusahaan Ethan. Baik Alina dan Ethan kini menatap ke arah yang berbeda.

Awan putih yang tepat berada di samping Alina membuatnya teringat kembali pada Clara. Alina kini merasa takut Clara akan mencari tahu kebenaran tentangnya. Alina belum siap bertemu dengan orang-orang yang dulu ia kenal.

"Aku belum sukses, aku masih perlu banyak menabung, jika aku ketahuan sekarang, maka kemungkinan aku akan kembali ke rumah Ayah, aku tidak ingin kembali tinggal bersama Ibu tiri itu," batin Alina. Dan tanpa sadar air matanya menetes.

Ethan menyadari hal itu dan merasa ada yang tidak beres. Ethan tahu bahwa ada yang Alina sembunyikan darinya. Ethan tidak bisa melihat Alina yang bersedih, karena Ethan terbiasa dengan Alina yang ceria walaupun Alina kadang terlihat menyeramkan.

Beberapa jam kemudian mereka telah tiba di Bali. Ethan dan Alina segera menuju hotel di mana sudah mereka pesan sebelumnya secara online. Sesampainya di hotel, Alina segera memutuskan untuk beristirahat.

"Apa lagi yang kamu tunggu Ethan, kenapa kamu masih berada di kamarku?" 

Ethan menatap Alina dengan wajah tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Alina, "Maafkan aku karena aku tidak mengatakannya lebih awal, tapi kita hanya memesan satu kamar hotel karena setiap kamar hotel di sini penuh."

Alina melihat Ethan dengan wajah datar.

"Tidak Alina, kamu jangan marah dulu, aku akan tidur di sofa, aku akan menjaga jarak darimu, dan aku juga tidak akan mengganggu dirimu," lanjut Ethan.

Alina bukannya tidak percaya pada Ethan, hanya saja Alina tidak suka menjadi pusat perhatian karena Ethan seperti yang kita tahu, dia adalah owner dari sebuah perusahaan besar. Tapi sebenarnya Alina sangat percaya pada setiap ucapan Ethan.

Tiba-tiba Alina merubah ekspresi wajahnya yang tadinya datar menjadi senyuman yang indah. Alina mendekati Ethan tanpa berkata lalu entah apa yang merasuki Alina, ia justru bersandar pada bahu bidang Ethan.

"Aku tidak marah, aku harap semua akan baik-baik saja," ucap Alina.

Bagai memenangkan sebuah kejuaraan internasional, hati Ethan terasa sangat bahagia dan jantungnya tidak bisa berdegup dengan normal. Ethan khawatir Alina akan menyadari hal itu.

"Ada apa ini, selama ini aku tidak pernah seperti ini … ayolah jantung, tenanglah, kau membuatku malu saja," batin Ethan.

Tiba-tiba Alina melihat ke arah Ethan, karena Ethan tidak berkata apa-apa. Ethan menyadari hal itu, dan mencoba untuk tenang sebelum berkata.

Ethan menepuk pelan bahu Alina, “Iya semua pasti akan baik-baik saja, dan jika nanti tidak baik-baik saja maka aku yang akan membuatnya menjadi baik-baik saja.”

Alina mengangguk kemudian dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Ethan pergi ke lobi untuk mengambil makanan yang dia pesan secara online. Selama Alina mandi, Alina menyesali perbuatannya yang bersandar pada Ethan tadi. Alina menarik kuat rambutnya karena malu.

“Argh, aku ini kenapa, apa aku sudah gila, bagaimana bisa aku melakukan hal itu padanya, apa yang akan dia pikirkan sekarang tentang diriku … entahlah aku tidak peduli.”

Setelah selesai berganti pakaian, Alina mencari keberadaan Ethan. Tapi Alina tidak dapat menemukannya.

“Apa Ethan belum kembali? Apa yang membuatnya begitu lama?” Akhirnya Alina memutuskan untuk menyusul Ethan ke lobi.

***

Alina mencari Ethan di setiap sudut lobi, akan tetapi Alina tidak menemukan Ethan dimanapun. Alina menggerutu karena tidak menemukan Ethan. 

“Kenapa dia tidak bicara padaku lebih dulu jika dia ingin pergi ke suatu tempat, jika seperti ini aku yang bingung harus mencarinya kemana.” Alina pun akhirnya berjalan kembali menuju kamarnya.

Dari kejauhan, ada seorang pria dan wanita melihat ke arah Alina dengan curiga. Perlahan tapi pasti mereka mendekati Alina tanpa ragu. Sedangkan Alina tidak menyadarinya.

Beberapa saat kemudian kedua orang itu sampai pada Alina. Wanita itu menahan lengan Alina yang menyebabkan langkah kaki Alina terhenti. Alina pun menoleh ke arah belakang, penasaran siapa yang menahannya.

Setelah ia menoleh, alangkah terkejutnya Alina melihat kedua orang yang ada di hadapannya kini. Alina perlahan menelan salivanya dengan cemas. Seketika Alina bisa merasakan bahwa keringat mulai menetes dari punggung nya.

“Kak Ica, Bang Mizwar, astaga aku terjebak,” batin Alina.

Ternyata kedua orang itu adalah saudara sepupu Alina. Mereka berdua sepertinya mengenali Alina karena mereka tahu cara berjalan Alina yang pincang.

Alina mencoba tetap tenang, akan tetapi kehadiran mereka berdua benar-benar membuat Alina cemas. Karena terlalu takut, Alina mulai merasa pusing, sepertinya tekanan darah Alina tiba-tiba turun. Ditambah lagi sesaat kemudian salah satu dari mereka mulai berkata.

“Kamu pasti Anastasya,” ucap Ica.

Alina terkadang bisa menjadi orang yang sulit untuk berbohong, ditambah lagi itu adalah keluarganya. 

“Hancur, hancur sudah kehidupanku,” batin Alina dengan tetap diam tanpa menjawab apa-apa.

Kaki Alina terasa semakin lemas, keseimbangan Alina mulai hilang dan hampir jatuh. Untung saja Ethan datang dan merangkul Alina sehingga Alina masih bisa berdiri. Ethan melihat sekilas ke arah Alina yang sudah terlihat sangat pucat.

Ica dan Mizwar heran melihat Alina yang tiba-tiba pucat dan lemas itu. Mereka pun semakin yakin bahwa itu adalah Anastasya.

Akan tetapi sesaat kemudian, Ethan menatap Ica dan Mizwar lalu berkata, “Maaf, dia adalah kekasihku dan dia juga sedang sakit sejak tadi … dan juga dia bukan Anastasya, namanya Alina Bellezza, aku rasa kalian salah orang.”

Mizwar segera menolak pernyataan Ethan yang menyangkal bahwa Alina bukanlah Anastasya, “Tidak, dia adalah adik kami Anastasya, kami tidak mungkin salah, aku sangat tahu bagaimana adikku.”

Ethan kesal karena Mizwar mengajaknya berdebat, sedangkan Ethan sangat khawatir dengan kondisi Alina. Ethan menatap tajam ke arah Mizwar dengan marah.

“Sudah aku katakan dia bukan Anastasya, dia Alina, kamu pasti tahu bukan bahwa di dunia ini setiap manusia memiliki 7 orang yang memiliki wajah yang sama (Mizwar hendak memotong perkataan Ethan) tidak, aku tidak ingin mendengar apa-apa darimu, kalian tidak melihat kondisi kekasihku ini, kalau begitu permisi.”

Ethan pun akhirnya menggendong Alina menuju kamar hotel mereka. Sedangkan Ica dan Mizwar menatap dari kejauhan. 

“Kak Ica, aku sangat yakin itu adalah Anastasya, aku akan membuktikannya, firasatku tidak akan salah tentang ini,” tutur Mizwar.

Ica yang memiliki keyakinan yang sama pun mengangguk lalu menyahut perkataan Mizwar, “Cari tahu dengan baik, katakan padaku jika butuh bantuan.”

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status