Share

Hampir tertabrak

Alina mencari kalung emas pertamanya yang ia beli dari jerih payahnya sendiri. Alina baru sadar telah kehilangan kalungnya ketika ia sudah tiba di rumah. Mau tidak mau Alina kembali menyusuri setiap jalan yang ia lalui tadi siang.

"Aku sudah dari salon, toko baju, cafe … dimana aku menjatuhkannya?" gumam Alina.

Seraya mondar-mandir di depan cafe, Alina mengingat-ingat lagi tempat-tempat yang ia kunjungi hari ini.

"Oh iya, aku tadi sempat berada di jalan panjang yang biasanya menjadi tempat balapan liar apa ya sebutannya … oh ya arena balap, sialnya kenapa aku tadi bisa berada di sana? Hari mulai gelap, dan jalanan itu sangat panjang." Dengan lemas dan mengeluh Alina menuju jalan itu dengan diiringi helaan napas berkali-kali.

***

Terdengar suara bising knalpot motor dari segerombolan orang yang akan mengadakan balap liar malam ini. Masing-masing dari mereka memamerkan suara yang keluar dari motor mereka.

Sorak-sorai penonton juga meramaikan tempat itu. Siska yang menjadi rebutan malam ini terlihat lebih bersinar dari yang lain. Baik Jonathan dan Fathan melirik ke arah Siska dengan antusias.

"Jonathan! … Sebaiknya kamu mengalah sekarang atau kamu akan malu di akhir pertandingan nanti," ucap Fathan.

"Haha, kamu jangan terlalu percaya diri, bebek jelekmu itu tidak ada tandingannya dengan Harimauku," ejek Jonathan.

"Sialan," gumam Fathan.

Siska perlahan mendekati Fathan dan menggandeng tangannya, "Kamu harus menang Fathan, aku nggak mau jatuh ke pelukan Jonathan," pinta Siska dengan raut wajah manja.

"Kamu tenang saja Siska aku pasti akan mengalahkan kecoa itu!" pekik Fathan seraya melirik ke arah Jonathan.

Jonathan dan Fathan kini mengambil posisi untuk memulai balapan. Wajah dari mereka berdua terlihat jelas ingin menang. Setelah aba-aba mulai, mereka berdua segera menancapkan gas motor masing-masing.

Para penonton bersorak-sorai meriah mendukung jagoan mereka masing-masing. Febi sahabat Siska yang baru saja tiba datang mendekati Siska.

"Apa sudah mulai?"

"Iya, baru saja mulai."

"Siapa yang kamu harapkan untuk menang?"

"Tidak peduli siapa yang menang, karena mereka berdua adalah yang terbaik di wilayah kita. Jadi baik aku bersama dengan Jonathan atau Fathan aku tetap akan menjadi yang terpandang dan bersinar."

"Dasar rubah," ucap Febi geleng-geleng kepala. Tapi di dalam hati Febi ia merasa iri dengan Siska karena diperebutkan oleh 2 ketua geng motor itu.

***

Jonathan dan Fathan terus saja saling salip menyalip agar menang dalam pertandingan itu. Jonathan sesekali berbuat curang agar Fathan terjatuh dari motor, tapi itu sia-sia. Fathan justru berhasil lolos dan mengejek Jonathan.

Di sisi lain, Alina yang tidak tahu bahwa akan ada balapan liar malam itu, masih saja terus mencari dimana keberadaan kalungnya. Alina memakai senter dari ponselnya untuk melihat jalan. Sesekali Alina melihat-lihat di sekitar rumput mungkin saja jatuh di sana.

Sudah 2 jam Alina mencari kalung itu. Kini kaki Alina terasa sangat sakit. Wanita cantik itu pun memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan duduk di pinggiran jalan. 

Alina membuka kedua sepatunya karena terasa panas. Ia juga melepaskan silikon dari kaki kanannya. Lalu Alina mengambil air minum dari dalam tasnya.

"Huft, lelahnya, aku rasa aku bisa saja tertidur seketika karena lelah," ucap Alina.

Alina melihat ponselnya dan mendapatkan notifikasi pesan dari editor barunya. Ternyata Alina salah mengirim file padanya.

"Oh sial, file yang benar ada di rumah." 

Hari ini benar-benar hari yang sangat sial. Alina belum menemukan kalungnya dan kini ia harus kembali ke hotel. Dengan berat hati Alina mengikhlaskan kalung itu dan memutuskan untuk pulang.

"AAAA, SIALNYA AKU TERNYATA SUDAH SANGAT JAUH!" pekik Alina begitu ia menyadari bahwa mobilnya terparkir jauh dari tempat ia berada sekarang.

Fathan mendengar suara pekikan Alina dan menoleh mencari arah sumber suara. Ternyata Alina berada cukup jauh di depan Jonathan dan Fathan. 

"Oh? Itu gadis dari toko pakaian tadi," batin Fathan.

Tiba-tiba Jonathan berhasil menyalip Fathan, dan di saat yang sama Alina berada di jalan yang tidak diterangi oleh lampu jalan sehingga cukup sulit untuk bisa Jonathan sadari bahwa di sana ada seseorang. Fathan memanggil Jonathan agar melambat, tapi Jonathan tidak dapat mendengarnya.

Fathan lagi-lagi teringat kata-kata Alina di toko pakaian tentang mencintai diri sendiri. Dan tentang kaki wanita itu yang ia lihat.

Samar-samar Jonathan bisa melihat Alina dan mengklakson karena ia tidak bisa mengontrol kecepatannya untuk berhenti dan tiba-tiba ada yang salah dengan motornya. Alina yang terkejut melihat ke belakang dan terdiam karena Alina tiba-tiba teringat kejadian kecelakaan yang ia alami beberapa tahun lalu. Kaki Alina menjadi lemas dan hampir kehinaan keseimbangan.

Fathan menancapkan gasnya dan menyalip Jonathan. Fathan mendekati Alina dengan hati-hati lalu ia melompat dari motornya dan menarik Alina menjauh dari jalan. Fathan dan Alina terjatuh bersama dengan posisi Alina yang menimpa Fathan.

Fathan perlahan membuka matanya dan melihat motornya menabrak pohon besar yang ada di sana. Jonathan juga terjatuh di atas rerumputan.

Fathan kini beralih pada Alina yang berada di pelukannya dan dalam keadaan pingsan. Fathan membaringkan Alina kemudian memeriksa apakah kaki Alina baik-baik saja.

"Bagaimana aku tahu bahwa kakinya baik-baik saja? Karena sebelumnya kakinya memang sudah tidak normal," keluh Fathan bingung. Mau tidak mau Fathan menunggu Alina hingga ia bangun.

Jonathan merasa sakit di bagian sikunya, kemudian ia mencoba melepaskan diri dari motor yang menimpa dirinya. Musuh Fathan itu melepas helm kemudian menggelengkan kepalanya yang juga terasa sakit. Ia mencoba menenangkan dirinya sebelum melihat situasi yang terjadi.

"Woy! Bangun! … bangun dong jangan pingsan, gimana aku bisa tahu kamu nggak apa-apa kalau kamu pingsan," ucap Fathan.

Jonathan mendengar dan melihat Fathan di seberang jalan. Ia bangun dan berjalan mendekati Fathan.

"Dia kenapa? Dia nggak apa-apa kan Fathan?" tanya Jonathan.

"Aku juga nggak tahu, dari tadi dia nggak bangun-bangun," jawab Fathan.

Jonathan duduk tepat di sebelah Alina dan menyandarkan dirinya pada pohon, "Coba kamu gosok-gosok tangannya siapa tahu nanti dia bangun, aku liat itu di tv tv," titah Jonathan.

"Benarkah? Akan aku coba." Selagi Jonathan beristirahat, Fathan terus mencoba membangunkan Alina. 

***

Harun merasa cemas karena Jonathan dan Fathan tidak juga sampai finish. Padahal seharusnya mereka sudah tiba saat ini mengingat kecepatan mereka.

"Harun ada apa?" tanya Siska yang melihat kekhawatiran Harun.

"Hem, ini seharusnya Jonathan sama Fathan udah nyampek, mereka kan ngebut.”

"Iya ya, kenapa mereka terlambat?"

"Aku takut mereka kenapa kenapa lagi di jalan.”

"Coba kamu hubungi Fathan dulu.”

“Udah aku coba, tapi nggak di jawab sama dia."

Mereka terdiam sejenak.

"Udahlah, kita tunggu bentar lagi kali ya, mungkin tiba-tiba mereka ngelambat," ucap Harun, walaupun hatinya berkata lain.

"Em, iya," sahut Siska.

Tidak berapa lama setelah perbincangan mereka, tiba-tiba saja terdengar suara sirine ambulance melewati Siska dan yang lainnya ke arah jalan dimana Jonathan dan Fathan balapan. Siska dan Harun saling pandang satu sama lain dengan terkejut. Mereka pun mengikuti mobil ambulance itu karena khawatir.

Bersambung~~~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status